Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ekspansi soriano

Krtp, sebuah maskapai swasta filipina, memiliki izin konsesi selama 35 th di kab. bulongan, kaltim, seluas 1,2 juta ha. dikhawatirkan penduduk asli suku daya kayan & kenyah akan terdesak ekonominya.(eb)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRISIS kayu 1973 sampai sekarang telah memaksakan seleksi maskapai-maskapai kayu. Di Kalimantan Timur -- pusat konsesi hutan yang terbesar kabarnya 40% pemegang HPH kesulitan keuangan. Namun sementara itu, gemuruh mesin, truk dan traktor makin berderu di kamp Keburao, kabupaten Bulongan Kal-Tim. Di sana pabrik penggergajian terbesar di Asia Tenggara -- begitu kata orang-orang KRTP, pemilik pabrik itu -- sedang dites untuk diresmikan 2 bulan lagi. Dan memang, kapasitasnya belum ada yang mampu menandingi. Daya sedotnya 170 ribu m3 kayu balok (logs), yang setengahnya akan ke luar dari mesin dalam bentuk kayu gergajian rupa-rupa ukuran. Harga mesinnya saja $AS 1,4 juta, sedang investasi seluruhhya termasuk modal kerja $AS 300 ribu mencapai $AS 2,7 juta. Dari mana modal sebesar itu? Terang bukan dari kantong anak perusahaan Soriano Brothers itu sendiri. Sebab meskipun Soriano tergolong raja uang di Pilipina -- mereka juga pemilik pabrik bir San Miguel, pabrik kertas PICOP, dan banyak usaha lain toh KRTP terpaksa menggunakan uang kasnya sendiri ketika harga meranti jatuh sampai $AS 25/m3 (sekarang baru $AS 40, padahal di masa boom kayu pernah 2 x lipat harga itu). Untung bank Amerika FNCB bersedia menyediakan pinjaman. Atas jaminan maskapai Jepang Marubeni, pembeli seluruh hasil produksi pabrik penggergajian KRTP itu selama 7 tahun pertama. Konsesi Terbesar Apa yang dilakukan KRTP, memang tidak dapat ditiru sembarangan perusahaan kayu lainnya. Sebab selain jaringan bisnis internasional Soriano cukup terbina berkat pengalamannya di bidang kehutanan selama ¬ abad, luas konsesi KRTP juga terbesar di seluruh Indonesia. Bahkan di seluruh Asia Tenggara, yakni 1,2 juta Ha. Dengan wilayah HPH seluas itu, KRTP dapat menyisihkan sebagian kayu tebangannya untuk digergaji, di samping tetap mengekspor logs ke Jepang dan Korea. Memanen hutan konsesi seluas itu, terang ada aturan mainnya sendiri. Seperti dijelaskan oleh direktur KRTP, Bill Godinez pada George Adicondro dari TEMPO beberapa waktu lalu, tidak seluruhnya bisa dipanen. Sebagian berada pada ketinggian di atas 500 meter. Jadi terlarang untuk ditebang karena berfungsi sebagai hutan lindung. Sebagian lagi berwujud bukit berbatu dan ladang ilalang, jadi boleh dicoret saja dari peta konsesi. Sekalipun begitu, yang tersisa untuk ditebang masih amat luas, yakni 700 - 900 ribu Ha. Nah, hutan hujan tropis yang siap panen itu pun hanya boleh dilucuti pohon-pohon dewasa yang bergaris-keliling 50-60 senti lebih sebanyak 6000 Ha/tahun. Namun tidak dapat dielakkan bahwa dalam pembuatan jalan, pembukaan hutan untuk kamp, dan tumbangnya pohon-pohon raksasa menyeret korban pohon-pohon muda. Karena itu di tempat-tempat yang botaknya keterlaluan, KRTP menanam bibit-bibit pohon yang cepat tumbuhnya. Dengan harapan erosi bisa dicegah, sambil menyiapkan bahan baku untuk industri kertas yang pada waktunya akan mereka bangun pula di sana. Telur & Pemukim Dengan izin konsesi selama 35 tahun, KKTP belum terlalu pusing soal peremajaan hutan. Sebab menurut mereka, kecepatan penebangan seluas 6000 ha/tahun -- yang akan diperluas lagi setelah bekerjanya pabrik penggergajian nanti kelestarian hutan dapat dipertahankan. Toh dengan langkanya pensurvei dan fasilitas Dirjen Kehutanan, siapa yang dapat menjamin bahwa omongan orang-orang Pilipina itu bukan isapan jempol belaka'? Yang terang, luasnya konsesi III telah memungkinkan KRTP berswa-sembada memenuhi sebagian besar kebutuhan hariannya: kayu untuk bangunan kamp yang lengkap dengan gudang, bengkel, mushola, kapel, klinik, sekolah dan pusat pendidikan. Juga pertanian dan peternakan yang dibuka di daerah-daerah yang sudah digunduli. Mereka memang menyadari bahwa telur, daging, dan sayur-mayur untuk konsumsi ratusan karyawannya itu dapat menggencet pasaran yang mungkin bisa diisi oleh pengusaha dan petani lokal. Tapi Godinez punya alasan begini: "bagaimana kita dapat menggantungkan diri pada suplai dari luar, kalau harga pasaran bahan pangan selalu naik-turun mengikuti fluktuasi harga kayu?" Sebagai imbalannya, KRTP berusaha memberi prioritas pada penduduk setempat yang kebanyakan orang Daya, Melayu Tanjung Selor dan pendatang yang mengadu nasib ke Tarakan. Tidak sedikit yang dididik dan ditampung di kamp-kamp KRTP. Dan selain klinik perusahaan yang juga terbuka bagi yang bukan karyawan, Soriano bersaudara telah mengirim ahli perencana kota Manuel Maniosa Jr untuk membantu pembangunan desa pemukiman kembali (resettlement) di Long Belua, tetangga Keburao. Namun sementara itu, apakah yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sendiri dengan royalties dari KRTP, untuk para pemukim Daya disana? Sepanjang pengamatan TEMPO, Orang-orang Daya yang datang dari hulu sungai itu hanya mendapat ongkos bensin dan sedikit biaya hidup untuk mulai bermukirn di Long Belua. Tapi bagaimana kalau kebutuhan hidup & pendidikan mereka tidak tertampung oleh perusahaan kehutanan itu? Sebab bagaimanapun juga, KRTP adalah maskapai swasta yang tentunya punya dana sosial yang terbatas. Malah cenderung untuk melakukan segala-galanya dalam batas pagar halamannya sendiri. Sementara penduduk asli suku Daya Kayan Kenyah itu -- dengan datangnya maskapai-maskapai penebang raksasa -- kehilangan kebebasan mereka memungut hasil hutan dan bertani di hutan warisan nenek moyang mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus