Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=#FF9900>RITEL</font><br />Bisnis Si Anak Manis

Grup Mayapada meramaikan bisnis minimarket. Tergiur daya beli yang tinggi.

23 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINIMARKET Bao Bao Express seluas 25 meter persegi di lantai dasar Mayapada Tower, Jalan Sudirman, Jakarta, terlihat biasa saja. Tak jauh berbeda dengan gerai Alfamart atau Indomaret yang tersebar di sejumlah tempat. Dari luar, konsumen bisa melihat makanan dan minuman ringan dijajakan di rak-rak bertingkat.

Tapi gerai berlogo perempuan berbaju khas Cina warna merah ini istimewa buat Gunadi Lesmana. Urusan mencuci pakaian tak lagi memusingkan bujangan berusia 28 tahun itu. Karyawan perusahaan teknologi informasi ini tinggal membawa baju atau celana kotornya ke Bao Bao Express. Kebetulan kantor Gunadi juga di Mayapada Tower. Selain murah, Rp 5.000 per potong, mencuci baju di sana jadi solusi di tengah kesibukannya. “Habis ngantor, setor baju kotor sambil belanja,” ujarnya kepada Tempo pekan lalu.

Layanan binatu salah satu inovasi Bao Bao. Pertama kali beroperasi pada Oktober tahun lalu, minimarket ini membidik para pekerja sebagai target pasarnya. Tak aneh bila layanan dan dagangannya tak jauh dari kebutuhan kaum urban, seperti makanan ringan, minuman kalengan atau seduhan, toiletries, isi pulsa, hingga pembayaran rekening listrik. Di teras luar, Bao Bao menyediakan meja dan kursi buat konsumen menikmati penganan setelah berbelanja. ”Ini strategi kami menyia sati padatnya jam kerja karya wan,” ujar Direktur Bao Bao Group, Stanley Golioth.

Bao Bao artinya anak manis dalam bahasa Mandarin. Ini lini usaha baru Grup Mayapada, konglomerasi bisnis besutan Tahir, orang terkaya nomor 26 di Indonesia versi majalah Forbes 2010. Bao Bao menambah panjang daftar bisnis Mayapada, setelah perbankan (Bank Mayapada), rumah sakit (Mayapada Hospital), dan penyewaan gedung perkantoran (Mayapada Tower dan Sona Topas Tower).

Menurut Stanley, terjunnya Grup Mayapada ke bisnis retail minimarket lantaran tergiur tingginya daya beli dan konsumsi karyawan gedung perkantoran. Selama ini Bao Bao mampu menyedot setengah dari lalu lintas pekerja di Mayapada Tower yang mencapai seribuan orang saban hari. “Belum ditambah tamu lain,” ujarnya. Omzetnya sekitar Rp 50 juta per bulan, cukup sepadan dengan investasinya Rp 300 juta per gerai.

Kini Grup Mayapada mulai gencar membuka gerai Bao Bao. Dalam sembilan bulan terakhir tujuh gerai dibuka. Lima di antaranya terletak di perkantoran. Sisanya di rumah sakit dan rumah toko. Lima puluh gerai akan dibuka lagi sepanjang sisa 2011. ”Kami akan membuka beberapa gerai bulan ini, termasuk toko obat dan layanan ecommerce,” kata Stanley.

Persaingan bisnis retail di area tertutup semacam gedung perkantoran atau apartemen masih rendah. Berbeda dengan persaingan minimarket biasa atau convenience store di pinggir jalan, yang sangat ketat. “Terutama minimarket di daerah-daerah masyarakat berpenghasilan tinggi,” kata Pudjianto, Direktur Pelaksana Sumber Alfaria Trijaya, operator Alfamart, di Jakarta pekan lalu.

Grup Mayapada tergolong telat masuk ke bisnis retail segmen ini. Grup Hero, misalnya, sudah mengoperasikan lebih dari 120 cabang Starmart. Minimarket ini dibuka di dalam apartemen dan perkantoran di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang (Jabodetabek), Bandung, dan Surabaya. Indomarco Prismatama punya 40 cabang Point Indomaret di lokasi-lokasi strategis, semisal stasiun kereta api. Alfamart juga mengoperasikan gerai CStore. “Mereka masing-masing pu nya segmen sendiri,” kata Yongky Suryosusilo, Direktur Pengembangan Bisnis dan Retail AC Nielsen Indonesia.

Pertumbuhan minimarket di ruang tertutup memang kalah jauh diban ding minimarket biasa, yang tumbuh 20 persen setahun. Tapi model bisnis retail di perkantoran diprediksi akan jadi pilihan peretail. Apalagi sekarang ada kendala membuka minimarket di area publik, seperti perumahan atau pinggir jalan. Sejumlah daerah, seperti Jakarta, sudah membatasi izin pembukaan minimarket baru, bahkan menutup gerai yang dianggap ilegal. “Ancaman penyegelan minimarket kini menghantui,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Rudy Sumampauw.

Fery Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus