Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Perintah dalam Sehelai Kain

Angelina Jolie menjadi pembunuh berdarah dingin yang seksi. Film dengan visualisasi yang mengasyikkan.

28 Juli 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANTED Sutradara: Timur Bebmambetov Skenario: Michael Brandt Pemain: James McAvoy, Morgan Freeman, Angelina Jolie Distributor: Universal Pictures

WESLEY namanya. Umurnya 25 tahun. Sebenarnya dia hidup berkecukupan. Wes (James McAvoy), panggilan akrabnya, bekerja sebagai manajer penjualan, punya pacar yang tinggal bersamanya. Tapi dia merasa sebagai pria paling pandir sedunia. Hari-harinya pun terasa membosankan.

Lebih menyebalkan lagi, di kantor Wes memiliki bos yang selalu menterornya dengan mengulang-ulang perintah. Padahal Wes punya penyakit aneh. Kepalanya mendadak pusing dan jantung berdetak hingga ribuan kali saat mendengar sesuatu yang diulang-ulang.

Alhasil, setiap waktu dia tidak pernah bisa lepas dari obat penawar penyakit anehnya itu. Belum lagi olok-olokan dari teman-teman sekerjanya. Lengkaplah penderitaannya.

Hingga suatu ketika, perubahan pun datang. Saat berada di pasar swalayan, tiba-tiba perempuan bertubuh seksi melindunginya dari upaya pembunuhan. Fox (Angelina Jolie), si perempuan itu, berhasil menyelamatkannya dan membawanya ke sebuah tempat.

Di sanalah jati diri Wes pun diurai. Termasuk soal ayahnya, yang meninggalkannya saat dia berusia 7 hari. Ternyata Wes bukan orang sembarangan. Dia adalah anak anggota sekelompok pembunuh bernama Fraternity. Si ayah tewas terbunuh beberapa hari sebelumnya.

Kelompok yang kini dipimpin Sloan (Morgan Freeman) berada dalam bahaya setelah Cross, salah satu anggotanya, membelot dan mengancam keberadaan mereka. Itu sebabnya, Wes direkrut untuk menyelamatkan kelompok itu dari serangan Cross.

Kelompok ini sudah berusia ribuan tahun. Didirikan oleh sekelompok penenun kain, mereka merasa berkewajiban menyelamatkan dunia dari para penjahat. Caranya? Mereka mengirimkan kode-kode di balik tenunan kain. Dari situlah, mereka menghabisi penjahat yang mengancam kedamaian di dunia.

Wanted, film yang kini tengah diputar di berbagai bioskop di Jakarta, memang tak bisa lepas dari tema film-film yang lebih dulu muncul. Wanted—komik atau novel grafis yang diadaptasi menjadi film—pun sesungguhnya banyak mencuplik tokoh yang ada dalam komik sebelumnya. Fox, misalnya, terinspirasi oleh tokoh Cat Woman.

Persoalan serupa pun muncul saat komik ini diangkat ke layar lebar. Tak aneh bila naskahnya mengalami beberapa kali revisi. Namun tetap saja sulit untuk berkelit.

Upaya memecah kode-kode? Bukan hal baru. Sudah ada dalam film Da Vinci Code. Bukan hanya itu. Sekelompok manusia dengan bakat luar biasa, ah itu sih persis X-Men. Begitu pula dengan Wes, orang biasa yang dicatut menjadi pahlawan. Itu sih sudah marak di mana-mana.

Persoalan ini bukan tidak menjadi beban bagi Timur Bebmambetov, si sutradara. Namun sutradara asal Rusia ini punya cara. Dia lebih banyak bicara dengan gambar yang menyajikan sebuah tontonan yang penuh laga dengan menyelipkan kelucuan hampir tanpa jeda. Bak balapan mobil Formula, dia langsung tancap gas sejak awal.

Inilah hasilnya: mobil yang jumpalitan, peluru yang beradu di udara, atau gaya akrobat saat melepaskan tembakan. Bukan hal yang baru memang. Adegan pelor melayang pelan sebenarnya tidak istimewa lagi sejak muncul dalam Matrix atau gaya menembak dengan salto atau melayang yang telah menjadi ciri khas John Woo.

Namun Bebmambetov berhasil mengemasnya dengan dosis yang tepat dan pas pada sasaran. Layaknya permainan pin ball, yang selalu berbenturan, berputar, kadang berbalik keras, dan mengejutkan. Kira-kira seperti itulah sajian scene demi scene yang diberikan Bebmambetov.

Sayangnya, film ini memang harus berakhir. Nah, di bagian ini dia seperti kehabisan akal. Jalan aman pun diambil. Wanted mengambil resep dengan menjelaskan kepada penonton menggunakan dialog yang panjang dengan berusaha mengecoh penonton. Berhasil? Untuk yang ini, sepertinya Bebmambetov kurang mulus menyelesaikannya.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus