Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bekasi -Sebanyak 100 karung minyak mentah setiap hari dievakuasi dari laut Muara Gembong, Kabupaten Bekasi terkait peristiwa tumpahan minyak Pertamina.
Minyak ini merupakan tumpahan akibat kebocoran pipa minyak di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina di Karawang, Jawa Barat sejak 21 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Camat Muara Gembong, Junaefi mengatakan ada dua pantai di dua desa di wilayahnya terdampak tumpahan minyak. Keduanya adalah Pantai Muarabungin di Desa Pantai Bakti dan Pantai Muarabeting di Desa Pantai Bahagia.
"Sekarang mulai berkurang dibandingkan awal-awal kejadian," kata Junaefi ketika dikonfirmasi pada Senin, 12 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Junaefi menuturkan, PT Pertamina memberdayakan penduduk di desa terdampak untuk memungut minyak di bibir pantai. Sebanyak 25 orang memungut minyak di Pantai Muarabungin dan 115 orang memungut minyak di Pantai Muarabeting-Muarabendera. "Dibantu 100 anggota TNI dari Jakarta," kata dia.
Menurut dia, minyak yang dipungut dibawa keluar Muara Gembong. Kabarnya, minyak tersebut dibawa ke tempat pengolahan, namun belum diketahui lokasinya. "Di Jakarta atau Karawang kami belum tahu," ujar dia.
Sejauh ini dampak dari tumpahan minyak di wilayahnya berimbas kepada nelayan. Menurut dia, penghasilan ratusan nelayan menurun karena hasil tangkapan sedikit. "Ikannya lari ke tengah, sedangkan kapal-kapal nelayan tidak bisa menjangkau sampai ke tengah," ujar Junaefi.
Adapun dampak tumpahan minyak terhadap tanaman mangrove, kata dia, belum terlihat. Tapi, jika tanaman-tanaman itu mati, maka pihaknya meminta Pertamina bertanggung jawab dengan menanam lagi. "Banyak mangrove masih kecil-kecil karena baru ditanam baik melalui CSR, pemerintah daerah, maupun pribadi," kata Junaefi.