Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Exhuma menjadi film terpopuler di Korea Selatan dengan mengundang lebih dari 6 juta penonton hanya dalam 11 hari.
Film karya sutradara Jang Jae-hyun ini dianggap menawarkan formula horor yang segar yang lahir dari industri film Korea yang didominasi drama.
Film Exhuma dirilis di Indonesia pada 28 Februari 2024 dan sedang tayang di bioskop.
Alunan musik mengiringi ekshumasi makam tua milik konglomerat asal Korea di Los Angeles, Amerika Serikat, itu. Hwa-ra (diperankan Kim Go-eun) menari sembari membacakan mantra untuk menangkal keluarnya roh jahat dari peti mati berusia satu abad tersebut. Dia dibantu satu dukun lain, ahli fengsui, serta tukang gali kubur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya prosesi pemindahan makam itu berlangsung lancar. Namun pantangan membuka peti mati dilanggar seorang petugas rumah sakit dan membuat roh jahat keluar serta meneror keturunan konglomerat tersebut. Dimulailah rentetan kejadian menegangkan dalam film Exhuma, sinema bergenre horor asal Korea Selatan yang dirilis di Indonesia pada 28 Februari lalu.
Dalam Exhuma, roh jahat yang menjadi tokoh antagonis itu tidak diumbar secara eksplisit. Eksistensi mereka digambarkan sebatas pantulan buram di cermin dan suara. Hanya kurang dari lima adegan yang memperlihatkan keberadaan mereka secara jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kim Go-eun dalam film Exhuma. Dok. EXHUMA
Ketegangan dalam Exhuma dibangun lewat berbagai adegan yang dijalin secara cepat sehingga membuat penonton sulit menentukan benar dan salah. Alunan musik latar dan pergantian cuaca secara mendadak juga kerap menambah ketegangan.
Misalnya saat cucu jenazah (diperankan Hong Seo-jun) ditelepon ahli fengsui Kim Sang-deok (diperankan Choi Min-sik) untuk tidak membuka pintu kamar hotel yang tengah digedor-gedor orang yang mengaku sebagai dirinya. Padahal Sang-deok aslilah yang berada di balik pintu.
Data Film EXHUMA
Di sini terlihat jelas bahwa sutradara Jang Jae-hyun membangun ketakutan lewat cerita, bukan adegan. Jadi jangan harap ada adegan jump scare yang menjadi menu tetap dalam kebanyakan film horor. Penonton lebih banyak dibuat tegang, alih-alih ketakutan. “Seru karena alurnya bikin penasaran dan sound-nya bikin makin seram,” kata Agustiana Putri, 20 tahun, mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Joko Anwar, sutradara yang banyak melahirkan film horor populer, seperti Pengabdi Setan (2017) dan Pengabdi Setan 2: Communion (2022), memuji ramuan horor Exhuma. Menurut Joko, film itu tak hanya menawarkan rasa takut, tapi juga cerita yang mengena di hati penonton. “Jadi bukan semata-mata menakut-nakuti dan membuat orang kepingin keluar dari bioskop,” katanya kepada Tempo pada Rabu, 6 Maret 2024.
Hal itu tak lepas dari kehidupan keseharian masyarakat Korea yang jauh dari urusan mistis. “Berbeda dengan film horor Indonesia,” ujarnya.
Menurut Joko, formula horor yang berbeda itulah yang membuat Exhuma dibanjiri penonton, termasuk di Indonesia. Hanya 11 hari setelah dirilis di Korea Selatan pada 22 Februari lalu, film ini ditonton lebih dari 6 juta orang. Korea Times menuliskan Exhuma menjadi film paling populer di Korea dan menduduki puncak tangga box office. Kepopuleran Exhuma telah melampaui film terlaris mereka tahun lalu, 12.12: The Day, yang mengisahkan kudeta militer Korea Selatan pada 1979.
Sutradara Joko Anwar saat memproduksi film "Pengabdi Setan 2: Communion". Dok. Rapi Film
Joko Anwar mengatakan kehadiran Exhuma mengukuhkan pandangan bahwa penonton kian selektif dalam memilih film, tak terkecuali genre horor. “Saat ini penonton lebih mengutamakan cerita dan karakterisasi yang baik di atas adegan-adegan yang mengejutkan,” ujarnya.
Formula yang kurang-lebih sama juga Joko Anwar coba tawarkan dalam film terbarunya, Siksa Kubur. Menurut dia, meski filmnya sama-sama bergenre horor seperti Pengabdi Setan, sumber ketakutan dalam film itu bukan setan atawa hantu, melainkan hati masing-masing. “Tidak berfokus ke jump scare,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo