Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOFYAN Basir menunjukkan foto bangunan kecil bercat biru dengan tulisan di atas pintu masuk: "Bank BRI Mindiptana". Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk ini memulai cerita tentang pembelian satelit dari kantor cabang pembantu yang terletak di salah satu distrik di Kabupaten Boven Digoel, Papua. "Siapa yang mau masuk sampai ke sini," katanya Selasa dua pekan lalu.
Terletak jauh di pedalaman Papua, kantor BRI Mindiptana sudah terhubung dengan jaringan komunikasi perbankan secara real time. Artinya, ketika seorang nasabah BRI Mindiptana menggesek kartu debitnya di Jakarta, otomatis dana yang tersimpan di bank di Mindiptana ikut berkurang, berikut bunganya.
Mindiptana adalah satu dari 9.808 kantor yang dimiliki BRI saat ini. Untuk menghubungkan ribuan unit kantor yang tersebar hingga ke berbagai pelosok daerah, bank pelat merah terbesar kedua ini menggunakan 23 transponder dari sembilan perusahaan penyelenggara jasa satelit.
Sayangnya, menurut Sofyan, kapasitas layanan yang diberikan tidak mampu menyeimbangkan pertumbuhan jaringan kantor yang semakin bertambah luas. "Kami seperti pakai Internet yang lemot," ujarnya.
Sofyan menjelaskan, rencana memiliki satelit sendiri sudah didiskusikan di kalangan internal BRI sejak dua tahun lalu. Namun keinginan itu terbentur sedikitnya slot-ruang satelit yang ada di atas angkasa Indonesia. Proses yang ditempuh perseroan untuk mendapatkan slot satelit berjalan cukup alot. "Sangat panjang karena pihak lain berkeras ingin mempertahankan," katanya.
Sebenarnya BRI menginginkan adanya kepastian soal slot satelit ini sejak setahun lalu. Namun persetujuan pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring baru turun pada Maret lalu. Tifatul memutuskan tidak lagi memperpanjang hak pemanfaatan satelit oleh Indosat dan menyerahkannya kepada Bank BRI mulai 1 September 2015.
Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli mengatakan slot orbit dan satelit merupakan modal bagi operator untuk jualan ke konsumen. "Tentu ini merupakan kepentingan kami juga," ujarnya. Namun, sayangnya, Indosat tak kunjung mengganti satelit Palapa C-2, yang umur ekonomisnya habis pada 2011. Alexander berdalih penundaan penggantian ditempuh karena umur satelit masih bisa diperpanjang hingga tiga tahun.
Pada saat yang sama, pemerintah berkepentingan agar slot tersebut segera diisi. Sebab, kalau dalam dua tahun tidak dipakai, slot harus dikembalikan kepada Badan Telekomunikasi Internasional (ITU) untuk ditawarkan lagi ke negara lain.
BAGI BRI, keperluan akan jaringan komunikasi yang kuat sudah sangat mendesak. Jaringan kantor cabang dalam tempo sepuluh tahun tumbuh dua kali lipat lebih. Demikian pula jaringan e-channel, seperti anjungan tunai mandiri (ATM) dan mesin electronic data capture (EDC), yang sudah mencapai lebih dari 100 ribu unit. "Kami memang mengejar ini secara luar biasa," kata Sofyan.
Selain itu, BRI mengembangkan layanan bergerak yang disebut Teras Mobil dan Teras Kapal, yakni layanan kantor keliling menggunakan mobil dan kapal yang akan melayani daerah pelosok dan pulau terluar Indonesia.
Dengan jaringan kantor yang tersebar luas seperti itu, perseroan ingin menjalankan fungsi intermediasi perbankan. Data Bank BRI menunjukkan ada ketimpangan perbandingan dana yang dikumpulkan dari masyarakat dibanding total kredit yang dikucurkan (loan-to-deposit ratio/LDR) antara Jakarta dan kota-kota menengah lain di luar Jawa.
Misalnya LDR di Jakarta berada di bawah 50 persen, sedangkan di Manado mencapai 220,1 persen. Itu artinya orang di Manado lebih banyak meminjam uang dibanding menabung. Begitu pula di Ambon dan Aceh.
Dengan pertimbangan itu, menurut Sofyan, BRI yang selama ini dikenal sebagai bank desa mulai masuk ke kota-kota menengah di luar Jakarta pada 2007. Tahap awal, digarap 16 kota besar lewat program consumer banking. "Mengapa hanya uang di desa yang boleh diambil BRI, kenapa uang orang kota tidak?" ucapnya.
Perseroan kemudian menjaring dana nasabah di perkotaan besar yang mengantongi 70 persen perputaran dana. "Bagaimana kami membawa uang ke desa kalau kami tidak bisa mengambil uang dari kota?" ujar Sofyan.
Dengan menggunakan satelit milik sendiri, yang diberi nama BRIsat, jaringan komunikasi real time online di semua unit kantor, mobil dan kapal keliling, serta e-channel akan lebih diandalkan. Sistem teknologi BRI akan bisa tetap hidup 24 jam 7 hari seminggu. Selama ini orang antre lama di kantor BRI atau ATM yang mati lantaran jaringan komunikasinya bermasalah.
Penggunaan satelit memang cocok bagi Indonesia yang wilayahnya berbentuk kepulauan. Berbeda dengan Cina, India atau Amerika Serikat, yang semuanya terdiri atas daratan. Karena itu, tidak ekonomis bila hanya mengandalkan kabel fiber optik sebagai jaringan komunikasi. "Untuk ke Papua, skala ekonominya tidak memenuhi," kata Sofyan.
Jos Luhukay, praktisi teknologi perbankan, menilai pembelian satelit oleh BRI bisa dilihat dari dua aspek. Dari segi biaya, ini menguntungkan BRI karena bisa menekan biaya komunikasi. Sedangkan dari sisi ketersediaan jaringan komunikasi, "BRI sepertinya sudah kepepet karena jaringan komunikasi yang ada sudah tidak bisa diandalkan untuk mendukung jaringan perbankan," ujar mantan Wakil Direktur Utama Bank Danamon ini.
Sofyan mengatakan, dengan menggunakan satelit sendiri, BRI bisa menurunkan biaya komunikasi satelit hingga minimal 50 persen. Selama ini, kata dia, BRI harus mengeluarkan dana Rp 500 miliar per tahun untuk menyewa satelit. Sedangkan pembelian satelit senilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun. "Itu pun sebenarnya tidak terpakai semua. Kami pun tidak membayarnya sekaligus," ucapnya.
Pengelolaan satelit akan berada di bawah divisi teknologi informasi dan komunikasi BRI. Menurut Sofyan, saat ini mengelola satelit tidak seperti dulu, yang memerlukan stasiun khusus. BRI sudah mengirim delapan orang ke Amerika untuk belajar tentang teknologi satelit.
Menggunakan izin telekomunikasi khusus, satelit BRI tidak boleh disewakan kepada pihak lain. Dari 45 transponder, hanya dipakai 23 transponder. Adapun 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah. "Bisa untuk kepentingan e-KTP, pendataan pertanian," katanya. Adapun sisanya akan digunakan sebagai cadangan. "Mungkin lima tahun lagi kami perlu tambahan 10 transponder lagi."
Menurut Jos, dengan menyisakan banyak transponder yang tidak terpakai, sebenarnya penggunaan satelit BRI terhitung tak efisien. Pasalnya, transponder mempunyai umur ekonomis. Maka kalau tidak digunakan sejak awal ada penurunan kualitas transponder. Satelit BRIsat mempunyai umur ekonomis hingga 18 tahun.
Keluhan BRI tentang lemahnya jaringan komunikasi di Indonesia menjadi keluhan yang sama bagi bank-bank lain. Karena itu, Jos menyarankan sebaiknya perbankan membuat konsorsium untuk mempunyai satelit sendiri. "Jaringan komunikasi yang ada saat ini sudah tidak mendukung lagi," ucapnya.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan belum akan mengikuti jejak koleganya itu. Pertimbangannya adalah jumlah dan jaringan kantor cabang yang belum sebanyak BRI. Mandiri saat ini menggunakan jaringan Telkom dan Indosat dengan biaya sewa Rp 200-300 miliar per tahun. "Saat ini lebih efisien kami menyewa ketimbang punya satelit sendiri."
Iqbal Muhtarom, Faiz Nashrillah
Nama satelit:BRIsat
Produsen: Space System/Loral Amerika Serikat
Perusahaan peluncur: Arianespace Prancis
Masa pembuatan: 24 bulan
Jadwal peluncuran: 2016
Jangkauan: Asia Tenggara, Asia Timur, Hawaii, Australia Barat
Umur teknis: 15 tahun
Umur ekonomis:18 tahun
Kinerja BRI (Rp triliun)
2013 | 2003 | |
Aset | 606,37 | 94,71 |
Kredit | 430,62 | 47,59 |
Kredit seret | 1,55% | 6,03% |
Dana pihak ketiga | 486,37 | 76,32 |
Laba bersih | 21,16 | 2,58 |
Jaringan kantor (unit) | 9.808 | 4.535 |
ATM (unit) | 19 ribu | |
Sumber: Bank BRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo