Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hallo, reparasi swasta

Perbaikan jaringan telepon rusak tidak ditangani oleh perum telkom, melainkan dikontrakkan pada swasta. hal ini memberi peluang bisnis baru, meski kontraktor tersebut tak punya staf ahli. (eb)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Jakarta kini sedang berkembang satu bisnis baru, yang ditangani oleh swasta. Yakni mereparasi telepon, yang dikerjakan oleh tukang-tukang dari rumah ke rumah. Seorang penghuni rumah di daerah Gunung Sahari dekat lapangan terbang Kemayoran melaporkan pada TEMPO, ada seorang pemuda mencangking kotak perkakas menanyakan padanya apakah teleponnya mau direparasi. Ditanya di mana dia bekerja. PT Sederhana Jaya Sakti, katanya. Alamatnya di jalan Gunung Sahari Raya, nomor teleponnya sekian. "Kalau telepon Ibu rusak, atau ada yang mau pasang telepon, atau tambah nomor, hubungi saja alamat kami", katanya meyakinkan. Karuan saja nyonya tadi heran. Sebab setahunya, urusan mengutik-utik telepon bukankah hanya boleh langsung ditangani oleh Perum Telkom'? "Memang betul", kata Kepala Humas Perum Telkom yang dihubungi TEMPO. Lantas panjang-lebar dia menjelaskan, bahwa urusan pertelkoman itu memang ada yang dikontrakkan pada perusahaan swasta. Proyek yang besar-besar, umumnya dikontrakkan lewat tender atau penunjukan langsung pada maskapai asing seperti Siemens, Philips, NKF, atau lainnya. Sedang pekerjaan memasang pesawat telepon serta perbaikannya dikontrakkan kepada pengusaha swasta nasional. Ada lebih dari 10 kontraktor nasional yang bekerjasama dengan Perum Telkom. Di antaranya PT Elnusa, PT Silkar, dan PT Sederhana Jaya Sakti itulah. Tapi itu pun hanya untuk pekerjaan yang bernilai rupiah besar. Sedangkan pekerjaan yang kecil-kecil dikerjakan oleh anak buah Perum Telkom sendiri. Mengapa perbaikan jaringan telepon yang rusak pun harus dikontrakkan pada swasta? "Kita kekurangan tenaga", ujar Musaffir lebih lanjut. "Tenaga Telkom yang ada kebanyakan sudah ditelan oleh sejumlah proyek pembangunan, hingga pekerjaan rehabilitasi di berbagai kota diserahkan kepada swasta yang bonafid melalui tender". Bonafiditas perusahaan swasta yang mau ditunjuk menjadi kontraktor Perum Telkom, antara lain ditentukan oleh adanya staf ahli perusahaan tersebut yang sudah insinyur teknik-elektro. Banyaknya ininyur elektro yang dimiliki perusahaan itu menentukan di kelas mana kontraktor itu berada. Tapi paling kurang harus ada satu. Syarat lain lagi ialah peralatan serta kabel-kabel yang dibutuhkan dalam reparasi atau pemasangan instalasi harus disediakan oleh sang kontraktor itu sendiri. Ujar Musaffir dalam satL tarikan nafas: "toh untuk itu mereha sudah dibayar oleh Perum Telkom." Bisa Dicabut Ternyata apa yang dijelaskan oleh Humas Perurri Telkom itu dalam prakteknya tidak seluruhnya berlaku. Orang-orang Sederhana Jaya Sakti yang dihubungi TEMPO memang menyebutkan, bahwa "kami bekerja atas dasar order Dinas Pemasaran Perum Telkom". Order itu bisa berbentuk penghapusan gangguan pada jaringan telepon, pemasangan kabel udara maupun kabel tanah. Bahkan termasuk juga pemasangan pesawat telepon baru. Tapi alat-alat yang dibutuhkan untuk itu "disediakan oleh Perum Telkom". ujar seorang karyawan Sederhana Jaya Sakti. Hanya seorang pimpinannya, bernama Cipto ada mengakui, bahwa "beberapa alat yang tidak dimiliki oleh Telkom, kami yang menyediakan". Namun soal staf ahli yang minimal insinyur elektro itu, tidak ada di perusahaan yang berpapan nama "PT Timur Jaya" itu. Menurut keterangan beberapa orang pimpinannya, PT itu hanya memiliki sejumlah lulusan STM dan SMA ditambah seorang tenaga pensiunan Perum Telkom. Pokoknya, "tidak yang keluaran universitas", ujar seorang karyawannya yang sedang sibuk membetulkan jaringan telepon dekat kantornya. Keterangan yang saling bertentangan itu tidak berhenti di situ saja. Menurut Cipto, karyawannya yang lepasan STM dan SMA sebelum mulai bekerja dilatih lebih dulu oleh Perum Telkom. Hal mana dibantah oleh Musaffir: "mereka dilatih selama 3 bulan oleh perusahaan itu sendiri". Dia juga menegaskan, bahwa kontraktor-kontraktor itu tidak boleh langsung mendatangi rumah-rumah, menawarkan jasa memperbaiki telepon yang rusak. Juga pemakai telepon tidak boleh menghubungi langsung kontraktor itu dan memesannya datang ke rumah -- seperti apa yang dipromosikan oleh orang Sederhana Jaya Sakti di kompleks Gunung Sahari itu. Bak kata Musaffir, "setiap kerusakan telepon harus dilaporkan kepada Perum Telkom dulu, baru nanti kami menunjuk kontraktor mana yang akan mengerjakannya." Termasuk penambahan instalasi dan pemasangan telepon paralel. Jika dikerjakan oleh kontraktor swasta tanpa surat perintah dari Perum Telkom itu bisa dicabut", katanya lagi. "Hati-hatilah terhadap kontraktor rehab yang menawarkan jasa ke rumah-rumah". Terang mau pun gelap, keuntungan bisnis baru ini tampaknya lumayan juga. Sederhana Jaya Sakti misalnya, punya sekitar 30 orang buruh lepas yang menerima gaji antara Rp 1000 hingga Rp 1500 sehari, tergantung ada-tidaknya pekerjaan. Berapa omset pekerjaannya, Cipto menolak menerangkan. Kadang-kadang ada order, kadang tidak", katanya. Tapi beberapa orang karyawannya menyebutkan, bahwa tiap hari "kami sibuk mengerjakan perbaikan telepon". Hari itu misalnya, mereka sedang mengerjakan perbaikan di jalan Batu Ceper, jalan Majapahit dan jalan Gunung Sahari. Sementara itu saingannya, PT Silkar sedang memasang kabel tanah di daerah Merdeka Timur yang berakibat air menggenangi trotoir jalan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus