Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Yang Muda yang Bercanda

Inilah film komedi anak muda. Niatnya memang cuma ingin menghibur, tak lebih.

20 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

5 Sehat, 4 Sempurna Sutradara & Skenario : Richard Buntario Pemain : Rena Tabhita, Fatir Muchtar, Tessa Kaunang Produksi : I Sinema MAU rileks? Tontonlah film ini, niscaya Anda bakal terpingkal-pingkal. Tapi untuk itu ada syaratnya. Setidaknya usia Anda tidak lebih dari 30 tahun. Lebih juga tak dilarang, asalkan paham dengan istilah dan gaya remaja saat ini. Termasuk bahasa yang populer di kalangan banci. Kalau tidak, boleh jadi adinda (Anda) bakal bete (bosan, bad time) deh. Film 5 Sehat, 4 Sempurna garapan Richard Buntario, nama yang selama ini kondang beredar sebagai sutradara video musik, memang ditujukan untuk penonton muda. Khas tipe anak muda Ibu Kota, film ini penuh dengan upaya bermain-main dalam mengeksplorasi kelucuan dari kehidupan mereka sehari-hari. Jadi, lupakanlah skenario yang hebat, gambar-gambar dahsyat, apalagi dialog-dialog yang cerdas. Jalan ceritanya pun semaunya. Logis atau tidak, yang penting bisa ngakak. Simaklah sinopsisnya. Film ini mengetengahkan kehidupan dua kelompok anak Jakarta, masing-masing beranggota empat orang cowok dan empat orang cewek. Mereka adalah kumpulan anak muda yang sangat bernafsu berada di tengah-tengah panggung pergaulan kaum muda masa kini, meski sebenarnya mereka hanya orang yang ketinggalan perkembangan zaman. Ngomong selalu diselipi bahasa Inggris, meskipun sebenarnya total ngawur. Pekerjaan mereka tak jelas. Kelihatannya sih mahasiswa, tapi tak pernah kuliah. Tapi apa peduli mereka. Kegiatan mereka asyik menggelindingkan bola di lintasan boling atau bermain biliar. Satu hal yang membuat mereka bergairah adalah ketika harus bertaruh. Saat bermain biliar, Danny (Fatir Muchtar) si pemimpin geng cowok menantang Julia (Rena Tabhita) untuk taruhan. Taruhan duit sih kuno. Taruhannya: yang kalah buka baju tanpa sisa. Tak puas sampai di situ, taruhan berikutnya tak kalah ngawur. Geng cewek ditantang untuk bisa berkencan dengan seorang bintang dunia yang akan datang ke Indonesia, yakni John Doe (Mike Lewis). Sedangkan Julia menantang Danny untuk bisa balik lagi kencan dengan bekas pacarnya, Mona (Tessa Kaunang). Hadiahnya juga asal: tiket perjalanan ke Kuala Lumpur. Lo, kenapa harus ke negeri jiran itu? Sebodo amat! Nah, wasit pertarungan ini adalah Vantje Burhanuddin (Ivan Gunawan), banci yang larut dengan geng cewek. Pertarungan memenangi taruhan itulah yang menjadi urat film ini. Adegan-adegan dipenuhi dengan celetukan segar anak-anak muda Jakarta. Toh, miskinnya negeri ini akan film-film komedi membuat 5 Sehat, 4 Sempurna ini tak bisa berkelit dari dagangan film lucu yang pernah ada. Berbagai adegan slapstick gaya Trio Warkop Dono, Kasino, dan Indro ikut muncul. Untuk menggali kelucuan lain, sosok Vantje, banci raksasa, adalah sebuah jalan pintas untuk meraup tawa sebanyak-banyaknya seperti tokoh si Emon dalam Catatan Si Boy—yang kesohor pada 1980-an. Meski demikian, usaha Richard untuk lepas dari pengaruh itu bukannya tak ada. Misalnya upayanya memasukkan unsur-unsur komik dalam film ini. Itu bukan saja dari cara pengambilan gambar, mimik, dan gerak para pemainnya, tapi juga dalam hal editing. Satu yang cukup menggelitik, meski bukan sesuatu yang baru, adegan anjing kecil yang menyalak dengan gonggongan anjing raksasa yang kemudian diralat dengan memasukkan telop, "Eh, salah dubbing, nih." Adegan itu diulang: si anjing menyalak dengan suara yang sesuai dengan postur tubuhnya yang kecil. Satu lagi yang tak kalah menggelitik adalah munculnya tokoh yang bernama Aliong, anak muda yang doyan bisnis. Tapi jangan salah. Aliong bukanlah orang Cina, melainkan anak Yaman yang lahir dan besar di kawasan Glodok—kawasan pecinan. Konyol betul, anak keling berambut keriting itu ngoceh dengan gaya babah. Richard termasuk beruntung, para pemainnya cukup enjoy dengan peran masing-masing. Namun keasyikan melucu itu sendiri sepertinya membuat Richard lupa akan batas maksimal kemampuan mengocok kegelian penonton. Durasinya terlalu panjang. Andai saja ia mau meringkasnya dan hanya menyuguhkan adegan yang terbaik, niscaya kegelian pun terasa pas. Toh, di tengah sajian komedi konyol yang muncul di berbagai sinetron di televisi, film ini cukup menghibur. Tapi, kalau tak tergelak juga, sepertinya Anda harus mengambil cermin, lalu amati seberapa banyak kerutan di wajah. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus