Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi memperkirakan suku bunga acuan akan turun pada kuartal terakhir 2024. Darmawan melihat peluang tersebut ada menjelang akhir tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tentunya, ini juga merupakan satu harapan (agar) kinerja industri perbankan menjadi lebih baik dibandingkan tahun 2023," katanya dalam konferensi pers secara online pada Selasa, 30 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darmawan menyebut, kinerja Bank Mandiri saat ini masih terjaga dengan baik. Pada kuartal I 2024, Mandiri mencatat pertumbuhan kredit konsolidasi mencapai 19,1 persen dengan rasio kredit macet (NPL) terjaga di level terendah dibandingkan dengan bank-bank lain yang ada di level 1,17 persen.
Kemudian, rasio-rasio yang terkait dengan likuiditas masih berada di atas kisaran standar. Baik likuiditas coverage ratio secara satu bulan maupun secara permodalan yang masih di atas 18 persen.
"Tentunya kami optimistis Bank Mandiri akan terus tumbuh di atas industri dengan kondisi likuiditas yang terus terjaga," kata Darmawan.
Secara sektoral, menurut Darmawan, resiliensi industri perbankan di Indonesia dalam kondisi baik. Hal itu terjadi di tengah kondisi likuiditas pasar yang menurun dan semakin tingginya ketidakpastian akibat ketegangan politik global, khususnya di Timur Tengah.
"Kalau kita lihat, ini juga salah satu faktor masih tertundanya penurunan suku bunga acuan dari The Fed. Pasti ini akan mempengaruhi dinamika di pasar keuangan domestik," tuturnya.
Darmawan menilai, kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen perlu disambut baik oleh industri perbankan. Kebijakan ini, kata dia juga merupakan satu koordinasi yang perlu disikapi secara positif.
"Menurut kami, ini merupakan kebijakan yang tentunya sudah terkoordinasi dengan kebijakan pemerintah untuk terus mendorong stabilitas perekonomian secara nasional," kata dia.
Bank Mandiri juga masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 di kisaran 5 persen. Hal ini melihat likuiditas secara pasar yang terjaga cukup stabil.
"Sehingga, kami harapkan memang tidak akan terjadi dampak gejolak terhadap kondisi ekonomi di Indonesia sebagai dampak dari gejolak ekonomi global," kata Darmawan.
Selaras dengan itu, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menambahkan, mereka masih meyakini potensi penurunan suku bunga pada kuartal IV 2024.
"Tentunya, ini apabila kondisi makro secara global juga mendukung," katanya.
Sigit menjelaskan, saat ini memang terjadi tren kenaikan biaya dana alias cost of fund (CoF) di perbankan. CoF naik 59 basis poin menjadi 2,79 persen pada Februari.
Sigit mengungkapkan bahwa pada periode yang sama, Bank Mandiri mampu menjaga tingkat CoF jauh di bawah industri. Angkanya berada di level 2,11 persen dengan kenaikan 43 basis poin secara tahunan.
Strategi Bank Mandiri adalah dengan menjaga komposisi dana murah di level 79,48 persen, dengan mendorong pertumbuhan giro dan tabungan. Baik melalui akuisisi nasabah baru maupun pendalaman ekosistem nasabah dengan optimalisasi dari Kopra, Livin' hingga Livin' Merchant.
Dalam menghadapi kenaikan CoF, kenaikan suku bunga acuan, Mandiri melakukan repricing loan secara selektif. Terutama pada portofolio kredit korporasi yang suku bunganya mengacu kepada suku bunga acuan.
Sementara ini, dari sisi penetapan suku bunga pinjaman, Bank Mandiri tak hanya melihat dari suku bunga acuan, tap juga mempertimbangkan beberapa hal. Seperti suku bunga pasar, kondisi likuiditas, struktur biaya dana dan arah kebijakan regulator.
Ke depan, kata Sigit, perseroan akan terus mendorong pertumbuhan di segmen retail. Dengan demikian, perseroan dapat menghasilkan pendapatan bunga yang seimbang dengan kenaikan CoF.
"Dan menjaga profitabilitas bank tetap baik," ujar Sigit.