Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stockholm yang dingin pada siang, awal Mei lalu, terasa hangat saat Per Sinding-Larsen berkisah tentang perkembangan musik Swedia. Sinding-Larsen adalah jurnalis stasiun televisi lokal SVT yang menggeluti musik sejak 45 tahun lalu. Sambil menyantap menu Bake Code, piperadi potato, Sinding-Larsen menyebut Abba sebagai tonggak sejarah musik Swedia hingga dikenal dunia.
Grup musik ABBA sangat identik dengan negara Skandinavia tersebut. Hampir di setiap stasiun kereta api, poster grup musik ini terpampang bersama beberapa band Swedia lain. Untuk mengetahui lebih dalam tentang ABBA, Sinding-Larsen menyebut Museum ABBA adalah tempat yang harus dituju. "Berkunjunglah ke Museum ABBA," kata pria yang akrab disapa PSL ini.
Menjelang sore pada keesokan harinya, Tempo bersama empat jurnalis asal Indonesia menuju museum yang dibuka pada Mei 2013 itu. Dari pusat kota, trem nomor 7 adalah pilihan terbaik untuk menuju museum yang berada di Pulau Djurgarden di sebelah timur Stockholm itu. Moda transportasi lain yang bisa menjangkau tempat ini adalah bus dan feri.
Tiba di sana, kita tidak akan melihat museum dengan bangunan tua khas negara-negara Nordic. Bangunan museum yang bergabung dengan Swedish Music Hall of Fame dan Pop House Hotel ini terlihat sangat modern. Sebelum masuk ke museum, aroma ABBA sudah tercium. Papan bergambar empat personel grup ini berdiri tegak di sudut halaman luar bangunan.
Untuk masuk museum, pengunjung harus membeli tiket seharga 250 krona Swedia atau sekitar Rp 385 ribu. Tiket masuk ini belum termasuk alat audio untuk pemandu selama di dalam. "Dilarang merekam, hanya memotret," ujar petugas museum sebelum pengunjung masuk. Museum ini terletak di lantai basement dari Pop House Hotel yang sebagian dimiliki oleh personel ABBA, Bjorn Ulvaeus.
Setelah menuruni tangga, kita akan menemukan lambang ABBA yang kerap digunakan untuk konser grup ini terpacak tegak di pintu masuk. Perkenalan dengan ABBA dimulai saat pengunjung masuk ke ruang bioskop yang menampilkan film ABBA World karya sutradara peraih Grammy Award, Jonas Akerlund. Film ini menyajikan perjalanan empat personel grup ABBA, yaitu Agnetha Ase Faltskog, Bjorn Ulvaeus, Benny Andersson, dan Anni-Frid, saat menjalani tur mereka ke berbagai tempat. Suasana ingar-bingar di setiap konser ABBA terekam jelas di sini.
Dan perjalanan menelusuri kembali karier musik ABBA dimulai setelah keluar dari ruang film tadi. Pengunjung diajak menyaksikan lagi perjalanan grup musik yang telah menjual 400 juta kopi album ini. Yang pertama, tentu saja awal karier grup musik ini. Dalam layar televisi yang dipasang di salah satu sudut museum tampak diputarkan kembali Eurovision Song Contest pada 1974. Inilah awal pijakan karier ABBA.
Menyanyikan lagu Waterloo, ABBA akhirnya merebut perhatian dan memenangi kontes ini. Kostum yang mereka kenakan saat tampil di acara itu ikut dipajang juga di sini. Termasuk gitar unik yang dipakai Benny Andersson di ajang tersebut. "Seandainya gitar ini bisa bicara!" demikian tertulis di papan informasi yang ada di sisi gitar bermerek Malmberg tersebut.
Cerita setiap personel juga bisa diikuti di sini. Seperti kisah Anni-Frid atau yang biasa disapa Frida, lewat audio guide yang dipegang pengunjung, suara Frida terdengar jelas saat mengisahkan perjalanan karier perempuan kelahiran Narvik, Norwegia, pada 15 November 1945 itu. Frida juga menceritakan kisah cintanya dengan personel ABBA lain, Benny. Mereka kemudian menikah pada 1971.
Adapun Agnetha saat itu juga menjalin asmara dengan Bjorn. Momen indah mereka saat sedang kasmaran terekam lewat foto di sebuah taman Stockholm. Salah satu yang paling ditunggu di museum ini adalah menanti berderingnya telepon berwarna merah yang dipasang di sana. Telepon itu mewakili salah satu lagu hit grup ini pada 1973, yaitu Ring Ring. Tampak foto keempat personel grup ini di belakang telepon tersebut. Telepon merah itu tersambung dengan nomor telepon para personel ABBA.
Bagi yang beruntung, saat telepon berdering, dari ujung telepon akan terdengar suara dari salah satu personel ABBA. Memasuki lebih dalam museum ini, pengunjung akan dikejutkan oleh suasana studio rekaman grup ini yang diambil langsung dari Polar Music. Studio rekaman yang dipimpin Stig Anderson ini sangat berjasa bagi ABBA. Stig ikut menulis beberapa lagu untuk ABBA. Replika kantor Stig juga dipamerkan di sini, berikut daftar panjang konser ABBA.
Yang unik, di dalam ruang studio itu terdapat piano yang terhubung langsung dengan studio Benny. Jika Benny memainkan piano di studionya, tuts-tuts piano di museum ini juga akan bergerak sendiri dan memainkan musik yang tengah dimainkan Benny di luar sana.
Di belakang replika studio itu juga terdapat salah satu set ruangan dari cottage musim panas yang dibeli Agnetha dan Bjorn di Pulau Viggso, salah satu dari 24 ribu pulau di Swedia. Di sinilah lagu Ring Ring ditulis dengan piano dan gitar yang terpajang di museum ini.
Setelah melalui berbagai kisah tentang ABBA, bagian yang paling menarik adalah saat pengunjung ikut berinteraksi dan jadi anggota kelima dari grup ini. Pengunjung diajak untuk ikut audisi menjadi penyanyi ABBA dengan masuk ke booth karaoke. Di sinilah keceriaan dan canda tawa pengunjung terdengar. "Mari bernostalgia dan berkaraoke bersama," kata Boel Lindbergh, yang menemani kami ke sana saat itu.
Dalam ruang karaoke ini terdapat layar televisi dan mikrofon yang mirip di studio rekaman. Tinggal memindai tiket, pengunjung kemudian memilih lagu yang diinginkan. Dan Anda bisa menebak, pilihan kami saat itu adalah salah satu lagu hit ABBA: Dancing Queen.
You can dance, you can jive, having the time of your life
See that girl, watch that scene, digging the Dancing Queen…
"Walau pada masa itu belum ada, saya bisa menyanyikan dengan baik lagu ini," kata Emily, yang ikut berkaraoke bersama kami. Emily adalah generasi muda Swedia yang tak bersentuhan langsung dengan ABBA. Tapi, karena saking melegendanya grup ini, lagu-lagu ABBA pun akrab di telinga mereka. Di akhir lagu layar akan menampilkan skor peserta audisi.
Puas bernyanyi, pengunjung diajak merasakan bagaimana para personel ABBA memilih kostum yang akan dikenakannya sebelum pentas. Satu set ruangan tempat outfit yang dikenakan para personel dibuat juga ada di museum ini. Di tempat ini desainer merancang kostum yang akan dikenakan Agnetha, Bjorn, Benny, dan Anni-Frid.
Museum ini juga mengajak pengunjung merasakan duduk di dalam helikopter yang digunakan untuk cover album Arrival. "Ini adalah salah satu spot paling menarik," kata Boel, yang kemudian ikut merasakan duduk di dalam helikopter dan mengabadikannya.
Perjalanan diteruskan ke sebuah panggung besar yang berdiri di salah satu ruangan museum ini. Ini adalah tempat para pengunjung bisa menjadi personel kelima ABBA. Dengan memindai tiket dan memilih lagu, pengunjung akan merasakan pengalaman yang tak akan terlupakan: bernyanyi bersama empat personel ABBA, live dari atas panggung. Agnetha, Bjorn, Benny, dan Anni-Frid hadir di panggung itu dalam bentuk hologram.
Ziarah ke Museum ABBA belum berakhir. Di Golden Room, pengunjung bisa melihat ratusan album grup musik yang memutuskan bubar pada 1982 ini. Semua memorabilia tentang ABBA berakhir di sini. Sebelum melangkah keluar museum, pengunjung diajak berdansa di salah satu ruangan. Dan bergemalah lagi lagu Dancing Queen mengiringi goyangan tubuh kita.
Sebelum meninggalkan museum ini, Anda wajib ke toko yang menjual berbagai suvenir tentang ABBA. Tapi, siap-siap, di sini kita tak bisa bertransaksi tunai. "Kami hanya menerima pembayaran lewat kartu," kata kasir toko ini. Dan bawalah pulang berbagai memori tentang ABBA lewat berbagai suvenir yang kita beli di sini.
Juli Hantoro (Stockholm)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo