Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Bahlil Lahadalia Usulkan Adopsi Struktur Kelembagaan Cina untuk Dukung Hilirisasi Nikel

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam disertasinya, menekankan pentingnya reformasi kelembagaan dalam mendukung hilirisasi nikel yang adil bagi masyarakat

17 Oktober 2024 | 09.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam penelitian disertasinya, menekankan pentingnya reformasi kelembagaan dalam mendukung hilirisasi nikel yang adil bagi masyarakat. Ia mengusulkan agar Indonesia mengadopsi struktur kelembagaan yang diterapkan Cina untuk mencapai tujuan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bahlil, struktur kelembagaan Cina saat ini sesuai jika diterapkan di Indonesia. Ia mengingatkan bahwa pada tahun 80-an, saat itu teknologi Cina belum berkembang pesat seperti sekarang, sehingga bahan baku industri nikel mereka belum mampu bersaing di pasar global. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan serupa dalam hilirisasi nikel. "Nah kalau ini kita lakukan, maka saya pikir, semua pengusaha yang ada di Indonesia yang ingin melakukan bisnis di bidang hilirisasi nggak lagi salah kamar," ucapnya saat Sidang Terbuka Promosi Doktor di Universitas Indonesia, Rabu, 16 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahlil melanjutkan secara konkret sebaiknya pemerintah membentuk Satuan Tugas atau Satgas dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk nikel. Dalam gagasannya, Bahlil mengatakan satgas tersebut juga harus menjadi pendorong bagi perbankan atau badan keuangan lain yang ditunjuk oleh pemerintah untuk membiayai industri hilirisasi.

Mantan Menteri Investasi ini juga menekankan pentingnya keberadaan lembaga keuangan yang terintegrasi dengan lembaga yang bertanggung jawab terhadap hilirisasi. Ia mengungkapkan bahwa meskipun kebijakan awal ditetapkan oleh pemerintah, dukungan pembiayaan yang memadai adalah kunci untuk mewujudkan kebijakan tersebut secara efektif. "Agar tidak ada lagi pikiran-pikiran bahwa nilai tambah hilirisasi dimanfaatkan oleh luar, maka kami berpendapat penting untuk ada kelembagaan," ujarnya.

Bahlil Lahadalia resmi meraih gelar doktor dengan predikat cum laude dari Universitas Indonesia pada Rabu, 16 Oktober 2024. Disertasi yang ia ajukan berjudul "Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia," dalam Program Studi Kajian Stratejik dan Global (SKSG).

Kelulusan ini ditetapkan I Ketut Surajaya selaku Ketua Program Studi Kajian Wilayah Jepang UI sekaligus ketua sidang promosi doktor ini. "Melaporkan hasil sidang tertutup dan capaian publikasi artikel ilmiah hasil riset saudara (Bahlil). Maka, berdasarkan semua ini, tim penguji memutuskan untuk mengangkat saudara Bahlil Lahadalia menjadi doktor," ujar Surajaya di Universitas Indonesia, Rabu, 16 Oktober 2024.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus