Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGAIMANA proses manusia menjadi beradab? Empat orang pakar ilmu sosial terkemuka mencoba menjelaskannya dalam buku ini. Nobert Elias menggunakan data empiris Eropa Abad Pertengahan. Ia menunjukkan bagaimana kebangsawanan dan masyarakat kerajaan menjadi semakin beradab lewat tingkah laku yang halus, penggunaan bahasa yang tinggi, dan berkembangnya budaya kerajaan. Suasana begini membuat kalangan masyarakat feodal bisa semakin terorganisasi dan terpusat. Sampai muncul negara absolut Eropa yang pada gilirannya meletakkan dasar bagi munculnya sistem ekonomi kapitalis yang mendorong negara-negara Eropa menjadi kekuatan dunia. Karel Polanyi melihat proses modernisasi dari segi perdagangan dalam teori "transformasi besar". Ia membedakan perilaku timbal balik, perilaku berbagi, dan perilaku tukar-menukar di pasar. Perilaku timbal balik ditemukan di masyarakat pedesaan atau kesukuan sedangkan perilaku berbagi ditemukan dalam masyarakat petani. Dan perilaku tukar-menukar di pasar dalam arti sempit, itulah ciri khas ekonomi kapitalis modern. Immanuel Walerstein lebih cenderung melihat proses modernisasi dan peradaban dari perbedaan kemajuan. Ada masyarakat yang sudah maju dan pengaruhnya dirasakan dalam kawasan yang amat luas, yang dinamakan masyarakat "pusat". Ada masyarakat yang ekonominya belum maju dan karenanya digolongkan pada masyarakat "pinggiran". Di antara kedua golongan masyarakat itu ada masyarakat "semipinggiran". Menurut Walerstein, masyarakat dunia sepanjang masa akan terbagi dalam tiga golongan ini. Sayangnya, para pakar ilmu sosial itu terlalu banyak melihat contoh di Eropa. Padahal, ketika peradaban sedang berkembang di sana, orang-orang Eropa bertingkah amat tak terpuji di bagian dunia lain. Spanyol, misalnya, dengan biadab menghancurkan peradaban Amerika Latin. Apakah memang begitu hukum peradaban? Agaknya, ya. Hans-Dieter Evers, penyunting buku ini, sendiri mengakui bahwa proses peradaban terus-menerus malah menghasilkan ketidakberadaban atau kebiadaban secara dialektis. Hasan Syukur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo