Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dinas Perhubungan Jawa Barat membenarkan soal penghentian program BTS bus listrik Inka.
Bus listrik buatan Inka itu juga ditengarai belum memenuhi standar angkutan untuk layanan publik.
Inka belum bisa menjawab langsung pertanyaan soal kelanjutan produksi bus listrik.
BUS listrik buatan PT Industri Kereta Api (Persero) sudah menghilang dari Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, sejak awal bulan ini. Armada setrum buatan manufaktur lokal yang dinamai Bus Merah Putih itu sempat dibanggakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di depan publik Kota Kembang pada 24 Desember 2022. Saat itu, Kang Emil—sapaan akrab Ridwan—mengenalkan delapan bus listrik Inka yang akan melayani rute Trans Metro Bandung Koridor 4, yaitu Terminal Leuwipanjang-Dago.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hanya sempat beroperasi dua pekan sejak diresmikan,” ucap Permana, salah satu anggota staf Terminal Leuwipanjang, kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bus-bus itu sempat dipakai untuk mobilitas tamu Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Nusa Dua, Bali, pada November 2022. Armada anyar itu dirancang berbobot 8 ton dengan konfigurasi 19 tempat duduk. Kecepatan maksimalnya mencapai 100 kilometer per jam dengan baterai berkapasitas 180 kWh dan jarak tempuh 160 kilometer dari penuh hingga menyisakan 20 persen kapasitas baterai.
Fasilitas pengisian daya Bus Merah Putih masih terlihat di terminal tipe A tersebut. Menurut Permana, fasilitas charging itu sehari-harinya hanya ditutup terpal agar tidak kotor dan rusak. Padahal bus listrik Inka ini masih antre untuk pengisian ulang baterai. Masing-masing unit membutuhkan 2-3 jam hingga baterainya terisi penuh.
Tak ingin menyebutkan identitas, seorang petugas Perusahaan Umum Damri yang ditemui Tempo di terminal itu membenarkan bahwa delapan bus listrik itu kini disimpan di pul Damri, di Kecamatan Gedebage. “Sesekali dibawa keluar pul untuk pengisian daya,” ucap dia. Namun bus-bus itu dipastikan tidak lagi melayani penumpang. Damri sebelumnya memang didapuk sebagai operator program bus listrik berskema buy the service (BTS). Dalam BTS, pemerintah membayar jasa operator dengan satuan rupiah per kilometer.
Bus listrik di Terminal Leuwipanjang Bandung. detik.com/Sudirman Wamad
Jawa Barat Benarkan Penghentian Program BTS Bus Listrik
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat, Koswara, membenarkan soal penghentian program BTS bus listrik Inka di wilayahnya. Menurut dia, program itu dibekukan Kementerian Perhubungan karena kendala kontrak dengan Damri. “Ada kontrak yang harus diubah karena biaya pengoperasiannya tidak cukup,” kata dia.
Kementerian Perhubungan sebelumnya memesan 53 bus listrik untuk kebutuhan G20. Armada setrum itu rencananya dipakai untuk menyokong BTS di berbagai kota besar, dimulai dari Bandung dan Surabaya. Kementerian berencana menempatkan 39 unit bus listrik untuk BTS di Surabaya, sedangkan 14 unit lainnya untuk BTS Bandung. Namun, akhirnya, hanya sekitar 20 bus yang bisa dirampungkan Inka hingga akhir 2022.
Sumber Tempo yang memahami alur produksi dan peta persaingan industri kendaraan listrik menengarai puluhan bus buatan Inka itu terbengkalai pasca-G20. Menurut dia, regulator daerah dan operator bus masih setengah hati mengikuti program BTS yang dirancang pemerintah pusat.
“Karena kontrak BTS ditargetkan hanya terikat dengan pemerintah pusat pada tahun pertama, sedangkan pada tahun berikutnya harus dipindahkan ke Pemda,” kata dia. “Seperti belum ada (regulator daerah) yang mau mengembangkan BTS.”
Di luar perkara kontrak, kata sumber tersebut, banyak daerah belum memiliki operator bus dalam kota sekaliber PT Transjakarta. Bermitra dengan PT Mayasari Bakti, operator bus milik DKI itu sudah mengoperasikan 30 bus listrik buatan BYD Auto—produsen bus listrik asal Cina—selama setahun terakhir. “Pemerintah di kota lain belum memiliki mitra yang bisa menangani bus listrik. Sedikit yang mau karena butuh investasi besar.”
Armada setrum buatan Inka itu juga ditengarai belum memenuhi standar angkutan untuk layanan publik, baik dari segi dimensi, berat, maupun beberapa aspek lain. Meski bisa dipakai secara terbatas untuk G20 di Bali, Bus Merah Putih belum terbukti bisa melayani trayek bus reguler. Bus listrik Inka pun disebut pernah gagal menjalani uji coba operasional di PT Transjakarta lantaran belum mengantongi sertifikat uji tipe (SUT) Kementerian Perhubungan.
Saat ditanyai soal kelanjutan program BTS, kemarin, Staf Ahli Menteri Perhubungan, Budi Setiyadi, membenarkan bahwa area program BTS diperluas ke banyak kota selain Bandung dan Surabaya. Dia meminta Tempo menanyakan perihal subsidi dan kelanjutan program BTS bus listrik kepada Direktorat Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan. Hingga berita ini ditulis, pertanyaan Tempo kepada unit tersebut belum bersahut.
Senior Manager Social Environmental Responsibility and Stakeholder Relationship Inka, Bambang Ramadhiarto, juga belum bisa menjawab langsung pertanyaan soal kelanjutan produksi bus listrik. “Saya tanyakan dulu ke unit terkait,” kata dia, kemarin malam. Pada November 2022, Bambang sempat menyatakan lima unit bus listrik diuji coba sebagai transportasi wisata di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kelimanya merupakan bagian dari 24 bus listrik Inka yang dipakai saat G20. Empat dari jumlah itu adalah bus berdimensi panjang 8 meter dan satu sisanya adalah bus sepanjang 12 meter.
Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menyebutkan usulan dana subsidi BTS dari Kementerian Perhubungan tak didukung Dewan Perwakilan Rakyat. Usulan itu sudah mencakup bantuan pengoperasian bus listrik. “Kementerian sempat mengajukan Rp 1,3 triliun untuk 2023. Nyatanya, hanya dapat Rp 500-600 miliar. Bagaimana program bisa jalan?” ucapnya. Permintaan konfirmasi Tempo kepada beberapa anggota Komisi Transportasi DPR mengenai hal ini belum dijawab.
MOHAMMAD KHORY ALFARIZI | AHMAD FIKRI (BANDUNG) | YOHANES PASKALIS | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo