Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan kasus penyakit akibat polusi udara Jakarta belum termasuk kategori darurat. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, tren kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau penyakit pernapasan lain tidak naik drastis melainkan naik-turun.
"Kalau dilihat data penyakit akibat polusi udara sejauh ini belum masuk kategori darurat," kata Ani Ruspitawati di Gedung Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023, seperti dikutip dari Antara.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tren kasus ISPA atau penyakit pernapasan lain yang berhubungan dengan kualitas udara tidak sehat, seperti pneumonia, asma dan lainnya, tidak mengalami kenaikan drastis.
"Untuk tahun 2023, tren kesakitannya tidak berbeda dengan jumlah kasus sebelum pandemi," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2020 dan 2021 saat terjadi pandemi COVID-19, kata Ani, angka kesakitan relatif turun. Tetapi pada 2023, tren angka kesakitannya masih relatif sama dibandingkan 2018 dan 2019 atau sebelum pandemi.
Angka Penyakit Pernafasan Naik Turun Terpengaruh Kondisi Cuaca
Dari data tersebut, Ani mengatakan, angka penyakit tersebut tidak mengalami perubahan signifikan, namun angkanya naik-turun karena terpengaruh kondisi cuaca.
"Tren biasanya di awal tahun tinggi," ujarnya. "Sekarang belum terlalu turun karena musim kemaraunya agak panjang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ani mengatakan, perubahan iklim membuat pola penyakit agak berubah. "Sejauh ini kita monitor terus jumlah dan pergerakan kasusnya masih relatif normal, tidak ada peningkatan signifikan," ucapnya.
Selanjutnya DKI punya sistem pelaporan kasus ISPA...
Dinkes DKI Punya Sistem Pelaporan Kasus ISPA
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI mempunyai sistem pelaporan untuk memantau penyakit menular yang berpotensi wabah maupun penyakit tidak menular.
Sistem yang membantu pemantauan dan mengetahui tren kasus penyakit menular ini bisa menjadi sistem peringatan dini (early warning system) sehingga Dinkes DKI bisa mempersiapkan langkah antisipasi dan pencegahan.
"Kasus ISPA di Jakarta tahun 2023 ini rata-rata sekitar 146.000 kasus per bulan. Pola ini kurang lebih sama dengan kondisi sebelum COVID-19, yaitu pada 2018-2019," kata Ani.
Dinkes Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Sebagai upaya mengendalikan dan mengantisipasi penyakit akibat kualitas udara tidak sehat, Dinkes DKI selalu menerapkan langkah preventif promotif (promosi pencegahan).
Salah satunya memberikan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat di berbagai tatanan seperti sekolah, lingkungan permukiman dan tempat kerja.
PHBS yang dimaksud seperti tidak merokok, melakukan aktivitas fisik, makan makanan sehat dan bergizi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, cuci tangan dengan sabun dan pengelolaan stres.
Dinkes juga mengimbau pemakaian masker untuk kelompok rentan dan kondisi kesehatan khusus.
Dinkes DKI juga mengimbau masyarakat apabila dalam keadaan tidak sehat sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah. "Kalaupun harus beraktivitas di luar rumah, usahakan menggunakan masker. Kita harus bertanggung jawab terhadap kesehatan kita sendiri dan orang lain di sekitar kita," kata Ani.
Selanjutnya tingkat kasus ISPA di Jaksel naik...
Tingkat Kunjungan Penderita ISPA ke Puskesmas di Jaksel Naik 22 Persen
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mencatat jumlah kunjungan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ke puskesmas naik hingga 22 persen pada periode Mei-Juli 2023 di tengah tingginya polusi Jakarta. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jaksel Yudi Dimyati menyebut pasien ISPA terbanyak adalah warga berusia 0-5 tahun atau balita (62.186 orang).
Kemudian disusul pasien 9-60 tahun (45.247 orang) dan warga berusia 5-9 tahun (13.225). "Kemudian yang paling sedikit, yakni usia 60 tahun ke atas sebanyak 7.588 pasien," kata Yudi.
Dia membeberkan kunjungan pasien ISPA ke puskesmas mencapai 49.812 pada Mei 2023. Angka ini sempat turun enam persen sebulan berikutnya menjadi 46.458, tapi naik lagi pada Juli.
Menurut Yudi, jumlah kunjungan melonjak 22 persen menjadi 57.376 pada Juli. Puskesmas di Jaksel yang menerima pasien ISPA terbanyak sepanjang Mei-Juli 2023 adalah Puskesmas Kebayoran Lama, yakni 14.449 orang.
Kualitas udara Jakarta yang memburuk menjadi sorotan belakangan ini. Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (IBUKOTA) memaparkan Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk dalam dua bulan terakhir jika mengacu pada situs IQAir.
ISPA adalah salah satu dampak dari tercemarnya udara Ibu Kota. Yudi mengimbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan untuk mencegah paparan polusi Jakarta.
"Sementara ini kalau akan beraktivitas di luar ruang harus menggunakan masker," ucap dia. Dia juga mengingatkan warga untuk menjaga kesehatan, imunitas, olahraga, dan konsumsi sayur serta buah.
Fasilitas Kesehatan di Jakarta Siap Tangani Penyakit Akibat Polusi
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan seluruh fasilitas kesehatan di wilayah DKI Jakarta siap untuk menangani penyakit akibat polusi udara yang memburuk di Ibu Kota beberapa waktu belakangan ini.
"Faskes kita sudah sangat siap melayani masyarakat (menangani penyakit masalah kualitas udara)," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Gedung Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Agustus 2023 seperti dilansir dari Antara.
Ani menyebutkan, terdapat 44 Puskesmas Kecamatan, sekitar 196 Puskesmas yang ada di setiap kelurahan, 31 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan 196 rumah sakit yang ada di Jakarta.
"Jadi fasilitas kesehatan ini mampu memberikan pelayanan 24 jam kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar Ani.
Selain itu, Ani meminta masyarakat Jakarta yang memiliki keluhan batuk, pilek ataupun lainnya dapat langsung mengecek kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta telah mengajak warga membatasi aktivitas di luar ruang agar terhindar dampak polusi udara di Ibu Kota dan wilayah sekitarnya.
"Hindari beraktivitas di luar ruang (outdoors) terutama bagi kelompok rentan," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama.
Kelompok rentan yang dimaksud seperti bayi di bawah lima tahun (balita), ibu hamil, pralansia usia 45-59 tahun dan lansia berusia lebih dari 60 tahun.
Data perusahaan teknologi kualitas udara, IQAir, menempatkan Jakarta secara konsisten berada di jajaran 10 kota paling tercemar secara global sejak Mei lalu. Meskipun bukan nomor satu setiap hari dalam daftar kota paling tercemar IQAir, grafik kualitas udara secara historis menunjukkan DKI Jakarta konsisten berada di 10 teratas.
Data terkini, pada Rabu malam, 16 Agustus 2023,US Air Quality Index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat di angka 152. Dalam tiga hari terakhir, DKI Jakarta masuk dalam kategori kondisi tidak sehat.
Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam polusi udara DKI Jakarta hari ini adalah PM 2.5. Konsentrasi tersebut 11,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO). Indeks dari IQAir ini adalah data realtime yang terus berjalan dan bisa naik atau menurun sesuai dengan tingkat kualitas udara di setiap kota.