Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) menyiapkan pengembangan bandara-bandara berkapasitas besar pada 2022. Vice Corporate Communication Angkasa Pura II Yado Yarismano mengatakan perseroan akan melakukan pengembangan kapasitas terminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta melalui revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saat ini telah dilakukan pengembangan di subterminal 1C dan 2F,” ujar Yado melalui pesan pendek, Rabu petang, 29 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Revitalisasi Terminal 1 dan 2 telah berlangsung sejak 2019. Kedua terminal yang melayani lalu-lintas penerbangan domestik dan internasional masing-masing akan ditingkatkan kapasitas penumpangnya menjadi 9 juta dan 42 juta penumpang per tahun.
Sebagian maskapai penerbangan yang melayani penumpang dari Terminal 2 sebelumnya, salah satunya Citilink, untuk sementara diungsikan ke Terminal 3. Yado melanjutkan, pengembangan bandara dilakukan secara bertahap.
“Saat ini, subterminal 2F telah dioperasikan untuk melayani kedatangan Internasional,” ujar Yado.
Selain Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Angkasa Pura II melanjutkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
Bandara itu kini telah dikelola oleh Angkasa Pura II melalui PT Angkasa Pura Aviasi bersama konsorsium GMR Airports Consortium yang terdiri atas GMR Group dan Aeroport de Paris Group.
Pengembangan bandara yang akan dilakukan pada 2022 nanti salah satunya adalah perluasan kapasitas terminal penumpang. Perluasan terminal terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, terminal akan menampung 17 juta penumpang.
Kemudian pada tahap kedua, jumlah penumpang ditingkatkan hampir dua kali lipat menjadi 30 juta penumpang dan tahap ketiga menjadi 42 juta penumpang. Rencana pengembangan berlangsung sesuai umur kontrak kerja sama konsorsium selama 25 tahun.
Direktur Utama Angkasa Pura II mengatakan perusahaan belum menargetkan pertumbuhan yang besar pada 2022 akibat industri penerbangan belum membaik pada 2021. Meski begitu, perusahaan tetap bersiap-siap bila pasar membaik.
“Misalnya menyiapkan alat-alat produksi agar sewaktu-waktu dapat beroperasi jika permintaan kembali normal,” kata dia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA