Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Syekh Khaled Bentounes: ”Mereka Lebih Tertarik Mengenal Islam”

30 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada usia 25 tahun ia memimpin sebuah kelompok tarekat. Waktu itu Syekh Khaled Bentounes dibaiat sebagai pimpinan tarekat Alawiyyah, tarekat yang punya banyak pengikut di Afrika Utara. Kini, ia 57 tahun dan telah banyak menulis buku tentang tasawuf. Bulan ini ia menghadiri peluncuran bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di Jakarta, Jalan Kebahagiaan Tasawuf Kalbu Islam.

Syekh Khaled lahir di Mostaghanem, Aljazair. Ia menikahi seorang wanita Katolik, dan sekarang tinggal dan memimpin tarekat Alawiyyah di Paris, Prancis. Berikut adalah petikan wawancara Syekh Khaled dengan Istiqomatul Hayati, Idrus F. Shahab, dan fotografer Ramdhani, di Jakarta.

T: Bagaimana perkembangan tasawuf di Prancis setelah 11 September?

J: Kejadian itu telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang Islam. Dan masyarakat Eropa, khususnya di Prancis, jadi lebih tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang Islam. Harus diakui, sejak 11 September, saya sendiri menerima banyak undangan seminar, diskusi, yang jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Jadi, diskusi itu malah lebih menyadarkan masyarakat Eropa, Islam itu apa. Dan citra yang sering kali dibawa media massa barangkali merupakan citra negatif terhadap Islam. Tapi, masyarakat Prancis punya jarak terhadap informasi yang diberikan. Mereka bisa menyaring informasi sendiri.

T: Sebenarnya apa sih yang ditawarkan sufisme terhadap dunia dewasa ini?

J: Sudah terbukti dalam sejarah Islam, sufi menawarkan konsep penyatuan fundamental dan menawarkan toleransi perbedaan pendapat. Tasawuf menyatukan kembali dalam semangat toleransi antara aliran-aliran yang berkembang. Di masa kini, banyak perubahan dan tantangan globalisasi, persoalan dan pertentangan antara modernitas dan tradisi. Saya merasa sufi bisa menjaga keutuhan umat manusia, khususnya dunia Islam, dan bekerja dengan mencoba mempengaruhi agar pihak-pihak yang berbeda itu bisa menerima satu sama lain dalam hidup berdampingan. Dalam era Khalifah Usman, ada satu orang sufi yang mewariskan prinsip dasar yang disampaikan kepada umat Islam. Pertama, jangan sampai keluar dari ummah. Kedua, jangan sampai menyembunyikan kebenaran. Kebenaran harus diungkap, tapi tetap dalam ummah itu.

T: Mistisisme ada dalam tiap monoteisme. Tapi kenapa dalam Islam mistisisme berkembang demikian pesat, seperti sufisme?

J: Kalau kita perhatikan, sebenarnya disebutkan dalam Al-Quran, semua kita dari Ibrahim. Karena kita meneruskan tradisi Ibrani, itu bisa menjelaskan mengapa mistisisme itu ada dalam monoteisme. Khusus untuk tasawuf memang perkembangannya bisa menjadi pesat karena ada salah satu prinsip dari tasawuf ini, yakni kesatuannya, tauhid. Prinsip itu memungkinkan perkembangan yang lebih pesat dari agama lain. Karena tak ada tahap-tahap intelektual, tidak ada representasi melalui gambar atau patung.

T: Di Inggris ada gejala baru: orang-orang kulit putih yang masuk Islam menempuh jalan Islam radi-kal. Apa artinya ini?

J: Dulu, orang pindah ke Islam sudah cukup umur, berpendidikan, dan mereka sedang dalam pencarian spiritual. Jadi melalui pemikiran, perenungan, dan pencarian. Sedangkan sekarang, masih remaja belasan tahun karena di dalam lingkungan mereka sedang pindah agama jadi banyak ikut-ikutan. Jadi tidak ada pencarian spiritual sama sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus