Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Susanna, Mengatasi Balet

Gerakan tari Susanna Leinonen dari Finlandia memperkaya balet klasik.

22 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kostum para penari itu mengingatkan kita pada balet. Dia memakai tutu putih, decker pelindung lutut, kaus kaki panjang, serta celana pendek dan atasan transparan dengan bantalan penutup dada. Tapi penata kostumnya, Erika Turunen, membedakannya dari tutu balet klasik dengan membuat tutu khusus. Bahannya bukan tulle, yang biasa dipakai balerina klasik, melainkan organza dengan bentuk sarang lebah. Sebagian gerakannya juga dapat dikenali sebagai gerakan balet, tapi sebagian besar merupakan gerakan kontemporer yang lebih bebas.

Itulah yang tampak pada tari Trickle, Green Oak, yang dipentaskan Susanna Leinonen Company di Teater Salihara, Jakarta Selatan, pada Jumat dan Sabtu dua pekan lalu. Pertunjukan itu dibuka dengan penari solo yang melengkungkan kedua tangan di depan badan, lalu mengangkat kaki kirinya ke samping dan dilempar ke belakang. Sesaat dia dalam posisi balet terkenal, Arabesque, yang tegak dengan bertumpu pada kaki kanan, kaki kiri terbentang ke belakang dan sambil merentangkan tangannya ke depan dan belakang. Posisi balet itu buyar ketika kakinya turun dan tubuh sang penari tersentak-sentak hingga membungkuk. Lalu dia melempar kakinya ke belakang lagi dalam posisi Arabesque.

Gerakan balet yang dirajut dengan gerakan tari kontemporer semacam itu berulang kali kita temukan pada penari itu dan tiga penari lain yang muncul kemudian, termasuk posisi tegak di ujung kaki sekejap.

Malam itu kelompok tari dari Finlandia ini mementaskan dua karya Susanna Leinonen, And The Line Begins to Blur dan Trickle, Green Oak. Kostum dan gerakan penari Trickle mengesankan gerakan burung yang menari, meloncat, dan terbang ke sana-kemari dalam berbagai formasi. "Susanna membuat Trickle untuk pertunjukan balet nasional. Jadi Anda akan melihat balet di sana, tapi dia membelokkannya menurut arah yang dia kehendaki," kata Jouka Valkama, suami Susanna Leinonen, yang memimpin kelompok balet tersebut.

And The Line dibawakan empat penari wanita dan dua pria. Gerakan tari ini lebih kuat, mengandalkan kekuatan fisik dan personal. Kostum mereka hitam seperti tentara. Para penari banyak bergerak dalam formasi baris-berbaris. Mereka melangkah dengan gerakan yang lambat dan berat seperti robot. Leinonen membicarakan soal kaburnya batas antara individu dan masyarakat. Dia mengungkap sisi gelap manusia dengan gerakan yang brutal, keras, dan simbol-simbol persaingan.

Adella Fauzi, balerina yang pernah meraih beasiswa Boston Ballet Summer Dance Program di Boston, Amerika Serikat, melihat karya Leinonen merupakan pengayaan dari balet dan bukan "perbendaharaan" balet. "Trickle lebih feminin, And The Line lebih maskulin," kata Adella.

Yang menarik, pencahayaan dalam karya Leinonen diperhitungkan benar untuk memberi efek tertentu bagi penarinya. Bahkan properti lampu juga digunakan sebagai bagian dari pertunjukan. Tataplah bagaimana saat lampu jatuh tepat di atas kepala penari dalam Trickle.

Kurniawan, Evieta Fadjar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus