Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuris Julian
Mainan Yang Berteduh di Ruang-Ruang Kecil
Begitulah,
boneka-boneka pengantin
sesaat menjadi abadi
sebelum ladang pikiran
membuat patung
dan menancapkan bahasa palsu
di batok kepalamu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melengkapi hidup,
di sini, nenek moyang kita
perlu seratus cahaya
untuk mematri langkah
seperti kesetiaan sekuntum mawar
yang tumbuh lalu ditebang,
menyembul tunas baru
begitu dan seterusnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tunggu sebentar,
kita lari dulu
ke dalam sajak-sajak octavio paz
yang silau lampu neon
di sana, tak seorang pun jatuh
dan mengelupas jadi gelap,
itu artinya misi peradaban
telah dibekukan
oleh ujung jarinya yang canggung.
Kelak, pada cuaca
hantu-hantu kita namai sejarah,
Mataram, VOC
dan obrolan tentang sebuah peran
sebagai kucing jenaka
namun pandai berpura-pura
2023
Setiap Ledakan Dalam Puisi Ini
Kita Namai Hewan Herbivora
Kepada belalang tua
mengingatkan aku akan baginda
yang sebentar lagi mati
Tak ada suatu hari
dalam sebuah perjudian
menahan taktik dari lingkaran
tempat para penghitung
tanpa tebing dan halaman terakhir
penetapan suara
Berdasarkan tahun sebelumnya
ada misi pergi ke sabana
aku dapat melihat dengan jernih
jejak sungai di tubuh perempuan
berwarna kuning pastel itu
membawa kota penuh bendera
Kudengar seorang bergumam:
“Siapa yang mengirimkan ribuan namamu yang lain?”
Mungkin patung-patung cinta
telah lama berdiam diri dan berdoa
untuk waktu yang melindasnya dengan sengaja
2023
Yuris Julian, lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menulis puisi yang disiarkan di beberapa media cetak dan elektronik serta termaktub dalam sejumlah buku antologi bersama. Kini, bekerja dan menetap di Jakarta.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo