TIDAK cuma industri tekstil yang mengalami relokasi, tapi juga industri peti kemas. "Negara produsen seperti Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan ingin memindahkan industrinya. Ini harus kita rebut," demikian Menteri Perindustrian Hartarto, dalam pidato sambutannya ketika meluncurkan ekspor perdana peti kemas dari PT Bakrie Corrugated Metal Industry (PT BCMI), Kamis pekan silam. Peti kemas yang dicat merah dan tampak berkilat ditimpa sinar matahari itu seluruhnya berjumlah 500 buah, senilai US$ 1,4 juta dengan tujuan ekspor: Amerika Serikat. Baru mulai berproduksi Juni lalu, PT BCMI -- dulunya merupakan usaha patungan Grup Bakrie dengan perusahaan asal Amerika -- menurut Aburizal Bakrie akan meningkatkan kapasitas produksinya sampai empat kali lipat pada tahun 1992. Karena itu, "Kami akan menambah investasi US$ 12 juta lagi," tutur bos kelompok Bakrie ini. Kendati bahan baku peti kemas seperti baja antikarat dan pelbagai komponen masih harus diimpor, toh komoditi ini rupanya masih kuat bersaing di pasar internasional. Di samping PT BCMI, kalau tidak salah ada tiga produsen peti kemas lainnya di Indonesia, yakni PT Armanto Sriami Mardanus, PT Gemala Container dari grup Wanandi, dan PT Barata Indonesia dari grup Asia Permai. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah, karena investasi yang sudah disetujui BKPM di sektor peti kemas meliputi 18 proyek -- diperkirakan seluruhnya sudah berproduksi menjelang akhir tahun 1991.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini