Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Keluarga De Agostini secara turun-temurun berkiprah dalam pembuatan peta. Sebagian peta karya tiga generasi dipamerkan di Istituto Italiano di Cultura.
Giovanni De Agostini Senior memperkenalkan metode pembuatan peta di universitas di Italia. Mengembangkan peta dunia dan peta-peta lain dengan gambar.
Keluarga De Agostini juga membuat beberapa peta Indonesia dan peta bergambar lengkap dengan kekayaan alam serta ragam tradisi budaya.
BERAGAM gambar memenuhi sekujur peta Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Peta bergambar ini dipajang pada salah satu bidang dinding. Peta ini dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian gambar dalam peta besar memperlihatkan hampir semua pulau dari Sumatera hingga Papua. Adapun bagian kedua dan ketiga memfokuskan Jawa dan Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terdapat gambar rumah gadang Minang dan rumah panggung, orang yang sedang menderas getah karet, seseorang menari, seseorang menggunakan tongkat panjang di dalam kuali, sebuah patung, dan seorang laki-laki dengan perisai panjang. Ada beberapa tanaman sagu, tembakau, orang menjala ikan, orang sedang menombak, orang bermain musik, perahu layar, candi, serta gambar muka Diponegoro dan Hasanuddin. Semua itu cukup menggambarkan keberagaman alam, tradisi, dan budaya Indonesia yang kaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peta bergambar Indonesia ini diberi judul Imago Mundi, Geographical Encyclopedia, Vol. 1. Peta ini adalah karya Federico De Agostini dari Istituto per Ricerche Geografiche e Studi Geocartografici, Milan, Italia, bertarikh 1960. Karya lain Federico adalah peta Indonesia yang cukup detail menyebutkan nama-nama kotanya, juga bertahun 1960.
Sebelum Federico De Agostini, ayahnya, Giovanni De Agostini Senior, membuat gambar peta Indonesia saat masih disebut East Indies bertarikh 1942 yang dipublikasikan di peta saku Orbis. Saat itu petanya mencakup wilayah Asia Tenggara hingga sebagian Australia. Sudah ada nama-nama daerah dan kota di pulau-pulau itu. Namun sebutannya berbeda, seperti “Sumatra”, “Borneo”, “Celebes”, dan “Papua”, dengan keterangan berbahasa Italia.
Bel Paese edisi pertama karya Federico De Agostini.
Setelah Giovanni De Agostini Sr. menggambar peta East Indies itu, cucunya, Giovanni De Agostini Junior, juga membuat peta Indonesia. Kali ini keterangannya berbahasa Indonesia. Petanya juga mencakup wilayah Asia Tenggara dan dengan fokus pada gambar Indonesia. Ia menyebut petanya Physical Map of South East Asia, Imago Mundi Volume VII bertarikh 1972.
Giovanni Jr. melengkapi peta ini menjadi lebih detail, menyebutkan kota, kondisi geografis, fisiografis, dan morfologis dengan warna penanda. Ia menyelesaikan karyanya dalam 14 volume ensiklopedia selama tujuh tahun. “Peta Indonesia seperti anak laki-laki saya setelah menyelesaikan karya yang lain,” ujarnya kepada Tempo saat pembukaan pameran di Istituto Italiano di Cultura, Jakarta.
Giovanni Jr. mengambil data dari beberapa sumber, terutama dalam pembaruan peta Indonesia yang dibuat oleh kakek dan ayahnya. Ia memperbarui dan melengkapi toponimi kota-kota dan nama pulau di Indonesia. Data peta dia dapatkan dari satelit Atlas Mirage Uni Soviet, misalnya dalam melihat topografi sehingga ia membedakan warna suatu daerah. Sumber lain ia dapatkan dari satelit Amerika Serikat untuk mencari data yang lebih detail, seperti Danau Toba, Pulau Bali, dan Kota Makassar. Ihwal skala, ia menggunakan skala yang diterapkan ayahnya.
Giovanni Jr. mempelajari kartografi sejak kecil. Pada usia 16 tahun, dia sudah mulai ikut belajar dan bekerja untuk ayahnya. “Sebelum berangkat ke sekolah, saya mengerjakan kartografi dulu, nanti lanjut lagi setelah sekolah sampai malam,” ucapnya. Hal ini tak mengherankan karena semua anggota keluarganya berurusan dengan peta. Ia pun ikut berkecimpung di dalamnya. Bagi dia, kartografi sudah mendarah daging. Prioritas keluarganya adalah kartografi.
Pengunjung mengamati karya dalam pameran bertajuk “Italy and Indonesia: 130 Years of De Agostini’s Family Cartography” di IIC Jakarta, Menteng, Jakarta, 2 April 2024. Tempo/Febri Angga Palguna
Setiap hari Giovanni Jr. berkutat dengan kartografi hingga kini. Bagi dia, kartografi bukan hanya pekerjaan, tapi juga sarana liburan. Meski sudah sepuh, dia masih bersemangat dengan karya-karyanya, bekerja didampingi istrinya, Minori M. De Agostini, yang berkecimpung di bidang yang sama. Dia pun membuat peta rencana interteritorial area Catania dan peta jalan Italia dengan skala 1 : 1.000.000 pada 2018. Pada tahun yang sama, ia membuat buku harian gastronomi Italia dengan menyertakan peta bergambar dari Giovanni De Agostini Sr. dan Federico De Agostini.
Sebagian karya tiga generasi De Agostini ini dipamerkan di Istituto Italiano di Cultura dalam pameran kartografi bertajuk “Italy and Indonesia: 130 Years of De Agostini’s Family Cartography” yang berlangsung selama 6 Maret- 5 April 2024. Pameran dihelat oleh Kedutaan Besar Italia di Indonesia dan Istituto Italiano di Cultura yang berkolaborasi dengan Associazione Italgeo, Imago Mundi. Giovanni Jr. juga berpameran dalam rangka peringatan 150 tahun bersatunya Italia pada 2011. Pada 2012, dia juga menggelar pameran “Kartografi De Agostini dan Sejarah Islam, Ekspansi Islam di Dunia melalui Peta Sejarah”. “Kali ini kami ingin mengilustrasikan 130 tahun sejarah kartografi Italia melalui kartografi dari keluarga De Agostini,” tutur Maria Battaglia, Direktur Istituto Italiano di Cultura.
Dalam pameran itu, dipajang peta-peta Italia dari masa ke masa. Perubahan suatu daerah ditandai dengan sejumlah keterangan dan gambar. Dengan demikian, para pengunjung bisa melihat perkembangan suatu area di Italia bertahun 1935, 1945, dan 1960. Peta bergambar karya keluarga De Agostini sangat menarik dengan warna-warna dan gambar yang ditampilkan dalam versi awal hingga revisinya. Yang menarik, ada pula peta yang memperlihatkan gambar Italia ketika pada akhir Perang Dunia Kedua dengan toponimi yang telah dikoreksi dari penggunaan rezim sebelumnya.
Giovanni De Agostini Jr. Tempo/Dian Yuliastuti
Yang tak kalah menarik perhatian adalah peta berjudul Bel Paese edisi pertama karya Federico De Agostini pada 1949, peta Italia yang diwarnai ungu seperti warna anggur, penuh dengan gambar makanan dan minuman anggur. Peta bergambar ini sangat menggugah selera. Diterangkan bahwa peta Bel Paese digunakan oleh perusahaan-perusahaan utama di sektor makanan Italia untuk tujuan periklanan. Banyak yang berupaya menjiplak peta ini.
Keluarga De Agostini dikenal sebagai keluarga yang turun-temurun membuat peta bergambar. Hal ini dimulai dari Giovanni De Agostini Senior sebagai seorang kartografer sekaligus geografer. Dialah yang pertama kali mengenalkan teknik kartografi Italia modern dan merangsang kecintaan kepada sains dengan menginvestigasi fenomena fisik bumi dalam beragam kosmografi dan studi. Dia juga membuka laboratorium kartografi privat pertama di Como dan mempublikasikan dua peta pada 1892 serta mendirikan institut di Roma pada 1901. Publikasinya antara lain peta jalan Italia berskala 1 : 250.000 dan peta Somalia berskala 1 : 400.000.
Lalu ada Alberto Maria De Agostini, saudara Giovanni yang juga seorang misionaris, kartografer, fotografer, dan pembuat film yang menerbitkan buku investigasi dan survei di Tierra del Fuego. Putra Giovanni Senior, Federico, mulai berkolaborasi dengan ayahnya pada 1927. Federico bersama saudaranya, Giulio, dan temannya, Heber, membuat peta mural dalam format besar (3 x 5 meter) untuk kongregrasi agama Katolik Roma Amerika Selatan.
Peta Indonesia yang dibuat Federico De Agostini.
Federico juga membuat karya kartografi, antara lain peta dinding dunia Arab. Dia yang pertama kali membuat peta Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) resmi berskala 1 : 500.000. Karya utamanya adalah ensiklopedia Imago Mundi tentang negara-negara di dunia, ensiklopedia Italgeo tentang rangkaian atlas sekolah untuk berbagai negara di dunia, dan peta jalan Italia berskala 1 : 200.000. Pada 1969, bersama penerbit SAIE, dia mencetak ensiklopedia Imago Mundi dalam format baru yang dipenuhi teks dan gambar.
Keluarga De Agostini seakan-akan tak bisa lepas dari urusan peta dan semuanya mendapat penghargaan dari pemerintah Italia. Putra Federico, Giovanni Junior, pun sejak kecil sudah mengenal kartografi. Dia terlibat dalam bisnis keluarganya tentang peta. Pada 1965, ia membuat karya pertamanya, peta bulan. Ia terlibat pula dalam digitalisasi sistem kartografi. Karya pentingnya adalah edisi Imago Mundi yang diperbarui. Ia berkolaborasi untuk menyusun teks, semua karya kartografi, serta bagian dan tata letak. Ia juga membuat atlas sejarah Islam berbahasa Arab dalam 240 peta untuk masyarakat Al Zahra di Kairo dan lebih dari 30 peta geologi untuk departemen survei geologi pada Kementerian Pertambangan Zambia serta peta Italia berskala 1 : 500.000.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo