Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Masa Depan JILF Setelah Kontroversi Genosida Gaza

Frankfurt Book Fair dan genosida Gaza mengguncang Jakarta International Literary Festival 2024. Bagaimana dengan JILF mendatang?

4 Desember 2024 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jakarta International Literary Festival atau JILF 2024 diguncang protes soal Frankfurt Book Fair, pendonor yang merupakan pendukung Israel dalam genosida Gaza.

  • Panitia JILF menyatakan Frankfurt Book Fair merupakan sponsor Jakarta Content Week atau JakTent, mitra utama mereka dalam JILF 2024.

  • JILF menerima kritik tersebut dan akan memutus hubungan dengan Frankfurt Book Fair.

BARA api agresi Israel di Gaza terasa hingga ke Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024 terguncang lantaran sejumlah pematerinya memprotes panitia karena pergelaran yang berlangsung lima hari hingga Ahad, 1 Desember 2024, tersebut ikut disponsori Frankfurter Buchmesse.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih dikenal dengan Frankfurt Book Fair, pergelaran ini adalah pameran buku terbesar dunia yang berlangsung setiap tahun di Frankfurt, Jerman. Pada penyelenggaraan tahun lalu, 18-23 Oktober 2023, bersamaan dengan periode awal serangan Israel ke Gaza, mereka menyuarakan dukungan kepada Israel dengan menempatkan Israel di panggung-panggung utama. Sebaliknya, Frankfurt Book Fair membatalkan penganugerahan penghargaan LiBeraturpreis untuk penulis Palestina, Adania Shibli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dukungan total Frankfurt Book Fair untuk Israel yang disertai aksi boikot Palestina itu disesalkan berbagai kalangan sastrawan lintas negara, termasuk Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Ikatan Penerbit Indonesia membatalkan keikutsertaan mereka dalam pameran buku Frankfurt itu.

Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair

Maka kehadiran Frankfurt Book Fair dalam JILF 2024 di Taman Ismail Marzuki mengundang protes pengisi acara. Masalah ini kian mengemuka setelah Trend Asia—organisasi yang berfokus pada isu transformasi energi dan pembangunan—mengumumkan pengunduran dirinya sebagai peserta pada Sabtu, 30 November 2024.

Direktur Eksekutif Trend Asia Yuyun Indradi mengatakan panitia JILF 2024 tidak terbuka soal dukungan Frankfurt Book Fair. Kehadiran mereka menjadi kian ironis karena festival sastra Jakarta ini menyuarakan semangat perjuangan atas perampasan ruang hidup. "Sementara itu, Frankfurter Buchmesse jelas pro-Israel," kata Yuyun kepada Tempo di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin malam, 2 Desember 2024.

Agresi Israel di Gaza berlangsung sejak 7 Oktober 2023 sebagai pembalasan atas serangan Hamas di wilayah Israel pada hari yang sama. Serangan militer tersebut menewaskan lebih dari 44 ribu warga Gaza yang 70 persen adalah perempuan dan anak-anak.

Selain sebagai pembicara, Trend Asia membatalkan rencana peluncuran bukunya, Pergulatan Transisi Energi Berkeadilan: Satu Isu Beragam Dilema, dalam JILF 2024. "Intinya kami kecewa dan memprotes,” ujar Yuyun. "Masak, ngomongin soal perlawanan masyarakat tapi menerima sponsor dari lembaga yang mendukung genosida?"

Direktur Komunikasi Trend Asia Zamzami Arlinus mengatakan, sebelum menyatakan mundur, mereka ikut meminta penjelasan panitia JILF 2024 soal pendanaan Frankfurt Book Fair. Panitia menyatakan keberadaan logo Frankfurter Buchmesse merupakan konsekuensi atas kerja sama Jakarta Content Week atau JakTent—mitra JILF—dengan Frankfurt Book Fair sejak 2020. Tak puas atas penjelasan panitia, Trend Asia dan komunitas relawan membaca, Revolt ID, menggelar unjuk rasa penolakan genosida Israel di Gaza di Taman Ismail Marzuki.

Anggota Trend Asia membentangkan bendera Palestina dalam penyampaian protes kepada Jakarta International Literary Festival 2024 yang dituding pro genosida di Palestina karena melibatkan Frankfurt Book Fair sebagai sponsor festival, di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, 30 November 2024. Dok. Trend Asia

Direktur Jakarta International Literary Festival Anton Kurnia mengatakan kontroversi ini bermula dari kerja sama JILF dengan JakTent, festival kreatif yang diselenggarakan Yayasan 17000 Pulau Imaji. Mereka disponsori Frankfurt Book Fair. Berlangsung sejak 2019, ini pertama kalinya JILF berkongsi dengan JakTent. "Karena kami bekerja sama dengan JakTent, akhirnya kami ikut disponsori oleh Frankfurt Book Fair," ujar Anton kepada Tempo pada Selasa, 3 Desember 2024.

Sebelum kontroversi mengemuka, secara internal, JILF pernah mempertanyakan perihal pendanaan JakTent. Pada akhirnya mereka memutuskan melanjutkan kerja sama sambil mempertahankan independensi mereka. Menurut Anton, hal itu terlihat dari berbagai program acara. Misalnya, penentangan genosida pada malam puisi. "Kami berpegang pada kemerdekaan rakyat Palestina," katanya.

Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu menghormati protes berbagai kalangan soal sponsorship tersebut, termasuk pengunduran diri Trend Asia. Dia berjanji akan lebih berhati-hati dalam memilih rekan kerja serta menegaskan penolakan mereka terhadap genosida dan ekosida. "Kalau Jakarta Content Week bekerja sama dengan Frankfurt Book Fair, kami tidak akan bekerja sama dengan mereka," tutur Anton.

Dia tak menjawab pertanyaan soal besaran dana Jerman lewat Frankfurt Book Fair dalam penyelenggaraan JILF 2024. Dana dari Frankfurt tidak diterima langsung oleh JILF, melainkan dipakai untuk program bersama JILF dan JakTent. "Sulit mengatakan 'kami tidak menerima'," ujar Anton. Dari total anggaran Rp 500 juta, Anton melanjutkan, pendukung terbesar mereka adalah BRI dan Samdhana Institute.

Menurut dia, angka itu tergolong kecil jika dibanding anggaran JILF 2019 yang mencapai Rp 6 miliar. Keterbatasan dana membuat panitia tak leluasa mengundang penulis internasional, seperti Han Kang, penerima Hadiah Nobel Sastra 2024. Sebab, kata Anton, mendatangkan satu penulis internasional membutuhkan sedikitnya Rp 80 juta, termasuk untuk biaya transportasi dan akomodasi.

JILF merupakan agenda Komite Sastra DKJ. Sepanjang 2024, DKJ menerima anggaran Rp 1,3 miliar untuk enam komite. Dengan demikian, mereka perlu mencari sponsor untuk menggelar JILF. "Seharusnya mendanai kegiatan kesusastraan dan perbukuan jadi tugas pemerintah," kata penulis kumpulan cerita pendek Nostalgia Kisah-kisah Ganjil tentang Maut dan Cinta itu.

General Manager JakTent Yani Kurniawan menolak menjawab besaran dana Frankfurt Book Fair. "Saya tidak bisa sampaikan soal itu," katanya kepada Tempo lewat sambungan telepon, Selasa, 3 Desember 2024.

Yani berterima kasih atas kritik yang tertuju kepada JakTent dan JILF 2024. Menurut dia, klaim-klaim tersebut valid. Jika Frankfurt Book Fair terus berpihak kepada Israel dalam genosida di Gaza, mereka akan membatalkan kerja sama tersebut. "Itu opsi yang sedang kami pertimbangkan," ujar Yani.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Lulus dari IAIN Ambon. Menggemari petualangan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus