Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung- Seniman patung Gabriel Aries Setiadi, 40 tahun, menghelat pameran tunggal berjudul Poetical Urgency. Berlangsung sejak 22 Juni sampai 29 Juli 2024 di Lawangwangi Creative Space, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengolah karyanya dengan menggunakan berbagai komponen. “Pameran sekarang ini kecenderungannya karya yang assembling,” kata Gabriel saat pembukaan pameran, Sabtu 22 Juni 2024.
Pameran Patung Hubungkan Material dengan Resin
Di ruang galeri, karyanya tersusun dari gabungan elemen batu, logam, juga resin, yang dibentuk menjadi patung. Namun begitu, seniman yang merangkap sebagai dosen di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung itu juga mengakui karyanya tidak hanya berbasis disiplin seni patung melainkan juga terpengaruh oleh bentuk karya arsitektur dan desain interior. Pada pamerannya kali ini, Gabriel juga melepaskan diri dan karyanya dari balutan narasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurator pameran Rizki A. Zaelani mengatakan, kekaryaan seniman berupaya menghubungkan material alami seperti batu dan logam dengan resin sebagai bahan kultural lewat proses produksi industrial. Gabriel Aries membuat komposisi bentuk-bentuk yang akrab serta tidak dikenali. Hasil bentukan karyanya juga dinilai berjarak dengan ingatan publik tentang suatu material yang biasanya ditemukan sebagai barang-barang tertentu dalam pengalaman keseharian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekaryaan seni patung Gabriel Aries menggabungkan elemen seperti batu, logam, dan resin. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Logika dari Patung-patung Abstrak
Menurut Rizki, dalam patung-patung abstrak itu bisa ditemukan logika keterkaitan bentuk yang disebut Gabriel sebagai bentuk-bentuk kuncian atau joined forms. Dia menilai karya Gabriel sangat kuat pada aspek formalisme yang berfungsi sangat subyektif daripada obyektif. “Prinsip formalisme itu sekarang direlevansikan lagi dengan kondisi sekarang yang kelimpahan informasi,” ujarnya, Sabtu 22 Juni 2024.
Perlu waktu setahun untuk menyiapkan pameran itu dengan berbagai tantangan. Awalnya menurut Gabriel, proses penciptaan karyanya cukup rumit ketika membangun konstruksi dari benda yang bahannya berbeda untuk menjadi kesatuan utuh. Termasuk dengan mempertimbangkan aspek ruang pameran, waktu, dan konteks material. “Karya-karya ini merupakan rangkuman dari beberapa komposisi gagasan visual,” kata Gabriel.
Komposisi karya dibuatnya berdasarkan kumpulan temuan bentuk yang dipilih dari proses produksi serta ingatan citra karya arsitektur di Eropa, Timur Tengah, Asia juga kota-kota di Indonesia dari perjalanan atau kunjungan.
Pilihan Editor: Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal di Bandung, Campurkan Seni Lukis Tradisi dengan Grafis