POTRET DUNIA ISLAM Oleh: Lukman Harun Penerbit: Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, 492 halaman. PERJALANAN adalah pengalaman. Dan pengalaman adalah kekayaan. Dengan itulah, dan juga berkat ketekunan mencatat, Lukman Harun menyusun buku ini. Perjalanan Lukman di lima benua terekam semua di buku ini. Apa pun tujuannya datang ke suatu negara - kebanyakan untuk seminar, konperensi, atau yang sejenis - dimanfaatkannya untuk mengamati kondisi masyarakat Muslim dan kegiatan umat Islam setempat. Hasilnya: ia, misalnya, dapat menuturkan perkembangan Islam di Amerika Serikat. Bagaimana Warith Deen Muhammad berusaha meluruskan ajaran Islam yang telah disebarkan ayahnya, Elijah Muhammad, dan pendahulunya, W.D. Fard. Bagaimana kedua orang terdahulu itu memanfaatkan sentimen orang kulit putih untuk berdakwah di kalangan Negro pemabuk, pecandu narkotik, pelacur, dan orang-orang rendahan lain tergambar jelas. Namun, ada kalanya Lukman menulis apa yang dituturkan orang padanya. Lihat saja, misalnya, dalam Bab Afrika. Dalam suatu konperensi di Kenya, ia mendapat bahan tentang Tanzania, Uganda, Nigeria, dan Chad, yang kemudian dituturkannya. Analisa seperti ini tentu saja sepihak. Juga tanpa kedalaman. Sangat terasa bedanya bila tulisan tentang negara-negara itu dibandingkan dengan hasil pengamatannya sendiri, seperti laporannya tentang Eropa atau Australia. Bagaimanapun, secara menyeluruh buku ini berhasil memberi kerangka kasar: inilah dunia Islam dewasa ini. Tapi jangan harapkan kedalaman dan akurasi. Sebab, buku ini juga tidak dimaksudkan sebagai tulisan ilmiah dengan metode pengamatan yang teruji. Tapi Lukman sudah berusaha. Laporan perjalanan ini telah diramunya dengan data negara yang dikunjungi itu. Sehingga terasa macam apa prospek Islam di negara tersebut. Sayangnya, ia melupakan (atau tak punya kesempatan) berkelana di belahan bumi yang lain, seperti Cina, India, Eropa Timur, dan Soviet. Keadaan Islam di negara itu tak terekam, kecuali sedikit tentang Soviet, dan itu pun di Prakata. Kekurangan lain adalah tak dilakukannya pemilahan tulisan, untuk bisa mencapai fokus tulisan yang dikehendakinya. Misalnya, mengapa soal kecopetan di New York masuk dalam Potret Dunia Islam ini. Akan sangat memperbaiki kualitas buku ini, bila hal yang semata pribadi itu ditanggalkan dari isi buku. Namun, semangat Lukman untuk melongok ikhwan di negara lain, dan semangatnya untuk menyajikan hasil kunjungannya - kendati ia mengakui "belum biasa menulis dan mengarang" - bisa mengatasi kekurangannya. Mosaik tulisan ini cukup informatif. Zaim Uchrowi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini