Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#3366CC>EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV 2008</font><br />Bergantung pada Perbankan

Perekonomian Indonesia mulai melambat pada triwulan keempat 2008. Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen, turun jauh dari 6,1 persen pada triwulan sebelumnya. Tahun ini, kinerja ekspor dan konsumsi domestik sebagai pendorong ekonomi Indonesia bakal melemah. Jika dana perbankan masih saja seret dan mahal, bukan tidak mungkin Indonesia akan tumbuh negatif.

23 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRISIS menampakkan wujudnya. Pelemahan ekonomi dunia mengakibatkan ekspor Indonesia menurun. Di dalam negeri, konsumsi masyarakat masih jadi masalah. Pemutusan kerja tak terhindarkan. Perekonomian melemah. Pada triwulan keempat, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen, jatuh dari triwulan sebelumnya yang masih 6,1 persen. Diperkirakan, triwulan pertama tahun ini akan lebih rendah.

Untuk bangkit, mereka butuh modal. Sayang, bank masih juga enggan mengulurkan tangan. Bila pun mau, harus dibayar dengan imbalan yang tinggi. Padahal Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan. Namun sebagian besar pemimpin perusahaan masih memiliki harapan: tekanan inflasi melemah dan terjadi perbaikan iklim investasi. Mereka juga berharap suku bunga akan turun. Muchamad Nafi

Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah

Mega-Hamzah

  • < 100

    SBY-JK

    Nov 2004

  • 134,9

    april 2005

  • 103,8
    Dampak kenaikan harga BBM I

    Okt 2005

  • 92,9
    Kenaikan harga BBM II

    Okt 2006

  • 108,9
    Kenaikan harga beras

    April 2007

  • 98,1

    Sep 2007

  • 100,2

    Mei 2008

  • 88,7
    Inflasi meningkat

    Juni 2008

  • 81,7
    Kenaikan harga BBM III

    Diganjal Suku Bunga

    Indeks Kepercayaan Konsumen
    Tak Terasa di Kelas Menengah-Bawah

    • Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) naik sejak Juli 2008. Pada Desember 2008, IKK memang sempat turun 3,4 persen akibat kelangkaan LPG dan prospek lapangan kerja yang dinilai suram oleh konsumen. Namun, angkanya kembali naik pada Januari 2009 dari level 78,6 menjadi 80,8. Kenaikan ini terutama dipicu oleh turunnya harga BBM bersubsidi yang turut menjinakkan tekanan inflasi.
    • Turunnya harga BBM bersubsidi dan masih stabilnya harga bahan pokok memicu keyakinan konsumen bahwa kondisi saat ini relatif membaik. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan Indeks Saat Ini dan Indeks Ekspektasi, masing-masing berada pada level 62,4 dan 94,6 atau meningkat sebesar 5,2 persen, dan 1,7 persen dari Desember.
    • Keputusan pemerintah menurunkan harga BBM ternyata cukup ampuh mendongkrak ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi masa depan, sehingga membuka peluang belanja rumah tangga lebih tinggi pada masa mendatang. Hal ini terlihat dari naiknya proporsi konsumen yang berencana membeli barang tahan lama (durable goods) dalam enam bulan mendatang, dari 22,3 persen pada Desember menjadi 24,4 persen pada Januari.
    • Namun ternyata tidak semua kelompok masyarakat merasakan perbaikan. IKK masyarakat menengah ke atas (pendapatan Rp 700 ribu-Rp 1.000.000 per bulan dan lebih dari Rp 1.000.000) memang naik, masing-masing 3,5 persen dan 3,7 persen. Akan tetapi IKK masyarakat berpendapatan rendah (kurang dari Rp 500 ribu dan Rp 500 ribu-700 ribu) justru menurun 8,3 persen dan 1,2 persen. Hal ini memberi isyarat bahwa dampak penurunan harga BBM bersubsidi lebih dinikmati oleh masyarakat golongan menengah ke atas.

    Indeks Kepercayaan Konsumen:

    • Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) disusun berdasarkan survei terhadap sekitar 1.700 rumah tangga Indonesia dari enam wilayah survei (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan). Survei ini menggunakan metode wawancara tatap muka. Sampel untuk survei nasional ini dipilih dengan metodologi statistik tertentu, sehingga dapat mewakili populasi.
    • Dalam survei ini, responden diminta menilai keadaan perekonomian, pendapatan rumah tangga, dan ketersediaan lapangan kerja. Interpretasinya cukup sederhana: jika angkanya di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya.
    • Indeks ini dapat menggambarkan keadaan perekonomian masyarakat kita dengan akurat dan terkini. Walaupun indikator ekonomi lainnya juga dapat digunakan dalam memprediksi pola belanja, hasil survei kepercayaan konsumen biasanya keluar lebih awal dari indikator-indikator yang lain. Kepercayaan konsumen juga dimanfaatkan untuk melihat efek dari suatu kejadian atau kebijakan pemerintah terhadap pola belanja. Indeks yang meningkat dapat diterjemahkan bahwa keadaan perekonomian masyarakat membaik, dan sebaliknya.

    Indeks Kepercayaan KonsumenKepada Pemerintah
    Diselamatkan Penurunan Harga

    • Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah (IKKP) mulai pulih sejak Juli 2008. Pemulihan ini berlanjut sampai Januari. Pada bulan lalu, IKKP beranjak ke level 103,9. Artinya, tingkat kepercayaan konsumen kepada pemerintah berada di atas rata-rata kepercayaan konsumen sepanjang 2008 lalu.
    • Membaiknya kepercayaan konsumen kepada pemerintah tidak terlepas dari pulihnya persepsi konsumen terhadap kemampuan pemerintah dalam memperbaiki situasi ekonomi, dan menjaga kestabilan harga barang. Kedua komponen inilah yang sejak akhir 2007 menyeret IKKP jatuh. Namun, sejak Juli 2008, kedua komponen ini kembali beranjak naik.
    • Dibandingkan tahun lalu, hampir semua komponen IKKP menunjukkan kenaikan. Apresiasi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam mengendalikan harga mengalami perbaikan signifikan. Meskipun levelnya masih berada di bawah 100 (84,7 pada Januari), komponen ini meningkat 4,7 persen dibanding dua tahun lalu. Dibandingkan Januari 2008, komponen ini bahkan tumbuh 16,9 persen.
    • Membaiknya apresiasi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah mengendalikan harga turut mendorong kenaikan komponen IKKP yang mengukur penilaian konsumen terhadap kemampuan pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi secara umum. Pada Januari, indeks komponen ini berada di level 92,3. Meskipun masih di bawah 100, indeks komponen ini sudah naik 37,7 persen dari posisi terendah yang pernah dicapai pada Juni 2008 lalu.

    Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah

    • Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah (IKKP) disusun berdasarkan survei yang dilakukan bersamaan dengan survei kepercayaan konsumen. Responden diminta menilai kemampuan pemerintah untuk lima hal: memperbaiki keadaan ekonomi, menjaga kestabilan harga, menyediakan infrastruktur, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum. Hasil survei ditampilkan dalam bentuk indeks difusi dan disesuaikan ke tahun dasar perhitungan (di-rebase) dengan membuat indeks rata-rata pada 2003 sama dengan seratus.
    • Indeks di atas seratus berarti masyarakat menilai kinerja pemerintah lebih baik dibandingkan dengan kinerja rata-rata pada tahun 2003. Indeks di bawah 100 menunjukkan kinerja pemerintah lebih buruk dibandingkan dengan kinerja rata-rata tahun 2003.

    Coincident dan Leading Economic Index
    Perlambatan Makin Parah

    • Dampak resesi ekonomi dunia tampaknya mulai terasa. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus turun sejak Juli 2008, dan cenderung makin parah dalam beberapa bulan terakhir. Coincident economic index (CEI) yang mengukur tingkat aktivitas perekonomian terkini turun 0,7 persen pada Desember, setelah pada bulan sebelumnya juga turun 1,1 persen. Pada Desember 2008, CEI berada pada level 105,2 yang berarti sudah lebih rendah dari level CEI pada Desember 2007 sebesar 107.
    • Perlambatan aktivitas perekonomian dalam beberapa bulan terakhir, antara lain disebabkan oleh tingginya suku bunga pinjaman. Untuk meredam gejolak inflasi akibat kenaikan harga BBM pada Mei lalu, BI menaikkan suku bunganya dari 8 persen di April 2008 sampai 9,5 persen pada Oktober 2008. Kenaikan suku bunga BI tersebut langsung diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman perbankan, baik untuk investasi, modal kerja, maupun untuk konsumsi. Sebagai contoh, suku bunga modal kerja naik dari level terendah 12,88 persen pada Maret 2008 menjadi 15,22 persen pada Desember 2008. Sampai saat ini suku bunga pinjaman tetap berada pada level yang relatif tinggi, meskipun BI sudah tiga kali memangkas suku bunga dan membawa BI Rate turun ke level 8,25 persen pada Februari ini.
    • Dalam beberapa bulan ke depan, perlambatan aktivitas perekonomian tampaknya terus berlangsung. Dan bila tren ini tidak dihentikan, ada peluang perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Untungnya, leading economic index atau LEI (yang memberikan gambaran kondisi perekonomian 6-12 bulan ke depan) naik selama dua bulan berturut-turut. Ini menunjukkan adanya peluang perbaikan ekonomi menjelang akhir 2009.
    • Indeks kepercayaan konsumen yang cenderung meningkat dan perbaikan sentimen pebisnis dalam beberapa bulan terakhir ini dapat menjadi modal yang kuat untuk terciptanya perbaikan perekonomian Indonesia. Bila terus mendapat stimulus dari sisi moneter (berupa penurunan BI Rate lebih lanjut yang diikuti oleh penurunan suku bunga pinjaman perbankan), maupun stimulus dari sisi fiskal, ada peluang cukup besar kontraksi pada perekonomian dapat dihindari.

    Coincident dan Leading Economic Index:

    • Coincident economic index (CEI) adalah indeks yang menggambarkan keadaan ekonomi pada saat ini, dengan menggunakan lima data ekonomi: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran. Kelima data ini digunakan, karena secara statistik, data ini dapat menjelaskan pergerakan perekonomian kita pada saat sekarang. Dan gabungan informasi dari kelima data tersebut dapat menggambarkan keadaan ekonomi kita secara keseluruhan.
    • Coincident economic index yang turun menggambarkan aktivitas perekonomian yang melemah, dan sebaliknya. Indeks koinsiden yang turun tiga kali berturut-turut menandakan ada masalah di dalam perekonomian yang perlu diwaspadai. Jika indeks ini turun terus-menerus dengan tajam, hal itu menandakan ekonomi sedang dalam masa resesi.
    • Leading economic index (LEI) adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan tujuh data ekonomi: Izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa. Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam siklus bisnisnya.

    Komponen CEI dan LEIOkt 08Nov 08Des 08
    Coincident Economic Index (CEI)107,1105,9105,2
    Indeks penjualan mobil dalam negeri188.4145.0126.6
    Indeks konsumsi semen144.1137.2137.9
    Indeks nilai riil impor186.7147.2130.9
    Indeks nilai riil jumlah uang beredar (M1)167.4168.0161.5
    Indeks penjualan retail56.458.361.5
    Leading Economic Index (LEI)108.2108.7109.4
    Indeks izin mendirikan bangunan69.071.570.9
    Indeks jumlah turis mancanegara126.7138.2137.3
    Indeks persetujuan investasi asing281.9280.6280.8
    Indeks nilai tukar efektif riil88.181.392.2
    Indeks harga saham gabungan211.3206.3211.7
    Indeks nilai riil ekspor189.1210.0184.7
    Indeks harga konsumen sektor jasa2.392.392.41

    Indeks Sentimen Bisnis
    Masih Ada Harapan

    • Indeks sentimen bisnis (ISB) meningkat 15,7 persen pada survei Desember-Januari menjadi 113,4. Penyebabnya, indeks dua komponen ISB naik: indeks situasi sekarang yang mengukur sentimen pelaku bisnis terhadap situasi saat ini naik 17,8 persen menjadi 107,9, dan indeks ekspektasi yang mengukur sentimen pelaku bisnis terhadap keadaan ekonomi dan bisnis dalam enam bulan ke depan meningkat 13,9 persen menjadi 118,9. Kenaikan ISS dan ISB ke level di atas 100 ini menunjukkan semakin banyak pemimpin perusahaan (CEO) yang merasa optimistis terhadap keadaan iklim bisnis saat ini dan prospeknya di masa mendatang.
    • Walaupun indeks yang terkait dengan keadaan bisnis saat ini masih berada di bawah level 100, survei Desember-Januari menunjukkan semakin banyak CEO yang menyatakan perekonomian Indonesia semakin baik. Seiring dengan meningkatnya jumlah CEO yang merasa optimistis terhadap perekonomian nasional, mereka melaporkan peningkatan kinerja perusahaan secara signifikan. Indeks penjualan dan indeks laba perusahaan naik secara signifikan dari bulan lalu, masing-masing 24,1 persen dan 26,4 persen. Beberapa indeks lain juga meningkat.
    • Para pebisnis yang disurvei masih merasa yakin bahwa mereka akan dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan dalam waktu tiga sampai enam bulan. Laba perusahaan juga diperkirakan meningkat, apalagi tekanan biaya operasional diperkirakan menurun, seiring dengan mengecilnya inflasi. Selain itu, beberapa indeks yang mengukur ekspektasi kinerja perusahaan di masa mendatang seperti tenaga kerja, likuiditas, modal kerja dan kapasitas produksi juga meningkat.
    • Tingkat kepercayaan para CEO kepada pemerintah semakin baik. Indeks sentimen bisnis terhadap pemerintah naik 14 persen menjadi 124,6. Ini merupakan level tertinggi dalam tujuh setengah tahun terakhir. Semua komponennya meningkat. Kepercayaan terhadap pemerintah untuk mengendalikan harga bahan pokok naik paling besar, yakni 31,5 persen, menjadi 111.3. Menguatnya kepercayaan tersebut merupakan cerminan berkurangnya kekhawatiran pebisnis terhadap tekanan inflasi, terjadinya perbaikan iklim investasi, dan turunnya suku bunga.

    Kondisi saat ini

    Baik

  • 9,3%

    Normal

  • 39,0%

    Buruk

  • 38,8%

    Kondisi 6 bulan mendatang

    Baik

  • 23,3%

    Normal

  • 39,5%

    Buruk

  • 34,4%

    Indeks Sentimen Bisnis

    Indeks Sentimen Bisnis

    Sep 08

  • 120,8

    Juli 08

  • 98,0

    Sep 09

  • 113,4

    Indeks Situasi Sekarang

    Sep 08

  • 114,7

    Juli 08

  • 91,6

    Sep 09

  • 107,9

    Indeks Ekspektasi

    Sep 08

  • 126,9

    Juli 08

  • 104,1

    Sep 09

  • 118,9

    Sumber: Danareksa Research Institute

    Indeks Sentimen Bisnis:

    • Indeks sentimen bisnis (ISB) disusun berdasarkan survei terhadap 700 CEO atau direktur perusahaan besar dari berbagai sektor antara lain konstruksi, pertanian, keuangan, transportasi dan komunikasi, manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metodologi statistik untuk merepresentasikan penilaian direktur-direktur Indonesia dari sektor yang ada secara akurat. Responden survei ini dipilih melalui katalog bisnis.
    • Dalam survei ini, responden diminta menjawab 12 pertanyaan mengenai kondisi usaha secara umum di sektor yang digeluti. Interpretasi ISB cukup sederhana: jika indeks di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya. Indeks ini dirancang untuk mengukur penilaian pelaku bisnis terhadap keadaan perusahaan mereka masing-masing, keadaan sektor industri yang digeluti, dan keadaan ekonomi, serta bisnis mereka secara umum, baik pada waktu sekarang, maupun ekspektasi-ekspektasi mereka dalam enam bulan mendatang.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus