Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Penjualan Mobil</font><br />Seret Komponen Tersapu Banjir

Penjualan mobil Indonesia turun akibat banjir di Thailand. Ada yang mengalihkan sumber pasokan, ada yang memaksimalkan produk lokal.

7 November 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ERA keemasan penjualan mobil di Indonesia terpaksa direm dulu tahun ini. Disapu banjir Thailand, PT Honda Prospect Motor memangkas jam kerja karyawan, dari dua shift menjadi satu shift. Kebijakan yang diterapkan sejak tiga pekan lalu itu, kata Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual Honda Prospect, masih lebih baik ketimbang memutus hubungan kerja.

Langkah ini ditempuh karena pasokan komponen dari Thailand seret. Honda Motor Company, perusahaan induk Honda Prospect, menutup pabrik komponen Honda Automobile di Thailand selama enam bulan sejak banjir merendam Rojana Industrial Park. Kawasan industri di Provinsi Ayutthaya ini berjarak satu jam perjalanan dari Bangkok.

Produksi Honda Prospect babak-belur saat banjir memasuki pekan kedua. Pasokan komponen buat merakit mobil Honda Jazz dan Honda Freed mandek. Padahal keberadaan komponen sangat penting untuk merakit mobil di Indonesia. "Kurang satu komponen, proses produksi tidak dapat berlanjut," ujar Jonfis, Rabu pekan lalu.

Dari sekitar 3.000 jenis komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit mobil, Honda Prospect menggantungkan pasokan sedikitnya 200 item dari Negeri Gajah Putih. Seretnya pasokan otomatis mengguncang produksi. Dari rata-rata 5.000 unit per bulan, produksi mobil menyusut 20-30 persen selama bulan lalu.

Dahsyatnya banjir Thailand membuat industri otomotif lokal deg-degan. Bukan cuma Honda, tapi juga produsen wahid, seperti PT Toyota Astra Motor. Kendati belum berniat memangkas jam kerja, pemegang lisensi merek Toyota itu sudah mengurangi jam lembur karyawan. Perusahaan mesti jungkir balik mengatur pola kerja demi mengejar efisiensi produksi.

Waktu operasional Sabtu dan Minggu ditiadakan sejak awal November. Kebijakan itu terus berlangsung hingga 20 November—bergantung pada pemulih­an kondisi pabrik di Thailand. "Prinsipnya jangan sampai kami mengeluarkan karyawan," kata Johnny Darmawan Danusasmita, Presiden Direktur PT Toyota Astra.

Toyota Motor Corporation, induk usaha PT Toyota Astra, menyetop produksi komponen selama empat pekan sejak 27 Oktober lalu. Padahal pabrik Toyota Motor di Thailand memproduksi 100 komponen penting Toyota di pasar global, termasuk komponen yang dibutuhkan pabrik Toyota di Indonesia.

Persoalan banjir tak hanya mengganjal mata rantai suplai komponen. Gara-gara Thailand direndam banjir, pasok­an produk impor di pasar domestik terguncang. Honda, misalnya, kewalahan mengimpor mobil utuh atau completely built up, di antaranya Honda City, Honda Civic, dan Honda Accord.

Data penjualan yang dirilis Honda pada awal November mempertegas sinyalemen itu. Honda hanya mampu melepas Accord sebanyak 95 unit. Sedangkan New Honda Civic terjual 124 unit. All New Honda Odyssey terjual cuma satu unit. Adapun New Honda City tidak satu pun yang bisa dijual ke pasar.

Kondisi serupa dialami Toyota. Padahal perusahaan ini terbilang rajin mengimpor mobil dari Thailand. Saban pekan, Toyota Thailand mengapalkan sedan Camry, Corolla Altis, dan Vios. Dua merek lain adalah hatchback Yaris dan pick up Hilux. Mobil yang diimpor Toyota dari Thailand mencapai 4.000 unit atau sepuluh persen dari total impor per bulan.

Gangguan produksi menyebabkan konsumen kecewa. PT Krama Yudha Tiga Berlian, pemilik merek Mitsubishi, terpaksa menunda pengiriman Pajero Sport, produk andalannya. "Gangguan jadwal produksi di Thailand mengganggu jadwal pengiriman," kata Intan Vidiasari, juru bicara Krama Yudha. Selain Pajero, Krama Yudha mengimpor mobil kabin ganda. Rata-rata penjualan kedua jenis produk itu 2.000 unit per bulan. Menurut Rizwan Alamsyah, Direktur Pemasaran Krama Yudha, banjir Thailand menyebabkan target penjualan dua produk itu berantakan.

Johnny memperkirakan penurunan penjualan mencapai klimaks pada November ini. Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Joko Trisanyoto pesimistis total penjualan 850 ribu unit di pasar domestik bakal tercapai tahun ini. Hingga akhir September, total penjualan mobil baru menembus 659 ribu unit.

Di tengah situasi sulit ini, Honda memilih mengimpor komponen dari luar Thailand. Komponen Honda Freed, misalnya, diimpor langsung dari Jepang. "Ini cuma sementara sambil menunggu banjir Thailand surut," kata Jonfis. Sedangkan Toyota memaksimalkan produksi dari pemasok komponen di dalam negeri. Pengalihan produksi komponen bukan perkara simpel. "Mengalihkan produksi dari Thailand tidak bisa dalam sehari atau dua hari," kata Joko, yang juga Direktur Marketing PT Toyota Astra.

Bobby Chandra, Arif Arianto, Rosalina


Produksi Mobil Indonesia dalam unit

  • 2010: 702.508
  • 2009: 464.816
  • 2008: 600.884
  • 2007: 411.638
  • 2006: 297.062

    Penjualan Mobil Indonesia dalam unit

  • 2011 (hingga September): 659.857
  • 2010: 762.980
  • 2009: 486.662
  • 2008: 607.805
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus