Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Poros Lama Bersemi Kembali

Gerindra hampir pasti disokong Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional. Hatta kandidat terkuat pasangan Prabowo.

12 Mei 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBERADAAN istri jadi pertanyaan yang diajukan Partai Keadilan Sejahtera kepada Prabowo Subianto menyusul lamaran Gerindra untuk bersekutu dalam pemilihan presiden. Sejak bercerai dengan Siti Hediati Haryadi alias Titiek Soeharto pada 1998, calon presiden dari Gerindra itu betah melajang. Kini pengurus PKS bertanya siapa kelak ibu negara bila Prabowo terpilih sebagai presiden. "Katanya, mereka sedang proses rujuk," ujar Refrizal, anggota Majelis Syura PKS, Kamis pekan lalu.

Setelah pemilihan legislatif, Prabowo bertamu ke rumah Ketua Majelis Syura PKS Hilmi Aminuddin di Lembang, Bandung. Pada 23 April itu, Prabowo datang seraya menyodorkan surat lamaran berkoalisi. Prabowo juga berkunjung ke rumah Hilmi di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, tak lama setelah itu. Dalam salah satu pertemuan itulah pertanyaan tentang calon istri dikemukakan.

Pertanyaan lain adalah soal tuduhan penculikan aktivis pada 1998. Kepada PKS, Prabowo menjelaskan bahwa kasus itu telah tutup buku. Pelaku lapangan, yakni anggota Tim Mawar Komando Pasukan Khusus, telah dihukum pidana. Prabowo, yang sewaktu kasus terjadi menduduki jabatan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, diberhentikan dari dinas TNI. "Prabowo menjawab pertanyaan soal HAM," Refrizal membenarkan.

PKS juga menanyakan hal ini: agama. Refrizal menjelaskan jawaban Prabowo, tapi meminta tak dikutip. Kepada Tempo pada Oktober tahun lalu, Prabowo berbicara tentang keyakinannya. "Saya percaya yang saya miliki hari ini pemberian Tuhan, tapi saya bukan orang yang terlalu taat menjalankan ritual," katanya. Ketua Umum Gerindra Suhardi mengatakan Prabowo menganut Islam. "Dia pernah naik haji bersama Pak Harto, mertuanya," ujarnya.

Puas dengan jawaban Prabowo, PKS memutuskan berkoalisi dengan Partai Garuda—sebutan Gerindra. Keputusan diambil dalam rapat Majelis Syura di markas PKS di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, Ahad dua pekan lalu. Begitu Hilmi Aminuddin berkata bahwa ia ingin PKS berkoalisi dengan Gerindra, peserta rapat langsung setuju. "Tak ada yang mendebat," kata Refrizal.

Kedua partai juga membentuk tim negosiasi untuk membahas butir-butir kesepakatan. Dari Gerindra, ada tiga wakil ketua umum: Fadli Zon, Edhy Prabowo, dan Widjono Hardjanto. Ada juga Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani. Seorang lagi adalah Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra.

PKS juga diwakili lima kader inti. Mereka adalah Sekretaris Jenderal Taufik Ridho, Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman, mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sohibul Iman, dan Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Al Muzamil Yusuf. Hasil pertemuan disampaikan ke pengurus PKS yang lain.

Yang sudah disepakati, bila kalah dalam pemilihan presiden, kedua partai menjadi oposisi. Bila menang, PKS minta dilibatkan tiap kali Prabowo membuat keputusan penting. Poin-poin itu, kata Refrizal, tertuang dalam kesepakatan tertulis. "Tinggal ditandatangani," ujarnya. Kedua partai juga sudah membahas pembagian kursi di kabinet. Refrizal menolak menjawab rinci soal ini.

Setuju berkoalisi, PKS tak ngotot menyodorkan calon wakil presiden. "Yang penting semangat kebersamaan. Preman saja kalau bersama-sama bakal setia," kata Refrizal. Sempat tersiar kabar bahwa Prabowo menaksir Gubernur Jawa Barat yang juga kader PKS, Ahmad Heryawan. "Sekarang kan aktor utamanya Pak Prabowo, dan kami tidak punya hak menghalang-halangi dia," ujar Sohibul Iman, juga anggota Dewan Syura PKS. Tapi PKS minta diajak berbicara sebelum Prabowo memilih pendamping.

Tim pemenangan menjadi topik pembicaraan tersendiri. Menurut Refrizal, hampir dipastikan saksi pemungutan suara diambil dari kader PKS. "Kalau serangan darat, kami paling kuat," katanya. Pada pemilihan presiden 2009, saksi juga diambil dari PKS. "Sampai-sampai orang Partai Demokrat yang ingin jadi saksi harus seizin PKS."

Walau PKS berkoalisi dengan Demokrat mengusung Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009, hubungan partai ini dengan Gerindra selalu baik. Kedua partai sebenarnya hampir berkoalisi ketika itu. Menurut Refrizal, Gerindra sudah meminta Hidayat Nur Wahid sebagai calon wakil Prabowo dalam pemilihan presiden. Gerindra juga mengajak Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional untuk menggenapi syarat pendaftaran calon presiden. Poros ini akhirnya bubar. Namun, kata Refrizal, PKS tetap menjalin hubungan dengan Gerindra.

Lima tahun berlalu, Gerindra yakin mengantongi tiket dalam pemilihan presiden sekarang. Koalisi dengan PKS tinggal diumumkan. Demikian pula dengan Partai Amanat Nasional. "Koalisi dengan PAN bisa dibilang hampir pasti. Sudah 99 persen," ujar Fadli Zon. Sejumlah politikus PAN bahkan mengatakan Prabowo sudah memutuskan akan berduet dengan ketua umum mereka, Hatta Rajasa.

Ini yang membikin PAN mau berkoalisi dengan Gerindra. Sejak awal, PAN menyodorkan Hatta sebagai calon presiden, bila bukan wakil presiden, sebagai syarat berkoalisi. Ketua PAN Tjatur Sapto Edy menyanggah anggapan bahwa syarat tersebut harga mati. Menurut dia, PAN dan Gerindra memiliki konsep yang sama dalam membangun negara. Soal calon wakil presiden, Tjatur menyerahkan sepenuhnya ke Prabowo. "Tokoh mana pun yang paling membuat beliau nyaman dan paling bermanfaat bagi negara," kata Tjatur kepada Sundari dari Tempo.

PAN tak khawatir masuknya Golkar ke poros mereka akan mengubah komposisi pasangan. Sejumlah pengurus PKS dan Gerindra optimistis Golkar bakal bergabung dengan mereka. Ketua Umum Beringin, Aburizal Bakrie, juga mengisyaratkan bersedia beraliansi dengan Gerindra setelah gagal menggaet pasangan untuk maju ke pemilihan presiden. Aburizal tak mempersoalkan bila harus menjadi wakil Prabowo.

Setelah dikunjungi Prabowo akhir bulan lalu, Aburizal balas bertamu pada Senin pekan lalu. Keduanya membicarakan kemungkinan partai mereka berkoalisi, tapi belum menjalin kesepakatan. Hasil pertemuan tergambar dalam rapat Aburizal dengan pengurus Golkar sehari kemudian.

Wakil Ketua Umum Agung Laksono menggambarkan pernyataan Aburizal dalam pertemuan itu. "Ternyata pintu capres mengecil dan yang masih terbuka lebar adalah pintu cawapres," kata Agung. Meski begitu, Ketua Golkar Rizal Mallarangeng memastikan partainya tak akan bergabung dengan Gerindra.

Anton Septian, Muhammad Muhyiddin, Prihandoko, Fransisco Rosarians

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus