Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Akibat apa lagi

Pemerintah menetapkan kenaikan harga pembelian beras & padi. harga penjualan beras di pasaran menjadi naik, demikian pula harga kebutuhan sehari-hari yang lain. bahkan merembet ke sektor usaha lain. (eb)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULAI bulan depan, berlaku kenaikan harga pembelian beras & padi yang diputuskan Bina Graha 28 Oktober lalu. Namun bagi pedagang, maklumat di Hari Sumpah Pemuda itu rupanya telah menjadi isyarat untuk menaikkan pula harga penjualan mereka. Hanya sehari setelah keputusan itu, di Pasar Induk Beras Cipinang harga beras Saigon Bandung I yang sehri sebelumnya tercatat Rp 120 sekilo naik 3 perak. Beras C-4 yang rasanya agak lentuk, menanjak dari Rp 118 menjadi Rp 120 sekilo. Bagai suatu balapan, kenaikan harga itu diikuti pula oleh harga 17 jenis beras lainnya. Terus sampai 20 Januari lalu, ketika wartawan TEMPO Yunus Kasim melakukan observasinya di PIB Cipinang dan beberapa pasar beras lainnya di Ibukota. Beras jenis standar Cianjur Kepala misalnya, sudah naik sebanyak 16% dari Rp 160 sekilo menjadi Rp 190. Beras Saigon Bandung I dalam periode yang sama sudah naik lebih dari 31% menjadi Rp 160 sekilo. Sedang jenis C-4 mencatat kenaikan harga sebesar 28% -- sama dengan kenaikan harga beras jenis BGS Slijp Karawang -- sampai Rp 151. Beras Pelita I naik 29% menjadi Rp 131 sekilo. "Yang agak murah hanyalah beras eks Hongkong dan Pelita I. Masing-masing Rp 112 dan Rp 127 sekilo", ujar Atang, pedagang beras di Los D PIB Cipinang. "Itupun karena droping Dolog Jaya. Tanpa droping, si Pelita bisa mencapai harga Rp 125 sekilo", katanya lagi. Akibat lonjakan harga di Pasar Induk, karuan saja kenaikan di asar-pasar bawahannya lebih terasa lagi. Di Pasar Senen, beras Cianjur Kepala mencapai Rp 205 sekilo. Sedang beras Saigon Bandung berkisar antara Rp 165 -- Rp 170 sekilo. Seorang ayah yang datang berbelanja ke Pasar Minggu mengeluh lantaran beras Australia di sana harganya sudah Rp 150 sekilo. Padahal di Cipinang masih Rp 133. 3 Faktor Menurut para pedagang di Cipinang, kenaikan harga beras ini mungkin yang tercepat selama 2 tahun terakhir. Tapi kenapa naik? Macam-macam jawaban mereka. Hanya yang paling banyak dikemukakan para pedagang adalah naiknya harga pembelian dari petani. "Padi makin mahal, karena harga pupuk sudah naik", ujar Asen, pedagang beras asal Karawang. Bersama tiga orang kawannya, tiap hari dia mencarter sebuah truk Daihatsu untuk menangkut 50 karung beras dari Karawang ke Cipinang. Sementara itu, pejabat PIB Cipinang Herdy Sudjad menyebutkan sedikitnya ada tiga faktor penyebab. Selain keputusan 28 Okober 1975, musim hujan dan masa paceklik yang biasanya berkisar Nopember s/d Maret ikut mempengaruhi kenaikan". Pada musim hujan seperti sekarang ini para petani tidak bisa menjemur padi, berarti suplai ke penggilingan berkurang. Sedang masa paceklik berarti persediaan beras sendiri yang kurang-kecuali bila pabrik-pabrik sudah menimbun stok sejak masa panen. Seperti dikatakan mang Atang yang sudah 13 tahun dagang beras: "para tengkulak beras di Cianjur dan Sukabumi kini berebutan membeli beras dari petani untuk dijual ke Jakarta. Bahkan ada di antara mereka yang memberi uang panjar, menyebabkan harga terus menanjak". Pengaruh masa paceklik itu juga tampak dari berkurangnya truk yang masuk ke luar PIB Cipinang. Beberapa bulan lalu sampai 2800 ton beras masuk ke los dan gudang pasar induk itu. "Kini rata-rata 2000 ton saja", ujar Sudjad. Beras sebanyak itu diangkut oleh 150200 truk dan colt dai Solo, Semarang, seputar Cirebon, Bandung, dan Karawang. Selain meliwati timbangan Pulogadung, banyak pula yang melalui gerbang selaan Ibukota di Cibugur. Khususnya beras asal Cianjur dan Sukabumi. Nah, untuk membendung harga, pertengahan Januari lalu Dolog Jaya mendrop 190 ton beras impor di Cipinang, yang antara lain eks Hongkong dan Australia. Tapi tidak semua beras yang bertimbun di Cipinang dimakan oleh warga DKI. Sebab menurut catatan PIB Cipinang, banyak juga yang dibawa ke luar lagi. Tanggal 12 Januari misalnya, armada angkutan beras yang ke luar dari Cipinang ke seluruh pelosok Jakarta tercatat sebanyak 118 colt, sedang yang ke luar kota jurusan Tanggerang, Serang, Pandeglang dan Bogor ada 65 truk. Servis Kaset Kendati dernikian, pasar induk Cipinang tetap ramai. Grosir memadati los-los, sedang para pengecer berjejal di antara timbunan karung berasnya memadali ruangan pasar sampai ke emperan. Jumlah pedagang di Cipinang -- yang jauh lebih banyak dari di Gang Lokomotif dan Rawabening dulu, sebelum berdirinya PIB Cipinang -- menambah persaingan di antara mereka sendiri. Hingga keuntungan jadi paling banter 2 perak sampai seringgit sekilo, walaupun harganya sudah begitu tinggi. Maka sudah lumrah kenaikan harga beras ikut mengangkat harga kebutuhan sehari-hari lainnya. Di Pasar Senen, ikan teri nasi yang akhir tahun lalu masih Rp 800 sekilo pertengahan Januari sudah naik menjadi seribu. Telur ayam negeri naik dari Rp 550 menjadi Rp 650 sekilo, tanpa bisa ditawar-tawar lagi. Minyak goreng naik dari Rp 135 menjadi Rp 150 per botol sayur kangkung jadi Rp 50 seikat kecil. Dengan alasan angin musim barat, tauke ikan asin di Pasar Senen sudah mengerek harga ikan teri jengki menjadi Rp 850 sekilo -- 100 perak lebih mahal dari sebulan sebelumnya. Sementara cabe merah juga tambah mahal: Rp 50 per kilo dari harga sebelumnya. Kenaikan harga itu terang saja merembet-rembet pula ke sektor usaha lain. Termasuk tarif tukang pijat kelas menengah yang buka praktek di belakang apotik Polonia. Tanah Abang. Seorang bapak yang sudah berumur dan doyan dipijat, menjadi tidak enak lagi badannya selesai otot dan dagingnya digarap. Masalahnya, mulai Januari lalu tarif sudah naik dari 1000 perak menjadi 1500 per jam. Alasanya: peningkatan servis yang berupa pemutaran lagu-lagu kaset guna menghibur para tamu yang sedang asyik. Tapi sebenarnya, yah harap dimaklumi. Sebab untuk membeli 10 kilo beras rakyat jenis C-4, yang dulunya masih dapat ditawar dengan selembar gambar Pak Dirman, sekarang minimal harus ditambah 500 perak, memang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus