AKI GS, yang mulai tenar di pasar luar negeri, kini terancam di pasar lokal. Pekan silam anak perusahaan Astra International, PT GS Battery Inc., melontarkan keluhan, karena akhir-akhir ini bermunculan aki GS palsu atau tiruan. "Yang rugi bukan hanya perusahaan kami, tetapi juga negara dan konsumen," kata Ir. Ronald Tanga, Wakil Presiden Direktur GS Battery Inc. Kerugian konsumen sudah jelas. Menurut Ronald, keluhan telah datang bertubi-tubi: dari Instansi pemerintah seperti Hankam dan PU, dari proyek Kali Brantas, dan dari pribadi-pribadi. Mereka mengeluh, batere mobil atau motor yang mereka beli di pasar bebas ternyata hanya tahan sekitar satu bulan. 'Setelah dicek, aki yang dikeluhkan itu adalah merk palsu atau tiruan. Ada yang terang-terangan memakai nama GS, ada pula yang menggunakan merk yang mirip. Yang palsu, misalnya, belum lama ini ketahuan diproduksi oleh sebuah perusahaan di Surabaya. Pemalsuan ini bukan hanya menimpa produk GS. Ronald Tanga yang menjabat Ketua Gappai (Gabungan Pengusaha Pabrik Aki Indonesia) itu, mendengar bahwa pemalsuan juga terjadi pada merk aki NS, MF, Yuasa, dan Tornado. Menurut sumber TEMPO, perusahaan palsu itu berani mengeluarkan modal sampai Rp 200 juta untuk investasi. Padahal, dana investasi yang dikeluarkan Astra Group di PT GS Battery Inc., untuk sektor produksi aki saja, telah mencapai Rp 21 milyar. Dewasa ini produsen aki GS juga tengah menggugat aki Gold Shine sebagai barang tlruan GS. Tetapi, anehnya, gugatan GS ditolak di Pengadilan Negeri. Alasannya: GS dan Gold Shine adalah produk yang berbeda, karena paten yang didaftarkan mempunyai perbedaan. Tetapi alasan tersebut tidak bisa diterima PT GS Battery Inc. Pihak GS yakin, produk Gold Shine adalah tiruan, karena modelnya sama dengan GS, hanya dikurangi beberapa komponen aslinya. Gold Shine baru diproduksi tahun 1983, sementara GS sudah diproduksi perusahaan grup Astra sejak 1974. Apalagi, menurut Ronald Tanga, perusahaan Gold Shine disinyalir pernah terlibat pemalsuan aki merk Tornado. Produk Gold Shine memakai label GS yang mirip dengan GS asli, dan desainnya dibuat begitu rupa, hingga masyarakat terkelabui. Harganya jelas lebih murah. Belakangan, setelah mutunya terbukti jelek, konsumen menyangka bahwa merk asli juga telah berkurang mutunya. Dalam hal inilah perusahaan dirugikan. "Kerugian kami tentu akan mempengaruhi penerimaan negara," kata Ronald. Ia menduga, merk-merk yang mendompleng GS asli itu tidak membayar pajak, sementara pajak yang selama ini dibayar PT GS Battery sebesar Rp 5 milyar akan berkurang. "Seandainya produk palsu atau tiruan itu sampai 40.000 unit, hitung saja berapa besar pajak yang bisa mereka gelapkan," tambahnya. Sementara ini, industri aki tampaknya semakin berkembang. Pada 1974, penjualan produksi PT GS Battery Inc. baru sekitar 7.000 aki mobil dan 10.000 aki motor. Tapi tahun silam, penjualan diperkirakan telah meningkat sampai 87.000 aki mobil dan 125.000 aki sepeda motor, sebagian telah diekspor. Ekspor aki yang dibuka GS sejak 1986 sampai tahun silam telah mencapai 181.000 unit - menghasilkan devisa sekitar US$ 3 juta. Tahun 1988 ini GS menargetkan ekspor akinya akan mencapai 350.000 unit dan mengumpulkan devisa sampai US$ 6 juta. Gejala yang positif ini, menurut Ronald, menyebabkan para investor masih berniat menambah investasi. "Masalahnya jadi terbentur kalau hak paten tidak dilindungi atau pihak pemalsu hanya dijatuhi hukuman ringan," demikian ketua Gappai itu me nyesalkan. M.W.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini