Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font color=#FF9900>Detroit</font> Tak Lagi Menderum

Penjualan mobil melorot. Perlu dana talangan untuk pembiayaan.

27 Oktober 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA berpuluh tahun, adu kebut NASCAR menjadi perlambang kejayaan industri mobil di Detroit, Michigan, Amerika Serikat. Kemenangan di sirkuit NASCAR selalu dikaitkan dengan kelihaian Detroit merancang mobil balap. Ajang balap itu juga bak ruang pamer. Begitu lekat kaitan NASCAR dengan Detroit, di kalangan pedagang mobil sampai muncul ungkapan, ”Apa yang menang (di NASCAR) pada hari Minggu, akan terjual Seninnya.”

Kini NASCAR terancam tak bisa lagi digeber. Krisis keuangan di Wall Street sudah hinggap di Detroit, tempat tiga raksasa otomotif dunia, General Motors, Ford, dan Chrysler, berkantor. Rentetannya pasti akan sampai ke NASCAR karena yang menghidupi arena balap ini tak lain adalah industri mobil.

Sekitar 80 persen dari semua biaya yang dikeluarkan tim-tim balap di NASCAR bersumber dari sponsor industri mobil. General Motors, misalnya, konon pernah mengguyur beberapa tim balap NASCAR dalam satu musim hingga US$ 140 juta atau sekitar Rp 1,38 triliun. ”Sekarang semuanya akan berubah,” kata Terry Dolan, Manajer Chevy Racing, salah satu tim balap NASCAR.

General Motors sudah mengumumkan rencana penghematan US$ 10 miliar. Bristol Motor Speedway dan New Hampshire Motor Speedway, dua tim yang disokong General Motors, sekarang mesti bersiap kena imbasnya. Bermula dari masalah kredit perumahan, lalu menjalar ke lembaga keuangan, kini krisis itu hinggap di industri otomotif.

Masa suram itu datang setelah industri ini sempat menikmati gelimang fulus pada 2005 dan 2006. Dalam beberapa bulan terakhir, dari berbagai penjuru Eropa dan Amerika Serikat, kabar yang terkirim ke kantor pusat mereka hampir seragam: penjualan melorot.

September lalu, penjualan mobil di Amerika Serikat terpangkas 27 persen menjadi 964 ribu unit, terparah sejak 1991. Dan sialnya, Amerika merupakan pasar mobil terbesar di dunia. Dari 71,9 juta mobil yang terjual sepanjang 2007, sekitar 16 juta diserap pasar negeri itu. Angka ini tak banyak selisihnya dengan gabungan penjualan negara-negara di Asia Pasifik, 21,4 juta unit, dan Eropa, 22,9 juta mobil.

Di Eropa, angka penjualan mobil bulan lalu ”sedikit lebih cerah”, hanya turun 8,2 persen dibanding tahun lalu. Tapi kalangan industri mobil di sana yakin bahwa pada akhirnya krisis keuangan bakal menghantam industri mobil. ”Krisis sudah tiba,” kata Patrick Pelata, Direktur Operasi Renault, perusahaan otomotif Prancis. Tidak ada satu pun pembuat mobil yang bisa berkelit.

Raksasa otomotif nomor satu dunia, Toyota Motor Corporation, pun ikut terpukul. Penjualan Toyota (termasuk anak perusahaannya: Daihatsu, Hino, dan Lexus) di seluruh dunia pada triwulan ketiga 2008 ini memang hanya turun 4,3 persen dibanding setahun lalu. Tapi, di Amerika Serikat, Toyota benar-benar tersuruk dan mengkerut 32,3 persen pada bulan lalu.

Pesaing utama Toyota, General Motors, pasarnya ”hanya” berkurang 16 persen. ”Kami tidak mengira pasar akan terpuruk secepat ini,” ujar Kepala Penjualan dan Pemasaran Toyota Motor Eropa Thierry Dombreval.

Selain karena konsumen mengerem belanja di saat krisis seperti ini, melorotnya penjualan mobil ini akibat seretnya likuiditas di lembaga pembiayaan dan perbankan. Karena sulit mendapatkan sumber dana di pasar keuangan, perbankan dan lembaga pembiayaan menjadi lebih pelit dan ekstra-hati-hati mengucurkan kredit.

Mark La Neve, Kepala Pemasaran General Motors untuk Kawasan Amerika Utara, mengatakan perusahaan pembiayaan sekarang meminta setoran uang muka atau syarat yang lebih tinggi daripada biasanya. Perusahaan pembiayaan otomotif milik General Motors, GMAC, misalnya, sekarang hanya bersedia mengucurkan kredit bagi calon konsumen dengan skor kredit minimal 700.

Berdasarkan pemeringkatan kelayakan mendapat kredit versi FICO yang biasa dipakai di Amerika Serikat, skor terendah adalah 300 dan tertinggi 850. Dampaknya, konsumen yang berniat membeli mobil semakin sulit mendapatkan pinjaman. Padahal 90 persen pembelian mobil di Amerika dibiayai dengan fasilitas kredit.

Bagi industri otomotif di Indonesia, buntut seretnya pembiayaan akan terasa tiga bulan terakhir 2008 hingga awal tahun depan. Menurut Freddy Sutrisno, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, 80 persen pembelian mobil di Indonesia dibiayai fasilitas kredit.

Karena kredit seret, target penjualan mobil tahun ini akan sedikit terkoreksi. Dari semula 600 ribu, mungkin hanya terjual 580 ribu mobil. Hingga September lalu, mobil yang terjual 454 ribu unit. Tapi Freddy hakulyakin tahun depan produsen mobil bisa tersenyum lagi. ”Krisis sekarang tidak seburuk 1997-1998,” kata Freddy.

Mitsuo Kinoshita, Executive Vice President Toyota Motor Company, punya keyakinan serupa. Dia percaya pasar akan pulih dalam jangka menengah. ”Mobil tak tergantikan sebagai alat transportasi di mana pun. Krisis tak akan mengubah posisi itu.”

lll

Bagi negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, industri otomotif punya posisi istimewa dalam perekonomian. Di Amerika, lebih dari sejuta tenaga kerja terkait dengan industri mobil. Di Jerman, yang punya enam perusahaan pembuat mobil—BMW, VW, Audi, Opel, Porsche, dan Daimler AG—sekitar 900 ribu tenaga kerja menggantungkan hidup pada bisnis otomotif.

Dan sekarang krisis finansial memantik efek berantai, yakni pengurangan produksi dan pemecatan, dus menambah barisan penganggur. Pekan lalu, Nissan Motor mengatakan akan memangkas produksi mobilnya 65 ribu unit di Jepang. BMW dan Opel pun mengurangi jam kerja karyawannya. Pada 16 Oktober lalu, General Motors mengumumkan pemecatan 1.600 karyawan di Michigan dan Delaware. Dua bulan lalu, Toyota melakukan hal yang sama terhadap 800 karyawannya di Jepang.

Itu sebabnya industri otomotif di Jerman dan Amerika sudah ”menjerit”, mengharapkan pertolongan pemerintah. Anggota Kongres Amerika dari Michigan, John D. Dingell dan Fred Upton, juga sudah meminta Menteri Keuangan Henry M. Paulson dan Chairman Federal Reserve Ben S. Bernanke membagi sebagian dana talangan lembaga keuangan untuk menstimulus pengucuran kredit mobil.

Kongres Amerika sedang mempertimbangkan usul pemberian pinjaman US$ 25 miliar untuk pengembangan mobil kecil irit bahan bakar dan ramah lingkungan. Dalam soal mobil irit ini, perusahaan di Detroit memang kalah langkah dibanding para pesaingnya dari Negeri Samurai. Padahal, di tengah harga bahan bakar yang semakin mahal, sebagian konsumen mulai melirik jenis mobil kompak tersebut.

Di Jerman, Asosiasi Perusahaan Otomotif Jerman (VDA) meminta pemerintah segera turun tangan. ”Sesuatu harus dilakukan untuk memperkuat daya beli konsumen,” kata juru bicara VDA, Eckehart Rotter. Sebelumnya, Menteri Keuangan Peer Steinbruck menjanjikan industri otomotif Jerman akan mendapat jatah dari dana talangan 500 miliar euro yang mestinya ditujukan bagi perbankan. Namun janji itu tak kunjung jelas wujudnya.

Juru bicara Kantor Kanselir Jerman, Thomas Steg, hanya berulang kali mengatakan mereka tidak mengabaikan stimulus bagi sektor riil. Pemerintah Jerman, menurut dia, sedang merancang program agar stimulus yang dikucurkan tidak salah target. Jika stimulus itu cepat mengucur dan bisnis otomotif bisa menggelinding kembali, adu kebut NASCAR bisa menderum lagi.

Sapto Pradityo, Ismi Wahid (Washington Post, Spiegel, New York Times, AP, Bloomberg)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus