Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SABAN tahun Wendy Haryanto ke luar negeri. Sebagai Associate Director Retail Leasing Jones Lang Lasalle, perempuan 36 tahun ini memang getol bepergian guna menjaring merek asing. ”Agar mereka mau membuka gerai di Indonesia,” katanya.
Begitu pula ketika Wendy ke Sydney dan Melbourne, Australia, akhir Agustus lalu. Sepuluh hari di negeri Aborigin itu, ia bertemu dengan peretail makanan, pakaian, sepatu, hingga toko buku. Semuanya merek asing yang belum pernah masuk Indonesia.
Hasilnya, sudah ada yang berminat membuka gerai di Indonesia. ”Tapi merek-merek baru itu belum bisa disebutkan,” kata Wendy. Yang jelas, merek asing yang dapat digaet itu meneteskan duit buat Jones Lang Lasalle sebagai konsultan properti.
Perhitungannya, untuk setiap penyewa yang dapat digandeng, Jones Lang Lasalle memperoleh komisi dari pengembang. Besarnya 5-10 persen dari harga sewa ruangan dikalikan masa sewa.
Komisi tergantung dari lokasi dan luas ruangan yang disewa. Harga sewa mal di Jakarta pun bervariasi, US$ 50-US$ 120 per meter persegi per bulan. Masa sewa untuk specialty (gerai kecil) 5-7 tahun, sedangkan anchor tenant (penyewa utama) seperti Seibu atau Sogo bisa 10-15 tahun.
Dengan luas mal di Jakarta yang terus melebar, potensi duit yang bisa dikaut Jones Lang Lasalle tak sedikit. Hingga kuartal kedua 2006 saja, pusat belanja yang disewa sudah 1,43 juta meter persegi. Angka itu bakal bertambah, karena 708 ribu meter persegi pusat belanja (sistem sewa) sedang dibangun.
Melihat besarnya potensi pasar retail itu, tak mengherankan bila Jones Lang Lasalle, yang kini menjadi salah satu konsultan Grand Indonesia, gencar menjala merek asing. Pada November besok, misalnya, perusahaan ini akan terbang ke Dubai, Uni Emirat Arab, membidik merek yang sedang menjadi tren di sana.
Pesatnya pertumbuhan mal juga membuat peta peretail asing di Jakarta berubah. ”Sekarang brand-nya macam-macam,” kata Lucy Rumantir, Chairman Jones Lang Lasalle Indonesia. Merek seperti Prada, Gucci, Burbery, Bottega Venetta, Gianfranco Ferre, Bebe, atau Francesco Biasia kini mudah ditemui di Jakarta.
Tapi tak semua pengembang memakai jasa konsultan untuk menjaring merek asing. PT Metropolitan Kencana berhasil menggaet merek asing di Pondok Indah Mal (PIM) II, meski cuma mengandalkan pemasaran internal. Bekalnya adalah pengalaman saat mengembangkan Pondok Indah Mal I.
Hasilnya, ketika pembangunan baru rampung 80 persen, 92 persen ruangan sudah habis terjual. Harganya US$ 50-120 per meter persegi per bulan. Dengan kurs dipatok miring (Rp 7.500 per dolar) ”Peminatnya antre,” kata Andreas Kartawinata, Direktur Metropolitan Kencana.
Karena itu Andreas sengaja mengosongkan 5 persen ruangan PIM II—dari 56 ribu meter persegi area yang disewakan—untuk mengantisipasi merek asing yang masuk pada awal 2007. ”Itu pun masih belum cukup,” katanya.
Maraknya merek asing juga terlihat di Senayan City. Pusat belanja dengan 418 gerai dan luas 76 ribu meter persegi itu ludes disewa sejak awal tahun. Padahal peresmiannya baru September lalu. Dari keseluruhan penyewa, ”Empat puluh persen merek asing yang baru pertama kali masuk Indonesia,” kata Trihatma K. Haliman, bos Grup Agung Podomoro, pengembang Senayan City.
Catatlah Topshop, Topman, Miss Selfridge, dan Massimo Dutti. Tiga merek pertama berada di bawah Arcadia, perusahaan retail terbesar di Inggris. Merek terakhir milik Inditex, perusahaan retail asal Spanyol yang juga membawahkan merek Zara. Semua merek tadi digandeng oleh PT Mitra Adi Perkasa (MAP).
Perusahaan retail lokal ini pula yang menggaet Debenhams, pusat belanja terbesar kedua di Inggris. Di Senayan City, Debenhams yang usianya sudah satu abad itu menempati lima lantai seluas 20 ribu meter persegi. Luas area yang disewa membuat gerai Debenhams di Senayan City terbesar nomor dua setelah yang di London.
Gebrakan MAP berlanjut di Grand Indonesia. Di mal yang masih dibangun itu, MAP akan menghadirkan Seibu. Pusat belanja asal Jepang yang kelasnya di atas Sogo itu akan menempati area 33 ribu meter persegi. Dengan luas itu, ”Seibu menjadi pusat belanja terbesar di Indonesia yang dipayungi MAP,” kata Ratih G. Dianda, Group Head of Investor Relation MAP.
Yandhrie Arvian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo