Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Amman Mineral Nusa Tenggara berharap dapat menggandeng PT Freeport Indonesia untuk melanjutkan rencana pembangunan fasilitas pemurnian hasil tambang (smelter) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. "Kami sedang proses. Salah satu pasokannya (smelter) dari Freeport. Makanya kami berharap ada kerja sama," kata Presiden Direktur Amman Mineral Nusa Tenggara, Rachmat Makkasau, kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerja sama yang dibidik tak hanya berupa pasokan hasil tambang, tapi juga kongsi bisnis dalam pembangunan. Manajemen Amman-dulunya bernama PT Newmont Nusa Tenggara-menganggap kerja sama ini penting supaya proyek smelter yang direncanakan sejak akhir 2016 ini bernilai ekonomis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rachmat memaparkan, perusahaannya menargetkan smelter bisa memurnikan mineral olahan berupa konsentrat tembaga sebanyak 2-2,6 juta ton per tahun. Kapasitas ini sangat besar, mengingat penjualan konsentrat Amman Mineral ke luar negeri pada periode Februari 2017 hingga Februari 2018 hanya 675 ribu ton. Bahkan tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hanya menyetujui ekspor konsentrat sebanyak 450 ribu ton.
Penjualan konsentrat yang terus menurun disebabkan usia tambang Batu Hijau milik Amman Mineral sudah uzur. Tanpa pasokan tambahan, smelter Amman diperkirakan hanya beroperasi di bawah 50 persen dari kapasitas. Di sisi lain, pembangunan smelter Amman juga sudah molor. Berdasarkan rencana semula, seharusnya perusahaan telah memulai konstruksi smelter tahun ini. Sedangkan saat ini proyek masih dalam tahap penyusunan front end engineering design.
Jika kerja sama tak tercapai, Amman akan mengandalkan pasokan dari Blok Elang yang tak jauh dari tambang Batu Hijau. Namun perusahaan belum bisa memastikan kapan produksi dimulai karena saat ini blok tersebut masih dalam tahap eksplorasi. Perusahaan baru mau mengebor 50 titik untuk memastikan besaran cadangan emas, perak, dan tembaga di tambang yang terletak di Nusa Tenggara Barat ini.
Meski pembangunan smelter tak sesuai dengan jadwal, Rachmat tetap menargetkan fasilitas bisa beroperasi pada 2022. Pada tahun itu, pemerintah melarang ekspor bijih dan mineral olahan yang belum menjadi mineral hasil pemurnian. "Timeline-nya mau tidak mau kami memenuhi tenggat pemerintah," kata Rachmat.
Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama, mengatakan perusahaannya tetap terbuka kepada beragam skema kerja sama. Tapi, menurut dia, komitmen pembangunan smelter baru bisa dilaksanakan setelah Freeport menyepakati negosiasi perpanjangan operasi bersama pemerintah. Harapannya, perundingan bisa rampung bulan depan. "Peluang kerja sama selalu ada. Sempat ada diskusi juga. Jadi, kami masih open," kata Riza.
Kongsi Freeport dengan Amman sebenarnya juga bukan barang baru. Kedua korporasi menyepakati kerja sama pembangunan smelter saat Freeport merencanakan pembangunan fasilitas pemurnian di Gresik, Jawa Timur, pada 2014. Saat itu, PT Newmont Nusa Tenggara menyepakati nota kesepakatan untuk mendanai proyek smelter Freeport sebesar US$ 3 juta dari total nilai proyek US$ 2,3 miliar.
Pakar pertambangan dari Center of Indonesia Resource Strategic Studies, Budi Santoso, menilai proyek smelter Freeport di Gresik maupun smelter Amman di Sumbawa bakal sulit ekonomis. Sebab, kedua perusahaan itu harus membangun fasilitas pendukung lainnya, seperti pembangkit listrik dan pelabuhan, sehingga investasinya sangat besar.
Dia menyarankan agar kedua perusahaan membentuk korporasi patungan untuk membangun smelter. Kedua perseroan juga bisa bekerja sama dengan perusahaan tambang tembaga lainnya untuk mengurangi beban keuangan. Jika masih kurang, investor lain yang bisa dipertimbangkan adalah pebisnis pupuk, industri kabel, atau industri hilir pertambangan lainnya. Sebab, jika hanya bergantung pada satu tambang, umur smelter tidak akan panjang. "Begitu tambangnya habis, nanti smelternya mau diapakan? Lebih baik direncanakan sejak awal. Difasilitasi oleh pemerintah," kata Budi. ROBBY IRFANY
Dikejar Tenggat
Perusahaan seperti PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara harus segera memulai konstruksi smelternya. Pemerintah mewajibkan perusahaan memurnikan hasil tambangnya di dalam negeri mulai 2022 mendatang. Berikut ini data proyek smelter kedua perusahaan.
Smelter Amman Mineral
Lokasi: Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Kebutuhan lahan: 200 hektare
Kapasitas: 2-2,6 juta ton per tahun
Kebutuhan dana: US$ 2,2 miliar
Kemajuan proyek: 10,10%
Tahapan saat ini: Pembebasan lahan, studi teknis lanjutan
Smelter Freeport Indonesia
Lokasi: Gresik, Jawa Timur
Kebutuhan lahan: 200 hektare
Kapasitas: 2 juta ton per tahun
Kebutuhan dana: US$ 2,3 miliar
Kemajuan proyek: 2,43%
Tahapan saat ini: persiapan lahan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo