Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan bahwa latihan yang dilakukan Purna Paskibra Indonesia (PPI) wilayah Tangerang Selatan terhadap calon anggota paskibra Tangsel sudah kelewat batas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya bilang ke mereka kalau pola latihan itu sudah kelewat batas, harusnya mereka paham bagaimana pola latihan untuk anak umur 14 dan 20 tahun seperti apa," kata Benyamin, Jumat, 9 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Benyamin, ia mengubah pola latihan untuk diambilalih oleh TNI. Sedangkan PPI hanya melihat dan menyaksikan serta mendampingi calon paskibra ini.
"Kalau arahan dari ibu Wali Kota, ke depannya PPI yang melatih harus memiliki sertifikat, karena melatih anak usia 14 tahun dan 20 tahun itu berbeda dan melatih anak perempuan yang sedang haid seperti apa," kata Benyamin.
Seorang calon anggota Paskibra Tangsel, Aurellia Qurotu Aini meninggal pada Kamis, 1 Agustus 2019. Ia diduga meninggal karena kekerasan dari seniornya saat pendidikan paskibra. Polisi masih menyelidiki dugaan tersebut.
Benyamin juga mengomentari soal Aurellia yang disebut pernah dipaksa makan jeruk berserta kulitnya. Ia mengaku sempat menanyakan ke PPI apakah itu akan membentuk karakter baris berbaris. "Saya bilang ke PPI, makan kulit jeruk itu membentuk karakter tidak, membentuk sikap tidak, membentuk gerak barisan dia tidak," kata dia.
Benyamin mengatakan Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Tangerang Selatan juga harus dievaluasi untuk melihat kerja sama mereka dengan PPI dalam melatih anggota Paskibra Tangsel.