Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#FF6600>Ritel</font><br />Indonesia di Tengah Brussel

Sarinah berekspansi ke Belgia dan Inggris. Mengandalkan produk-produk budaya nasional.

2 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA gamelan sayup-sayup terdengar dari Le Royaume de Ganesh (Kerajaan Ganesha), salah satu bagian dari Parc Pairi Daiza di pinggiran Brussel, Belgia. Suasana Indonesia sangat terasa di kebun yang kerap disebut Taman Wisata Paradiso ini. Gemericik air mancur meng alir dari stupa-stupa dan patung gajah yang berdiri kukuh. Di balik patung terbentang alam Nusantara di la han seluas tujuh hektare.

Perjalanan ke ”Indonesia” dimulai dengan tangga batu yang menjulang menuju pura. Petak-petak sawah membentang di sisi kiri dan kanan. Pohon pisang dan umbul-umbul kuning berjejer. Ketika pengunjung mencapai tangga paling atas, terlihat rumah-rumah dan pekarangan tradisional di sekitar pura. ”Serasa di Indonesia,” kata Celine Deschamps, salah seorang pengunjung yang sudah dua kali berkunjung ke Indonesia, dalam bahasa Perancis, pekan lalu.

Adalah Eric Domb yang membawa suasana Indonesia ke taman itu. Chief Executive Officer Park Paradiso itu mendatangkan ratusan tenaga ahli langsung dari Indonesia untuk meng garap taman tersebut. Seniman ukir dan pahat dari Muntilan juga didatangkan untuk membuat imitasi Candi Borobudur. Taman Indonesia di Pairi Daiza mulai dibuka musim panas tahun lalu. Di lokasi itulah nanti PT Sarinah (Persero) akan membuka gerai, retail pertamanya di luar negeri.

Direktur Utama Sarinah Jimmy M. Rifai Gani telah bertemu dengan Domb tiga kali di Jakarta, Bali, dan Belgia. Domb bakal menyediakan tempat bagi peretail milik negara ini menjual produk khas Indonesia berkelas tinggi (high end). ”Rencananya September atau Oktober akan ketemu lagi,” kata Jimmy kepada Tempo di Jakarta dua pekan lalu. Dia berharap nota kesepahaman sudah bisa diteken pada pertemuan tersebut, sehingga pada 2012 gerai Sarinah di Eropa sudah bisa berdiri.

Ekspansi ke luar negeri salah satu upaya Sarinah meningkatkan kinerja perusahaan dan menjadi acuan (benchmark) budaya Indonesia. Perusahaan yang didirikan Presiden Indonesia Soekarno pada 1961 ini awalnya punya dua konsep retail: department store dan supermarket. Tapi kini Sarinah hanya berfokus pada konsep retail department store. Semua supermarket telah ditutup. Segmen usaha itu rugi dari tahun ke tahun. ”Kami kalah oleh Indomaret dan Alfa,” ujar Jimmy.

Lini department store Sarinah juga menghadapi tantangan berat dengan munculnya Matahari, Ramayana, Centro, dan Debenhams. Karena itulah Sarinah bersolek, membangun citra sebagai etalase Indonesia yang menyaji kan kerajinan tangan, fashion batik, dan produk khas Indonesia. ”Sarinah sekarang beda dengan 47 tahun lalu. Kalau main di ranah umum bakal babak-belur, jadi harus ke ranah khusus,” kata Jimmy.

Tak cuma Belgia, Sarinah juga melirik Harrods, peretail ternama asal Inggris. Dulu, department store ini dimiliki pengusaha flamboyan keturunan Mesir, Mohamed al-Fayed. Dua bulan lalu pusat belanja mewah ini telah dilego kepada Qatar Holding, milik keluarga Kerajaan Qatar. Pertengahan Juli lalu, Direktur Iklan dan Sponsorship Harrods, Guy Cheston, mengunjungi beberapa peretail Indonesia yang menjual produk kerajinan tangan dan batik berkelas tinggi, termasuk gerai Sarinah di Thamrin dan Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta.

Di Alun-alun Indonesia, Cheston makan siang bersama beberapa pejabat Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pariwisata serta sejumlah peng usaha, seperti Chaterina Widjaya, pemilik Alun-alun Indonesia; Ghea Panggabean (perancang); Alvin Ciptowir yo (desainer furnitur); dan Carmanita (perancang).

Menjelang sore, Cheston singgah di gerai Sarinah Thamrin. Jimmy dan beberapa direktur Sarinah menyambut kedatangan Cheston. Mereka mengeli lingi lantai 3, 4, dan 5 Sarinah yang memajang produk khas Indonesia produksi usaha kecil dan menengah. ”Barang-barangnya cukup berkualitas, dibungkus dengan baik,” ujar Cheston.

Kerja sama Harrods dan Sarinah, kata dia, sangat terbuka. Tapi kerja sama perdagangan retail ini baru bisa berjalan dua tahun lagi. ”Kami akan mengkajinya,” ujar Cheston. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu berharap produk Indonesia bisa terjual di Harrods tepat pada pelaksanaan Olimpiade di London pada 2012.

Nieke Indrietta, Yandhrie Arvian, Asmayani Kusrini (Brussel)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus