MULAI pudarnya pamor minyak sebagai penghasil devisa utama bagi
Indonesia sudah diakui secara resmi. Ingat, pidato kenegaraan
(16 Agustus) Presiden Soeharto. Adapun sebabnya, seperti sudah
berjalan beberapa waktu lalu, bukanlah karena produksi minyak
itu sendiri berkurang di Indonesia. Tapi makin sulit bagi
Indonesia untuk menjual minyaknya ke luar negeri.
Alasan lama, dan yang sampai sekarang masih belum pulih, adalah
resesi, yang membuat berbagai negeri industri mengurangi paket
impor minyaknya. Alasan lain, dan ini penting, karena beberapa
negeri industri itu sendiri sudah berhasil meningkatkan produksi
minyaknya. Itu dengan sendirinya mengurangi ketergantungan
mereka dari persatuan OPEC. Tapi yang paling serius akibatnya
buat Indonesia adalah saingan minyak yang muncul dari beberapa
pendatang baru, seperti yang terjadi di pasaran Jepang baru-baru
ini.
Tidak syak lagi, Jepang, masih merupakan pasaran utama bagi
Indonesia. Dari seluruh ekspor minyak Indonesia tahun lalu, yang
mencapai US$ 7 milyar hampir separo ke Jepang. Tapi pertumbuhan
ekonomi Jepang yang lamban selama ini makin mengurangi
permintaan Jepang akan minyak. Betul, seperti dijanjikan Menteri
Perdaangan dan Industri Internasional (MITI) Toshio Komoto
ketika berkunjung di Jakarta empat bulan lalu, bahwa Jepang tak
akan mengurangi impor minyak dari Indonesia. Tapi janji itu
ternyata hanya seumur jagung.
Impor minyak Jepang selama semester I tahun ini turun dengan 2,7
juta kiloliter, menjadi 135,1 juta kiloliter. Indonesia agaknya
yang paling celaka, karena dari 2,7 juta kiloliter itu, 1,1 juta
kiloliter merupakan penurunan impor minyak Jepang dari Indonesia
saja. Sebabnya tak susah dicari Ketika impor minyak Jepang yang
terutama mengalir dari Arab Saudi dan emirat Abu Dhabi menurun,
impor minyak dari RRC malah naik.
Mengingat kwalitas minyak RRC mirip dengan yang dari Indonesia
sama-sama berkadar belerang rendah - jelas yang terpukul adalah
Indonesia. Ekspor minyak RRC ke Jepang dalam periode yang sama
juga naik dengan 10%, menjadi 3,7 juta kiloliter. Nampaknya
jumlah itu akan meningkat terus, apalagi karena hubungan RRC dan
Jepang belum pernah seerat sekarang, sesudah ditandatanganinya
perjanjian persahabatan antara keduanya.
Tangga Favorit
Alhasil, untuk masa lima sampai delapan tahun mendatang ini,
ancaman minyak dari RRC tidak saja akan terbatas di Jepang, tapi
diduga akan meluas sampai ke AS, pasaran nomor dua Indonesia.
Sebuah kontrak resmi sudah terjadi antara pemerintah Hua
Kuo-feng dengan empat perusahaan minyak AS, antara lain raksasa
Exxon dan Pennzoil. Mereka memperoleh tawaran untuk melakukan
eksplorasi minyak lepas pantai di kawasan Laut Cina Selatan.
Sebuah perusahaan minyak Jepang dikabarkan juga telah meneken
kontrak eksplorasi di Teluk Pohai.
Diperkirakan, jika eksplorasi dan pemboran jadi dilaksanakan,
investasi yang akan dibenamkan oleh suatu perusahaan bisa
menelan US$ 5 sampai US$ 10 milyar. Memang dewasa ini tak ada
perkiraan yang bisa dipegang tentang besarnya cadangan minyak
RRC. Ada dikemukakan berkisar antara 20 sampai 75 milyar barrel.
Kalau angka terakhir itu Yang mendekati kebenaran, maka cadangan
RRC berarti merupakan terbesar di luar Timur Tengah. Tapi kalau
angka pertama yang lebih kena, berarti itu kurang lebih sama
dengan cadangan minyak Indonesia. Tapi kita boleh mengelus dada
juga kalau apa yang diungkapkan seorang eksekutip ESSO, Otis O.
Fox bisa dipercaya Baru 13% saja sumber minyak RRC yang
berjumlah 20 milyar barrel itu yang sudah berproduksi.
Untuk kebutuhan industri dalam negerinya, mungkin minyak RRC
belum bisa mencukupi dengan tingkat produksinya yang sekarang.
Tapi bukan mustahil, dengan alasan kepentingan politik luar
negerinya, RRC di bawah ketua Hua dan Teng Hsiao-ping akan lebih
menaruh perhatian pada ekspor minyaknya dan sedikit mengorbankan
kepentingan industrinya.
Maka dalam rangka kerjasamanya dengan sekawan maskapai minyak AS
itu, bukan tak mungkin RRC pada akhirnya akan mengekspor pula
minyaknya ke AS. Ada satu faktor yang menguntungkan bagi mereka
di mata politik luar negeri AS, adalah RRC kini yang tetap
menempati anak tangga favorit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini