Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Saran Psikolog Buat Orang Tua yang Ingin Menggali Bakat Anak

Psikolog Tara de Thouras mengingatkan orang tua agar punya kepekaan saat melihat bakat anak yang menonjol.

6 Januari 2018 | 16.01 WIB

Ilustrasi anak berenang. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi anak berenang. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap anak memiliki bakat dan minat yang bisa dikembangkan sejak dini. Meski begitu, orang tua kadang tidak menyadari atau bahkan kebingungan karena anak suka berganti-ganti minat. Misalnya, ada yang suka bernyanyi atau bermain musik sejak kecil, tapi ketika sekolah anak mulai menyukai aktivitas fisik, seperti olahraga bola atau basket.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Psikolog anak dan remaja Tara de Thouras mengatakan, sebagai orang tua sebaiknya memiliki kepekaan saat melihat bakat anak yang menonjol. “Ibu harus mengobservasi dan peka terhadap bakat yang ditunjukkan anak. Kemudian diasah dengan memperbanyak aktivitas terkait tanpa dipaksakan agar potensinya keluar,” ujarnya di Jakarta.

Sebaliknya jika orang tua tidak memiliki kepekaan terhadap bakat yang dimiliki anak, dapat membuat anak tidak memiliki sarana untuk menyalurkan kemampuannya dengan baik. Ada beberapa tip yang diberikan Tara untuk orang tua agar dapat menggali potensi bakat anak dengan mudah.

Pertama, orang tua harus memiliki kepercayaan bahwa setiap anak adalah spesial atau memiliki kelebihan masing-masing. “Orang tua tidak perlu khawatir dengan kemampuan anak karena setiap anak berbeda-beda. Mereka memiliki kelebihan masing-masing dan jangan membandingkannya dengan anak lain,” ujar Tara.

Ilustrasi bermain warna dengan anak. Shutterstock.com

Kedua, orang tua sebaiknya membebaskan anak bereksplorasi dengan kemampuan yang dimilikinya. Jika terlalu dibatasi justru menghambat perkembangan anak. Kadang orang tua sering membatasi anak karena takut terjadi sesuatu pada buah hatinya. Contoh, melarang bermain bola atau skateboard karena khawatir cedera atau kotor.

Padahal dengan membiarkan anak bermain, maka dia bisa menunjukkan bakatnya. “Pada dasarnya orang tua pencemas akan menghasilkan anak yang pencemas juga. Anak jadi takut mengeksplorasi hal baru dan pesimistis. Memang orang tua harus lebih fleksibel,” ujar Tara.

Tips berikutnya, selalu memberikan dukungan positif saat anak melakukan sesuatu, dan hindari kritik. Saat mengalami kegagalan, beri tahu anak dengan cara memberikan semangat yang positif. Jika memarahi anak, justri dia akan menyerah dan enggan mengeksplorasi lebih jauh. Saat anak gagal, orang tua sebaiknya mendorong rasa percaya diri, bukan justru membandingkannya dengan anak lain. Orang tua biasanya sering membandingkan dengan anak lain dengan harapan anak akan merasa termotivasi, tapi justru ini membuat anak merasa minder.

Tara mengingatkan tips yang paling penting dalam menggali potensi anak adalah menyamakan minat orang tua dengan anak. Kebanyakan orang tua mendorong anak untuk menekuni sesuatu yang disukai orang tua, bukan yang diinginkan anak. “Orang tua berpikir kegiatan ini keren tapi anak tidak bahagia dan tidak ingin melakukannya. Anak terpaksa mengiktui keinginan orang tua,” ujarnya.

NIA PRATIWI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus