Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FATIMAH Oleh: Dr. Ali Shariati Penerbit: Risalah, Bandung, 1985, 162 halaman BUKU ini awalnya ceramah Ali Shariati, ketika memperingati hari kelahiran Fatimah pada 1971. Shariati tidak saja mengungkapkan kepribadian dan kehidupan putri terkasih Rasulullah itu - suatu hal yang masih gelap baik buat sebagian besar orang Islam Suni maupun Syiah - tapi juga menggali "dimensi revolusioner" dari Fatimah, dan menawarkan sebagai model bagi muslimah dalam mencari identitas dirinya. Menurut Shariati, ada dua tipe wanita dalam masyarakat Islam dewasa ini. Pertama, wanita tradisional. Mereka ini - atas nama Islam - dikategorikan masyarakatnya sekadar sebagai "mesin cuci" atau ibu dari anak-anak. Wanita seperti ini, yang pasrah menjadi pelayan kaum lelaki, tak menemui problem identitas. Kedua, wanita yang dalam usahanya lepas dari ikatan tradisi yang dikenakan padanya dengan dalih agama, dan menemukan bentuk barunya yang diimpor dari Barat. Wanita tipe ini tidak saja kemudian terasing dari akar budayanya, tapi juga menjadi korban eksploatasi Barat. Di antara dua tipe ini, ada wanita yang tidak bisa menerima, baik bentuk Barat (impor) maupun tradisional. Pada mereka muncul pertanyaan dari dalam hatinya, "Siapa aku?" dan "Menjadi seperti siapakah seharusnya aku?" Kepada mereka yang bertanya inilah, Shariati menawarkan wanita model: Fatimah. Mengapa Fatimah? Buku ini merentang kehidupan Fatimah. Dengan deskripsi terinci, lengkap dengan anekdot dan dialog di sekitar figur itu, pengarang menyelipkan komentar dan interpretasinya, kadang dalam bentuk monolog, tentang Fatimah. Semuanya, tentu saja, menggambarkan Fatimah yang serba hebat - figur kontroversial pada awal sejarah Islam. Fatimah adalah wanita multimatra. Ia tidak saja sadar akan kodratnya - sebagai istri dan ibu - tapi juga punya kesadaran sosial. Ia berjuang melawan kekuatan yang menindas dirinya dan masyarakatnya. Figur seperti inilah, kata Shariati, yang dibutuhkan Islam saat ini. Komentar dan interpretasi Shariati tak selalu kritis dan analitis. Puji-annya terhadap Fatimah yang begitu tinggi bisa diartikan orang sebagai pembelaan berlebihan terhadap akar Syiahisme. Dan buku ini, yang di terjemahkan dari Fatima is Fatima, tidak cukup teliti. Misalnya, ada satu alinea yang mestinya masuk ke Bab III ternyata nyasar ke Bab II dan pada Bab IV, tiga alinea raib entah ke mana. Padahal, isinya cukup penting. Farid Gaban
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo