Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ancaman "induk semang" pada Jepang

Nilai dolar as semakin lemah terhadap yen jepang. as mengancam perang dagang. jepang dituduh curang dalam perdagangan. lambatnya jepang merealisasikan negerinya sebagai pasar bebas, dikritik as.

9 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKUTU dagang Amerika Serikat, seperti Jepang, Jerman Barat, Korea Selatan, Taiwan, dan lainnya, dalam waktu dekat mungkin harus berperang dengan sang "majikan". Pasalnya, Amerika, yang menjadi pemimpin orde perdagangan bebas, tampak tak tahan lagi menahan laju defisit transaksi berjalan, yang telah mencapai US$ 400 milyar. Defisit perdagangan AS, selama empat tahun sejak 1982, mulai membengkak dari US$ 8,1 milyar sampai US$ 166,3 milyar pada tahun silam. Sementara itu, mitra dagangnya terus menumpuk surplus. Surplus perdagangan internasional Jerman Barat, misalnya, pada 1982 baru sekitar US$ 3,4 milyar, pada tahun silam mencapai US$ 25,4 milyar. Sedangkan Jepang, yang mulai surplus sejak 1981 sebesar US$ 4,8 milyar, pada tahun anggaran yang berakhir Maret lalu mencatat surplus US$ 105 milyar. Surplus perdagangan Jepang dan Jerrnan Barat itu sebenarnya sudah diimbau AS agar ditekan. Tahun lalu, Jepang antara lain diimbau lebih membuka pasarnya bagi barang-barang produksi AS, dan negaranegara lain. Waktu itu, AS masih bersikap ramah, karena devisa yang diperoleh Jepang ternyata banyak yang ditanamkan pada pasar uang dan modal di AS. Sebuah bank AS menghitung, pada 1986, investasi Jepang di Wall Street mencapai US$ 130 milyar - lebih besar dari surplus yang diraih Jepang. Maka, cukup mengejutkan kalau sikap AS terhadap Jepang, sejak bulan lalu, menjadi galak. Pada 17 April, misalnya, pemerintahan Reagan mengancam pengenaan tarif ekstra 100% atas impor barang-barang elektronik produksi Jepang. Alasannya, Jepang telah melanggar perjanjian karena tidak melakukan dmping harga produk teknologi tinggi superkomputer. Ketika Perdana Menteri Yasuhiro Nakasone melawat ke AS, minggu lampau, ia disambut dengan sejumlah tudingan bahwa Jepang telah berlaku curang dalam perdagangan. Tuduhan itu terlihat, antara lain, dari suara Senator (Demokrat) Richard Gephard, yang menghendaki Presiden Reagan menindak tegas praktek-praktek perdagangan tak wajar. Tanda-tanda akan segera terjadi perang dagang diperkirakan orang bermula dari jatuhnya indeks saham di ,pasar modal Nikkei, Tokyo, awal pekan silam. Indeks 225 saham di Nikkei, awal pekan lalu, amblas 831,32 point gara-gara jatuhnya nilai dolar. Jatuhnya nilai dolar sampai di bawah 140 yen (lihat: Oh, Dolar, ....) diduga bakal menimbuerugian besar bagi banyak perusahaan. Tahun ini, para pengusaha Jepang menyusun perhitungan usaha dengan dasar paling pahit - kurs dolar akan jatuh sampai pada 150 yen. Ternyata, mereka kecele, sampai kuartal pertama 1987 saja kurs dolar sudah amblas sampai di bawah 140 yen. Bisa dipastikan bakal banyak perusahaan produsen barang ekspor di Jepang jatuh bangkrut. Kalangan industri mobil Jepang tak kalah keras jeritnya, karena setiap kali nilai yen menguat angka terhadap dolar berarti mereka menderita rugi sekitar 6 milyar yen. Tapi, industri mobil dan mesin diduga masih cukup kuat menahan pukulan itu. Buktinya, kendati nilai yen telah menguat hampir 50O, harga penjualan mobil-mobil Jepang di AS hanya naik sekitar 20%,. "Kurs dolar janlh sampai 100 yen pun, ckspor mesin Matsushita dan mobil Toyota masih akan jalan," kata Lee Byung Chull, ketua grup perusahaan Samsung Korea Selatan di Tokyo. Lambatnya Jepang merealisasikan negeri nya sebagal pasar bebas merupakan sasaran kritik AS pula. Lebih-lebih Jepang malah terus meningkatkan ckspornva, dan menurunkan impor barang dan jasa dari luar. Bukti-bukti memang menunjukkan bahwa Jepang memberikan proteksi keras mulai hasil pertanian sampai ke barang produksi industri mobil. Jepang tak mau, misalnya, mengimpor beras dari AS, yang berharga USS 180 per ton, untuk melindungi beras petani Jepang yang dijual sekitar US$ 2.000 per ton. Proteksi Jepang terhadap produksi dalam negeri secara berlebihan itu diduga akan jadi bumerang bagi mereka. Kini, rasa sentimen terhadap Jepang telah meluas di kalangan pengusaha keuangan, selain industriwan mobil dan elektronik. Lonjakan investasi Jepang di Wall Street, di satu pihak memang menutup defisit perdagangan dan defisit anggaran AS, di lain pihak perusahaan-perusahaan keuangan AS mulai disaingi Jepang secara tak wajar. Kecemasan perusahaan-perusahaan keuangan itu terlihat setelah pemerintah AS, antara lain, mengizinkan dua perusahaan Jepang, Nomura Securites Co. dan Daiwa Securites Co. duduk di pasar modal primer, dan boleh membeli surat-surat berharga yang dijual pemerintah langsung dari (bank sentral) New York Reserve Bank, tanpa batas. Bagaimana peluang Indonesia dalam memanfaatkan lonjakan nilai yen dan sejumlah mata uang negara industri lainnya? Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perdagangan Suhadi Mangkusuwondo, lonjakan itu sebenarnya telah membuka cakrawala lebih luas bagi kita. "Dalam soal komputer dan televisi, saya kira kita belum mampu, tetapi kayu lapis, tekstil, ban, mebel, dan sepatu, klta bisa menggantikan Taiwan dan Korea ke AS," katanya. Presiden Direktur PT Guna Nusa Imam Taufik bahkan melihat adanya peluang ekspor bagi produksi machine tool dan hasil kerja para pandai besi. Karena itu, perusahaannya, yang semula bergerak di industri peralatan pengeboran minyak, kini mulai bergerak di bidang peleburan baja. Kondisi sekarang ini, kata pengamat ekonomi Anwar Nasutlon dari UI, sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk investor menengah Jepang yang bergerak di bidang pengolahan mentah. Masalahnya, tambah Anwar Nasution, apakah iklim investasi yang ditawarkan pemerintah sudah cukup menarik. "Bagaimana bisa menarik kalau tata niaga masih dimainkan birokrat?" katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus