Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesta para petani

Bali mengirim utusan dari desa tages yang pernah sukses di paris ketika dibawa sardono w. kusumo. teges memperoleh dana dari yayasan seni tradisionil ford foundation untuk menggali tari klasik.

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMULA yang dicalonkan oleh Bali sebagai wakil adalah grup dari Binoh, kabupaten Badung. Tapi surat khusus dari Dewan Kesenian Jakarta, membuat pilihan jatuh pada grup dari desa Teges yang pernah disentuh oleh tangan Sardono W. Kusumo untuk menggegerkan Paris itu. Baik Teges maupun Binoh pada masa ini sama-sama mendapat dana bantuan dari Yayasan Seni Tradisionil Ford Foundation, untuk menggali taritari klasik. Tapi tampaknya Teges yang lebih efektif dan intens dalam menyalurkan dana ini. Dengan bantuan sebesar Rp 4.350. 000, desa Teges yang terdiri dari 75 KK petani miskin, sekarang sedikit membuat iri desa-desa lainnya. Di sana sekarang seluruh penduduk terlibat dalam industri kerajinan memahat. Alat-alat melukis dan kayu eboni, perlengkapan kostum untuk menari sudah tersedia. Di samping itu seperangkat gamelan pusaka Puri Peliatan yang usianya setua kerajaan-kerajaan kecil pedalaman kini dipercayakan kembali untuk dipakai oleh rakyat Teges. Gamelan inilah yang dahulu dibawa oleh A.A. Gde Mandra, 73 tahun, pada tahun 1926 berkeliling dunia memperkenalkan Bali untuk pertama kalinya di mata internasional. Rombongan Teges yang pernah sukses di Paris memiliki dua "maskot" kecil berumur 12 tahun: Badung dan Rina yang menunjukkan bakat yang cemerlang. Sementara itu Teges juga dihuni oleh seniman-seniman tua yang berkaliber besar. Di antaranya yang masih hidup sekarang adalah kepala juru tabuh berusia 60 tahun yang bernama Gerindem. Ia masih mahir memainkan lagu-lagu tua yang sudah nyaris hilang. Gerindem tua memiliki murid yang tersebar di seluruh dunia. Tahun lalu, satu grup besar murid dari Amerika Serikat sengaja datang kepadanya untuk menabuh. Sementara itu tiap hari beberapa gadis kecil dari Teges sendiri selalu menunggu untuk berlatih. Tapi sebagai petani dan sekaligus seniman Bali yang serius, Gerindem tidak menjadi kaya karena keunggulannya itu. Ia tetap sederhana dan hidup seadanya. Barangkalihanya dalam soal wanita ia termasuk kaya. Isterinya 3 orang. Ketika ditanya oleh Putu Setia dari TEMPO, apakah ia puas punya koleksi 3 orang wanita, Gerindem tertawa terpingkal-pingkal. "Tanyakan saja pada Rendra," ujarnya dengan spontan. Tapi tiba-tiba pula matanya mendadak kuyu. Lalu bertanya "O, ya, Rendra masih ditahan ya?"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus