Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Psikedelik

Kiki Sulistyo

11 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

seperti penderita parkinson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ia dengar, George Benson, gemetar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

di nektar mawar.

"tak ada yang akan mengubah..," katanya

tapi ilusi psikedelik terlanjur berbintik

bintik nanah dari neutrofil dan bakteri mati

ia terapung, sendirian, persis di batas

antara puisi dan dunia ini.

(2019)


Menjelang Schizofrenia

setelah debu berlian, setelah lembing iklim ditajamkan

malam tumpah, sinar bulan memerah bagai bangkai

kepiting. barisan pemancing, berdiri seperti berhala

yang ditinggal pergi. umatnya, ikan-ikan perairan,

berenang dalam buku biologi untuk anak-anak pengungsi.

di langit ada bayangan rudal, memanjang mirip berita

penghinaan, menghapus eksoplanet dalam dompet remaja.

menjelang schizofrenia, kehampaan ini; foto profil diganti

api bugenfil. bunuh diri imajiner di balik topeng

badut blockbuster.

semua berlangsung di sebuah akun. satu kerjapan dan galaksi

penuh cakram emoji menentukan arah puisi. di mana kau berdiri,

di mana saja atau tidak di mana-mana, segala yang kau baca

sebelumnya terhapus seketika, tinggal kau, berganti, terus berganti,

digeser jari-jarimu sendiri.

(2019)


Pengertian Api

ini, serabut api, serat dari rambut pamela paganini

menyala bagai krusifa, bagi cinta lama dan pengasingan

neruda, bagaimana rupa dunia setelah kau lepas kepribadian

ganda, rugos untuk hantu-hantu galapagos, dalam akuarium,

harum delirium, seperti zinc, gugus bunyi denting yang miring

di ketinggian tebing. sampai di sini, kita ulang dalam lain versi,

ini, pengertian api, fakultas ekonomi dalam mimpi aulia sulhani,

dibuka sebagaimana gerbang surga, oleh si maha segala yang

tak bisa jadi mahasiswa, siapa mau mati dan membebaskan

semua cacing kermi? sebelum menteri mencetak ulang revolusi

industri dan menjual sisik ular untuk pakaian multikultural; penyakit

menular dari masa kolonial. sampai di sini, kita ulang lagi dengan

lain versi, ini, numerik dari cacat-tragis catatan paramedis,

derita komunitas, derita komunikasi, dua huruf i

dalam kata pertama dari semua,

ini.

(2019)


Kiki Sulistyo lahir di Kota Ampenan, Lombok. Ia meraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 untuk buku puisi Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari? dan Buku Puisi Terbaik Tempo 2018 untuk Rawi Tanah Bakarti. Ia mengelola Komunitas Akarpohon, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus