Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#CC0000>Ekonomi Amerika Serikat</font><br />Amerika Setelah Setahun

Lehman Brothers menarik jatuh perekonomian Amerika Serikat dan dunia. Kini AS menggeliat bangun.

14 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arah kita sudah benar. Kita sedang menuju pemulihan, Ohio. Jangan biarkan ada yang membuatmu ragu.” Kata-kata ini keluar dari mulut Presiden Barack Obama, Selasa pekan lalu. Setahun terakhir, Amerika Serikat mengalami krisis keuangan terparah sejak Depresi Besar pada 1930-an. Tapi Oba ma berusaha meyakinkan pimpin an serikat pekerja di Cincinnati, Ohio, bahwa bagian terburuk dari krisis telah mereka lewati.

Memang, tanda-tanda AS bangkit dari krisis sudah mulai terlihat. Produk domestik bruto (PDB), meski belum positif, persentase penurunannya pada kuartal kedua tahun ini mulai mengecil, cuma satu persen. Padahal pada kuartal sebelumnya perekonomian negara ini terkoreksi hingga 6,4 persen.

Membaiknya PDB merupakan kabar gembira menjelang genap setahun kebangkrutan Lehman Brothers, 15 September 2008. Ambruknya lembaga ke uangan terbesar AS ini disebut-sebut sebagai pelatuk yang memicu rangkai an kejatuhan ekonomi hingga merusak cukup parah sistem keuangan dunia.

Lehman runtuh hanya seminggu setelah pemerintah AS setuju menyelamatkan lembaga penjamin kredit perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac. Dan enam bulan sebelumnya, Bear Stearn, sebuah bank lokal kecil yang terancam bangkrut, diselamatkan dengan dana bailed out dari Federal Reserve dan Departemen Keuangan. Bank itu lalu dijual ke J.P. Morgan Chase.

Banyak yang heran, mengapa pemerintah AS sigap menyelamatkan Bear yang jauh lebih kecil dengan alasan mengamankan sistem keuangan dunia, tapi enam bulan kemudian membiarkan raksasa Lehman gugur. Padahal tingkat risiko sistemik jatuhnya Leh man jauh lebih besar.

Dalam wawancara dengan Fortune, Menteri Keuangan kabinet Obama, Timothy Geithner, membantah kesan bahwa pemerintah sengaja ”membiar kan” Lehman gugur. Geithner, yang kala itu memimpin Federal Reserve di New York, beralasan bahwa pemerintah tak punya otoritas untuk menyelamatkan Lehman.

”Orang mengira pemerintah sengaja memberikan pelajaran kepada masyarakat,” kata Geithner. Itu keliru. Yang benar, menurut dia, kala itu Departemen Keuangan dan bank sentral tidak punya cukup otoritas untuk menyuntikkan modal ke Lehman.

Upaya penyelamatan bukan tak ada. Tiga hari sebelum Lehman menyatakan diri bangkrut, Menteri Keuangan kala itu, Henry M. Paulson, dan pemimpin Federal Reserve, Ben Bernanke, mengundang 30 penguasa perbankan negara itu. Mereka menyampaikan kabar buruk: Merrill Lynch dan Lehman terancam ditutup, dan meminta para bankir mencari jalan untuk menyelamatkan keduanya.

Hanya Merrill yang akhirnya ditolong. Sehari setelah pertemuan itu, Ken Lewis, Direktur Utama Bank of Amerika, menyatakan niat banknya mengambil alih Merrill. Tapi dia menolak Lehman.

Tinggallah Barclays sebagai satu-satunya calon pembeli. Bank asal Inggris itu menginginkan Lehman untuk memperluas pasarnya di Amerika. Namun kata sepakat tak kunjung dicapai. Soalnya, tidak ada informasi valid tentang kondisi keuangan Lehman, termasuk kontrak-kontrak yang mereka buat.

Enggan membeli barang misterius—ditambah tekanan dari otoritas ke uangan Inggris Barclays meminta jaminan dari pemerintah AS. Tapi Menteri Paulson menolak. Negosiasi gagal. Barclays mengundang 50 orang staf ek sekutif Lehman ke kantor pusat mereka di Canary Wharf, London, untuk menyampaikan berita tak enak ini. Hingga pukul dua dinihari, Senin 15 September, berita buruk itu resmi diumumkan: Lehman Brothers bangkrut, bank berusia 158 tahun itu harus dilikuidasi.

Ini ”gempa” dahsyat. Segera setelah itu, Amerika dan dunia masuk ke krisis global. Bursa Wall Street guncang. Indeks Standard & Poor’s 500 jatuh hingga 38,5 persen menjadi 903,25. Ini kejatuhan terparah sejak 1937. Indeks Dow Jones juga ambruk 34 persen menjadi 8.776,39. Kejatuhan Dow Jones ini yang terparah sejak 1931.

Seperti rumah kartu, berturut-turut sejumlah perusahaan top dunia berjatuhan. Ada AIG, City Corp, General Motors, dan Chrysler. Goldman Sachs dan Morgan Stanley mengubah status mereka sebagai bank investasi menjadi bank umum. General Motors bahkan harus menyatakan bangkrut untuk bertahan hidup.

Baiknya, mungkin karena melihat dampaknya yang dahsyat dan mengerikan dari jatuhnya Lehman, kali ini pemerintah Amerika tak tinggal diam. Atas persetujuan Kongres, dana bailed out sebesar US$ 700 miliar pun dikucurkan. Troubled Asset Relief Program (TP), lembaga semacam BPPN-nya Indonesia, menyerap US$ 300 miliar, di antaranya untuk AIG.

Kini, setelah setahun, situasi per bankan Amerika membaik. Semakin banyak perusahaan yang mengajukan permohonan untuk mengembalikan da na talangan dan keluar dari pengawasan pemerintah. Sementara itu, stimulus yang sudah dikucurkan juga mampu menaikkan konsumsi dan membuat perekonomian Amerika kembali bergairah. Laju pertumbuhan negatif sudah bisa direm.

Program seperti Cash for Clunkers—dukungan US$ 4.500 bagi mereka yang mengganti mobil dan truknya dengan kendaraan baru hemat bahan bakar, dan insentif bagi mereka yang membeli rumah untuk pertama kalinya—laku keras. Penjualan rumah pada Juli, misalnya, mencapai angka tertinggi dalam dua tahun terakhir, sementara persentase kenaikannya, 7,2 persen, juga tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Dan program Cash for Clunkers, yang berakhir pada 24 Agustus lalu, dilaporkan meningkatkan penjualan mobil hingga 700 ribu unit.

”Kita sudah berada pada jalur pemulihan,” kata Bruce Kasman, ekonom kepala JP Morgan, Chase&Co, di New York, mengomentari statistik Amerika kuartal kedua 2009 yang diri lis awal bulan ini. Masalahnya, laporan lain menunjukkan perekonomian Amerika sebenarnya masih cukup rentan. Hingga Agustus lalu, angka pengangguran Amerika masih 9,7 persen, tertinggi dalam 26 tahun terakhir. Jumlah penganggur kini mencapai 15 juta orang.

Namun tren orang yang kehilang an pekerjaan terus turun. Pada Agustus lalu, hanya 216 ribu orang kehilang an pekerjaan, dari sebelumnya yang bisa mencapai 500 ribu per bulan. ”Perbaikan ekonomi sepertinya akan berjalan cukup lambat pada awal, di mana angka pengangguran akan berkurang secara sangat perlahan dari tingkat tertinggi,” kata pemimpin Federal Reserve, Ben Bernanke, dalam sebuah simposium di Jackson Hole, Wyoming, awal bulan lalu. Menurut dia, ini karena masih ada hambatan pada pasar uang di seluruh dunia.

Bahkan Nouriel Roubini, profesor ekonomi dari Universitas New York, orang pertama yang memprediksi akan terjadi krisis finansial di Wall Street, mengingatkan kemungkinan adanya resesi baru. Menurut dia, seperti negara lain, perekonomian Amerika tumbuh karena stimulus yang begitu tinggi, sementara fondasi ekonomi belum pulih benar. Krisis berikut, menurut dia, bisa terjadi jika stimulus dihentikan.

Barangkali ini sebabnya, walaupun yakin perekonomian segera membaik, Obama tak mengumbar janji di hadap an para pemimpin buruh di Cincinnati. ”Meski demikian, sahabat-sahabatku,” katanya, ”jalan kita masih panjang.”

Philipus Parera (Washington Post, CNN, Bloomberg, Daily Mail)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus