Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food, Frans Marganda Tambunan tak sepakat dengan klaim Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan soal pasokan telur ayam yang disebut berlebih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau oversupply kan impact ke penurunan harga. Jadi harus dicek lagi. Kemungkinan bukan oversupply. Karena jika oversupply, pasti harga turun," ucap Frans di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Senin, 22 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, kenyataannya saat ini harga telur sedang naik turun. Adapun kenaikan harga telur saat ini tak lantas artinya keuntungan berlebih para peternak, melainkan untuk menutupi kerugian sebelumnya.
"Jadi beberapa buka, lalu harga sempat anjlok jadi Rp 18 ribu, Rp 17 ribu dan di situ mereka rugi besar," tuturnya. Oleh karena itu, secara keseluruhan harga telur ayam terbilang fluktuatif.
Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengatakan lonjakan harga telur ayam ras di pasar tradisional hingga menembus lebih dari Rp 30 ribu per kilogram telah diprediksi sejak 3-4 bulan lalu. Kenaikan harga kebutuhan pokok ini terjadi karena peternak mencari keseimbangan baru akibat melonjaknya harga pakan.
Sependapat dengan Frans, Musbar berujar selama dua tahun terakhir sejak pandemi Covid-19, harga telur jatuh di bawah rata-rata. Penurunan harga telur kala itu terjadi lantaran pemerintah membatasi aktivitas masyarakat sehingga kebutuhan catering hingga hotel dan restoran berkurang.
Selama masa pagebluk itu pula, peternak mengalami kerugian berlipat-lipat karena pemesanannya berkurang. Sementara itu, harga pakan ayam terus naik. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dan produksi telur, peternak harus mengurangi populasi bibit ayam hingga 30 persen.
Selain itu, Musbar menuturkan bantuan sosial yang dikeluarkan pemerintah kepada masyarakat juga ikut meningkatkan permintaan telur di tingkat peternak di tengah suplai yang belum pulih.
Adapun Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya mengatakan saat ini komoditas telur ayam mengalami kelebihan pasokan. Alhasil, banyak yang dimatikan ketika ayam menetas. Hal itu lantaran pemerintah khawatir harga telur menjadi rendah.
"Memang telur ada naik sedikit kemarin Rp 32.000 minggu lalu Rp 27.000 tapi sekarang Rp 29.000-30.000 per kilogram," ucap Zulkifli di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat pada Kamis, 18 Agustus 2022.
Melansir data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur per 22 Agustus 2022, naik menjadi Rp 30.700 per kilogram. Situs Informasi Pangan Jakarta pun mencatat harga telur masih tinggi yaitu Rp 30.563 per kilogram.
RIANI SANUSI PUTRI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.