RAKYAT AS agaknya akan memperoleh pelajaran menarik dari sejarah
perang Vietnam (1961 - Mei 1975). Dengan cara pendekatan
berbeda, sudah banyak sutradara film mengungkapkan kembali
keterlibatan AS di sana. Mereka tidak semata mengejar
keuntungan, tapi juga ingin menggambarkan kepada rakyat AS:
betapa perang yang mahal itu telah menghancurkan puluhan ribu
kehidupan keluarga, dan persahabatan.
Ekses terpecahnya suatu keluarga, misalnya, dikemukakan secara
memikat oleh sutradara Hal Ashby dalam film Coming Home. Seorang
kapten marinir (Bruce Dern) karena harus terjun ke Vietnam
terpaksa meninggalkan kehidupan rumah tangganya. Sally Hyde
(Jane Fonda), istri sang kapten dalam kesepiannya kemudian
bermain cinta dengan Luke Martin (Jon Voight), veteran perang
Vietnam yang lumpuh. Lewat serangkaian adegan Sally dan Luke,
film ini jelas mengundang rasa simpati pada penderitaan veteran
perang Vietnam.
Untuk mereka yang menentang perang dan menderita karenanya,
Coming Home -- yang jauh dari prasangka dan penonjolan kekerasan
suatu pihak -- tampak menarik. Ia berbeda dengan The Deer
Hunter, yang tidak begitu akurat memaparkan sejarah perang dan
kemerosotan moral di kalangan tentara AS.
Para veteran perang Vietnam dengan jelas memprotes The Deer
Hunter (karya surradara Michael Cimino), yang hampir menjadi
suatu propaganda politik. Mereka mengecam penonjolan kekerasan
Vietcong yang memaksa tawanannya memainkan Russiroulette, Jane
Fonda, aktivis anti-perang Vietnam, tanpa melihat film itu
mengecamnya sebagai "sangat rasionalis dan dibuat dengan versi
Pentagon (Departemen Pertahanan AS)."
Pemaparan Cimino tentang kekejaman, kemerosotan moral, dan
kesendirian tentara AS di medan perang Vietnam, berpengaruh di
kalangan rakyat AS. Namun mereka tidak bisa menolak kehendak
pembuat kebijaksanaan di Washington supaya pergi ke Vietnam
seperti halnya Luke dalam Coming Home. "Hanya kebrutalan yang
ada di sana," katanya. "Tapi aku tidak punya pilihan lain."
Secara lebih terperinci sutradara Francis Ford Coppola
menguraikan pengalaman AS di medan perang Vietnam dalam film
Apocalypse Now. Penenang Palem Emas Festival Film Cannes 1980
ini, lewat rangkaian gambar spektakuler, berhasil menyajikan
perang Vietnam sebagai sesuatu yang memualkan. Dalam perang itu,
setelah menderita tekanan psikologis, dan kemerosotan moral,
banyak manusia kehilangan pribadinya, demikian ceritanya.
Akibat perang itu sendiri juga terasa di dalam negeri AS
sendiri. Para veteran perang yang tidak memperoleh kesempatan
kerja sering kecewa menghadapi lingkungan. Mereka, demikian
pemaparan film Rolling Thunder, sering terjebak dalam tindak
pidana kriminal, dan keonaran masyarakat. Malah ada juga
sekelompok GI (prajurit) dari Vietnam, karena tidak mendapat
penghormatan layak di AS, melakukan kerusuhan -- seperti
digambarkan film Welcome Home Soldier Boys.
Masih banyak sesungguhnya pengalaman AS di Vietnam yang belum
diungkapkan dalam film. Betapa pun berbeda cara orang mengangkat
kisah itu, akibatnya tampak terasa pada arah kebijaksanaan
politik luar negeri AS. Negara itu agaknya kapok, tidak akan
mengulangi sejarah Vietnam di tempat lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini