Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bantah Lakukan Greenwashing, Adaro Minerals: Masih Pakai Batu Bara, Hidronya Baru Jadi 2030

Adaro Minerals membantah tudingan greenwashing dalam memproduksi aluminium.

11 Mei 2023 | 08.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Adaro Mineral Indonesia. Adaromineral.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membantah melakukan greenwashing dalam memproduksi produk turunan mineral berupa alumunium yang ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat menegaskan perusahaan tidak melakukan praktik greenwashing. Tudingan itu semata-mata dilontarkan hanya karena Adaro memanfaatkan tenaga batu bara untuk operasional pabrik smelter alumunium nanti. Padahal kondisi itu hanya sementara sampai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) rampung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita bilang lho kita bukan greenwashing, jelas-jelas kita bilang kok aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara. Kenapa dari batu bara? Karena hidronya baru jadi 2030,” ujar Ariano dalam konferensi pers, Rabu, 10 Mei 2023.

Sebelumnya, Financial Times menyebutkan dalam pembangunan smelter ini, Adaro mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan dari bank-bank internasional. Kesulitan tersebut datang ketika sejumlah kelompok peduli lingkungan menyebut jika Adaro dan mitranya yakni Hyundai melakukan greenwashing.

Adapun greenwashing adalah strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan dalam rangka membangun citra ramah lingkungan yang bertujuan membentuk persepsi konsumen bahwa perusahaan telah mempromosikan produk yang berkelanjutan, padahal hal tersebut tidak dilakukan.

Lebih lanjut, Ariano tegas membantah melakukan greenwashing dan menjelaskan dalam produksi aluminium, perseroan akan melakukan transisi sebelum nantinya memproduksi green aluminium dengan PLTA.

"Untuk mencapai itu (green aluminium) masih butuh proses. Utamanya adalah menunggu selesainya pembangunan (PLTA) Mentarang. Sambil menunggu PLTA jadi, ya kami bangun dulu sekarang (smelter) meski dengan PLTU,” jelasnya.

Ariano menuturkan sebagian besar produksi Alumunium di dunia juga masih menggunakan tenaga batu bara. Apalagi selama ini aluminium yang digunakan Indonesia didatangkan dari China yang juga masih memproduksi aluminium dengan batu bara.

Anyway aluminium (impor) yang sekarang dipakai juga beli dari China, di China dibuatnya pakai batu bara. Bahwa pakai batu bara dulu, kita gak bohongin orang bilang bahwa ini green aluminium, (tapi) akan green aluminium nanti ada stepnya,” tuturnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan Adaro bukan hal yang melanggar aturan. Apalagi penggunaan batu bara sifatnya hanya sementara.

Sementara itu, Adaro Minerals melalui anak usahanya yang menguasai saham di PT Kalimantan Aluminium tengah menggarap proyek smelter alumunium senilai US$ 2 miliar di Kalimantan Utara. Adaro Minerals menargetkan proyek smelter tersebut dapat rampung di tahun 2025 mendatang.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus