Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Purbaya Yudhi Sadewa*</B></font><BR />Sedikit Melambat, Tetap Ekspansif

29 November 2010 | 00.00 WIB

<font face=arial size=1 color=brown><B>Purbaya Yudhi Sadewa*</B></font><BR />Sedikit Melambat, Tetap Ekspansif
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sepanjang triwulan III lalu, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,8 persen. Lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan II, yang mencapai 6,2 persen. Namun perlambatan tersebut tidak menggambarkan perubahan arah perekonomian kita. Hanya, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar pertumbuhan ekonomi dapat lebih optimal.

Sebelumnya, para analis dan ekonom memperkirakan perekonomian kita masih akan tumbuh sedikit di atas 6 persen pada triwulan III. Kendati demikian, angka ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan pertama 2010, yang hanya 5,7 persen.

Dari sisi pengeluaran, belanja rumah tangga menunjukkan pertumbuhan yang amat kuat, yaitu 5,2 persen, pada triwulan III. Angka itu tertinggi pada tahun ini, bahkan lebih tinggi dari angka pertumbuhan belanja rumah tangga pada 2009, sebesar 4,9 persen.

Daya beli masyarakat tampaknya masih cukup kuat untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi. Perbaikan kondisi ekonomi selama ini, yang didukung suku bunga yang relatif rendah, telah memperkuat daya beli masyarakat.

Investasi dan ekspor juga menunjukkan kinerja yang cukup baik. Investasi tumbuh dengan laju tahunan 8,9 persen, sedikit lebih baik dibanding triwulan-triwulan sebelumnya, yang hanya 7,8 persen dan 7,9 persen. Jadi investasi berada dalam tren yang terus meningkat. Bila tren ini berlanjut, pertumbuhan investasi diperkirakan sudah akan di atas 10 persen pada triwulan IV tahun ini. Seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, ekspor pun tumbuh 11,3 persen pada triwulan III.

Jadi mesin pertumbuhan ekonomi kita sudah semakin berimbang. Pertumbuhan tidak hanya didukung belanja konsumen. Investasi dan ekspor sudah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Dengan keadaan seperti ini, biasanya suatu perekonomian akan lebih tahan guncangan.

Perlu Perbaikan

Hanya, dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan belanja pemerintah tampak belum optimal. Belanja pemerintah tumbuh dengan laju 3 persen pada triwulan ketiga 2010. Angka ini jauh berada di bawah perkiraan, mengingat belanja pemerintah mengalami kontraksi sebesar 8,8 persen pada triwulan I dan 8,9 persen pada triwulan II tahun ini.

Kontraksi pertumbuhan belanja pemerintah pada semester pertama tersebut mengindikasikan banyaknya dana anggaran yang belum dimanfaatkan, sehingga sempat timbul harapan pada triwulan III akan ada belanja pemerintah yang besar. Namun masalah penyerapan anggaran tampaknya belum dapat dipecahkan dalam waktu singkat, sehingga laju pertumbuhan belanja pemerintah relatif tidak tinggi.

Lambatnya penyerapan anggaran belanja pemerintah tecermin pula pada perkembangan dana dalam rekening pemerintah di Bank Indonesia. Dalam keadaan normal, biasanya jumlah uang pemerintah di rekening tersebut mengalami kenaikan dari Januari sampai April. Setelah April, pertumbuhan dana pemerintah di BI biasanya cenderung stagnan, karena proyek-proyek pembangunan sudah mulai jalan.

Sejak 2008, ada indikasi penyerapan anggaran semakin buruk. Dana pemerintah di BI tidak kunjung turun, walaupun sudah memasuki Mei. Hal ini menunjukkan penyerapan anggaran tidak secepat sebelumnya atau tidak secepat seperti yang telah dianggarkan. Pada 2009, keadaan sedikit membaik, karena setidaknya pada Juni terlihat dana pemerintah di BI sudah mengalami penurunan tajam (gambar 1).

Pada 2010, tampaknya keadaan sedikit memburuk dan menyerupai kondisi pada 2008. Jumlah dana dalam rekening pemerintah di BI mengalami kenaikan terus dan mencapai puncaknya pada Agustus 2010, saat uang pemerintah di BI mencapai sekitar Rp 196,7 triliun.

Pada akhir Oktober 2010, jumlah tersebut sudah turun ke sekitar Rp 169,6 triliun. Walaupun demikian, angka ini masih relatif tinggi, dan memberikan indikasi awal bahwa tahun ini penyerapan anggaran mungkin tidak akan sebaik yang diharapkan. Pola uang pemerintah di BI pada tahun ini menyerupai pola pada 2008: pada akhir tahun terdapat sisa anggaran dalam jumlah yang amat besar. Peluang kejadian serupa terulang pada tahun ini amatlah besar.

Ada dua dampak yang kurang menguntungkan dari penyerapan anggaran yang kurang optimal tersebut. Pertama, daya dorong program pembangunan pemerintah terhadap perekonomian menjadi kurang optimal. Kedua, yang sering kurang disadari banyak kalangan, keadaan ini turut menyumbang terhadap kekurangan likuiditas di sistem finansial kita.

Dana pemerintah yang berada di BI berasal dari pembayaran pajak, penerimaan dividen BUMN, serta hasil dari penerbitan surat utang negara. Uang tersebut berasal dari uang yang ada di sistem finansial kita. Penarikan uang dari sistem finansial kita ke rekening pemerintah di BI serupa dengan kebijakan moneter yang kontraktif, karena uang diam di BI dan sistem finansial kita tidak mempunyai akses ke dana tersebut.

Keadaan ini tentu menyebabkan berkurangnya likuiditas di sistem perekonomian kita, yang turut juga menyumbang secara signifikan terhadap fenomena bunga pinjaman bank yang sulit turun. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi kita pun kurang optimal.

Dari sisi sektoral, terlihat kinerja sektor pertanian serta sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sektor pertanian hanya tumbuh 1,8 persen, jauh lebih lambat dari pertumbuhan 3 persen dan 3,1 persen pada triwulan I dan II tahun ini. Tampaknya, perubahan iklim yang cukup ekstrem yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap sektor ini.

Sektor listrik, gas, dan air bersih hanya tumbuh 3,2 persen. Sektor ini biasanya tumbuh di atas 10 persen dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2009, misalnya, sektor ini tumbuh 13,8 persen. Namun, memasuki 2010, pertumbuhan sektor ini turun ke bawah 10 persen, dengan tren penurunan yang berkelanjutan.

Bila dilihat lebih mendalam, penurunan pertumbuhan pada sektor ini terutama berkaitan dengan penurunan pertumbuhan subsektor listrik, yang hanya tumbuh 3,8 persen pada triwulan III. Angka itu jauh di bawah rata-rata pertumbuhan subsektor tersebut dalam lima tahun terakhir, yang berada pada kisaran 7,1 persen.

Lambatnya pertumbuhan subsektor listrik ini perlu diwaspadai karena menggambarkan pula lambatnya kenaikan pasokan listrik. Bila keadaan ini tidak segera diperbaiki, permintaan listrik, baik dari rumah tangga maupun dari industri, akan sulit terpenuhi. Padahal kita tahu, untuk laju pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 persen, permintaan listrik akan naik 7-9 persen per tahun. Kegagalan memenuhi permintaan listrik dapat menghambat pertumbuhan industri, dan perekonomian secara menyeluruh.

Kendati ada kelemahan, bukan berarti ekonomi kita akan memasuki fase perlambatan secara berkelanjutan. Leading Economic Index menunjukkan prospek perekonomian kita 6-12 bulan ke depan masih dalam tren kenaikan yang kuat. Hal ini diperkuat oleh metode pendeteksian siklus bisnis sequential signaling yang menunjukkan perekonomian saat ini masih anteng berada di fase ekspansinya.

Dengan kata lain, ekonomi kita akan terus berekspansi dengan laju pertumbuhan yang cenderung meningkat. Hanya, perekonomian seharusnya dapat tumbuh lebih cepat bila kelemahan-kelemahan tadi dapat segera diatasi.

*) Kepala Ekonom Danareksa Research Institute

 20092010F 2010F,
% Y-o-Y
   2010F,
% Q-o-Q
  
   Q1Q2Q3Q4FQ1Q2Q3Q4F
Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan4,12,93,03,11,83,818,23,46,0-19,9
Pertambangan dan penggalian4,43,23,14,02,82,9-2,32,53,6-0,9
Industri pengolahan2,14,13,74,44,14,3-0,92,12,60,5
Listrik, gas, dan air bersih13,86,38,24,73,29,2-1,94,60,16,2
Konstruksi7,16,97,16,96,47,3-2,42,14,33,4
Perdagangan, hote,l dan restoran1,19,39,49,78,89,30,13,03,92,0
Pengangkutan dan komunikasi15,513,111,912,913,313,91,55,05,11,7
Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan5,06,35,36,06,37,62,31,31,72,1
Jasa-jasa6,45,84,65,36,46,90,23,71,11,8
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)4,56,15,76,25,86,71,932,83,5-1,6
Belanja rumah tangga4,94,93,95,05,25,30,91,22,01,1
Belanja pemerintah15,7-2,6-8,8-8,93,01,8-44,423,612,631,6
Pembentukan modal tetap bruto3,39,27,87,98,911,9-2,32,27,04,8
Ekspor barang dan jasa-9,713,320,014,511,38,9-3,82,66,04,1
Impor barang dan jasa-15,015,722,618,411,012,2-2,45,72,26,4
Konsumsi total6,23,82,53,14,94,7-6,63,43,35,0
Permintaan dalam negeri5,45,23,94,45,96,6-5,53,14,35,0

Sumber: BPS, Prediksi dRi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus