Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Perpustakaan PDS HB Jassin Jadi Viral, Ini Profil Sang Kritikus Sastra Indonesia

HB Jassin menerima begitu banyak penghargaan. lahir dari karya dan kontribusinya bagi sastra di Indonesia. Ini profil kritikus yang lahir di Gorontalo itu.

11 Juli 2022 | 17.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis, 7 Juli 2022. Kredit: Pemprov DKI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi HB Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat pada Kamis, 7 Juli 2022 lalu. Tempat ini jadi viral di sosial media.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terlebih lagi Anies mengharapkan tempat PDS HB Jassin dapat membangun komunitas dan bukan sekedar tempat berkumpupnya buku. “Dulu perpustakaan penuh dengan buku cetak sekarang web digital, tempat berkarya, tempat belajar, harus jadi co-working,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Perpustakaan Jakarta itu telah tersimpan 138.000 koleksi buku dan 4.395 koleksi. Tempat ini awalnya adalah dokumentasi sastra HB Jassin pribadi yang dibangunnya pada 28 Juni 1976. Pria kelahiran Gorontalo ini juga pengulas buku yang teratur mengumpulkan karya-karya sastra. 

Bukan hanya itu, dari laman resminya, dokumentasi sastra milik HB Jassin mulai banyak digunakan sejak ia mengajar sebagai dosen di Universitas Indonesia (UI) serta Lembaga Bahasa dan Budaya yang sekarang menjadi Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa & Sastra. 

HB Jassin

Hans Bague Jassin, begitulah nama panjangnya. Lahir di pada 31 Juli 1917 dari seorang ibu bernama Habiba Jau. Ayahnya seorang kerani Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). 

HB Jassin bak mendapat turunan kegemaran dari sang ayah, Bague Mantu Jassin yang juga kerap mengoreksi bacaan-bacaan dalam perpustakaan pribadinya. 

Dari laman ensiklopedia.kemendikbud.go.id mencatat, Jassin kecil sering membaca koleksi ayahnya secara diam-diam karena dilarang membaca bacaan orang dewasa. Kegemaran membaca ini terus berlanjut dan inilah yang kemudian menjadi pemicu baginya untuk menjadi kritikus dan kolektor dokumen sastra Indonesia. 

Hingga Jassin menjadi kritikus dan esais yang sangat kuat pada dasawarsa 1950 hingga 1960-an. Bahkan Gayus Siagian menjulukinya sebagai "Paus Sastra Indonesia".

Ia menamatkan pendidikan dari HIS Gorontalo pada 1923, berlanjut di HBS-B Medan selama lima tahun dan selesai pada 1939. Sedangkan di Fakultas Sastra UI ia menyelesaikan pendidikan di tahun 1957.

Tak patah arang HB Jassin menuntut ilmu, ia memperdalam pengetahuan...


Tak patah arang HB Jassin menuntut ilmu, ia memperdalam pengetahuan dalam bidang Ilmu Perbandingan Kesusasteraan di Universitas Yale, Amerika Serikat tahun 1958 - 1959. Oleh karena jasanya pada bidang sastra di Indonesia, ia menerima Doktor Honoris Causa dari Universitas Indonesia tahun 1975.

Bukan tanpa alasan, Dekan Fakultas Sastra UI kala itu, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar mengatakan pengetahuan orang tentang sastra Indonesia didasarkan pada pengetahuan yang dikembangkan oleh HB Jassin. 

Ada cerita HB Jassin dengan Chairil Anwar. Kala itu Chairil Anwar dituduh sebagai plagiat melalui bukunya Chairil Anwar Penyair Angkatan 45. Sebagai seorang kritikus, HB Jassin menjadi orang pertama yang membela Chairil Anwar di tahun 1956 itu. Tulisan esai dan kritik sastranya sangat berharga bagi perkembangan sastra di Indonesia. 

HB Jassin juga pernah tercatat sebagai redaktur majalah Pudjangga Baroe (1940-1942), Pandji Poestaka tahun (1942-1945), Pantja Raja (1945-1947), Mimbar Indonesia (1947-1956), Zenith (1951-1954) dan beberapa lainnya.

Pada tahun 1969 H.B. Jassin menerima Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia. Penghargaan terus datang ke Jassin. Tahun 1972 ia mendapat Cultural Visit Award dari pemerintah Australia. 

Dia juga menerima hadiah Martinus Nijhoff dari Bernhard Fonds, Belanda tahun 1973, Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia tahun 1983, Hadiah Magsaysay dari Yayasan Magsaysay, Filipina pada tahun 1987. Dan Bintang Mahaputra Nararaya dari Pemerintah Indonesia pada tahun 1994.

HB Jassin telah lama berpulang. 11 Maret 2000 ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di usia ke 83 tahun. Jasadnya bersemayam di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.

Karya HB Jassin tak terkubur bersama jasadnya. Banyak buku, terjemahan, dan jasa HB Jassin bagi sastra Indonesia. Ada satu kalimat yang diucapkannya dan tercatat di laman PDS HB Jassin. "Dan semuanya ada waktunya. Dan bagi manusia yang pandai mempergunakan waktunya, setiap saat waktunya itu dipergunakannya sebagai kemungkinan." 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus