Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
JobStreet Indonesia akan menjadi jalan pintas para pelamar kerja untuk memburu lowongan pekerjaan dari delapan negara di Asia-Pasifik.
Persis setelah terhubung dengan fitur SEEK di tujuh negara lain, dia mengatakan volume iklan Jobstreet melambung hingga 830 ribu lowongan per bulan.
Fitur Generative AI kini dipakai LinkedIn, platform penjaringan pekerja profesional, untuk mencari profil yang dibutuhkan para hirer.
JAKARTA – JobStreet Indonesia akan menjadi jalan pintas para pelamar kerja untuk memburu lowongan pekerjaan dari delapan negara di Asia-Pasifik. Layanan penyedia iklan lowongan kerja berbasis digital ini sudah terkoneksi dengan semua anak usaha SEEK, entitas asal Australia yang bergerak di bidang serupa.
Chief Operating Officer JobStreet Indonesia Varun Mehta mengatakan terdapat 3 juta perusahaan penyedia kerja—diistilahkan sebagai hirer—di Asia-Pasifik yang bisa saling mencari kecocokan dengan total 40 juta kandidat pekerja. “Peluang pencarian kerja antarnegara menjadi tidak terbatas,” katanya setelah peluncuran fitur baru itu kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain JobStreet Indonesia yang diakuisisi pada 2014, Grup SEEK membawahkan entitas JobStreet di Filipina, Malaysia, dan Singapura. Platform JobsDB di Hong Kong dan Thailand pun masuk dalam ekosistem yang sama. Induk usaha grup tersebut kini berada di Australia, disokong oleh entitas SEEK lainnya yang beroperasi di Selandia Baru. Setelah merampungkan administrasi dan pemenuhan teknologi selama tiga tahun terakhir, seluruh layanan itu mulai diintegrasikan secara bertahap sejak Oktober 2023, serta akan rampung pada bulan depan. Investasi SEEK untuk menggabungkan platform tenaga kerja online di Asia-Pasifik ini menembus 180 juta dolar Australia (AUD$).
Menurut Varun, ada 130 ribu lowongan kerja yang terpampang di jagat maya, baik media sosial maupun platform resmi, setiap bulan. Sebanyak 50 ribu dari jumlah tersebut ada di JobStreet Indonesia. Meski belum termasuk dengan lowongan yang diedarkan secara manual tanpa gawai, jumlah iklan pekerjaan itu dianggap tak mengimbangi angka pengangguran di Indonesia, yang pada Agustus 2023 menembus 7,86 juta orang.
Pencari kerja mencari informasi perusahaan dalam Mega Career Expo 2023 di Senayan, Jakarta, 4 Oktober 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Persis setelah terhubung dengan fitur SEEK di tujuh negara lain, dia mengatakan volume iklan JobStreet melambung hingga 830 ribu lowongan per bulan. “Naik 15 kali lipat dibanding sebelum integrasi. Artinya, banyak perusahaan asing yang membutuhkan tenaga kerja di Indonesia,” tutur dia. Indonesia, dia mengimbuhkan, diisi 10 kandidat pelamar kerja, dari total 40 kandidat di Asia-Pasifik yang tercatat oleh Grup SEEK.
Selama ini, dia meneruskan, hanya sedikit lowongan pekerjaan dari luar negeri yang bisa dipampang di Indonesia. Agar bisa menaruh iklan, entitas asing diwajibkan terdaftar atau bermitra dengan perusahaan lokal. Kendala itulah yang kini disingkirkan oleh JobStreet dan induk perusahaannya.
Layanan SEEK yang diadopsi JobStreet Indonesia juga diperkuat dengan kecerdasan buatan (AI). Fitur itu mencocokkan kebutuhan para hirer dan pelamar. Selain menambah keakuratan profil yang dicari perusahaan, AI menyajikan rekomendasi pekerjaan dan wawasan kepada pelamar kerja. “Kendala bahasa juga dihilangkan,” kata Varun. “Contohnya lowongan kerja cook, istilah untuk juru masak di luar negeri, otomatis menjadi chef, yang lebih lazim di Indonesia.”
Dalam wawancara khusus dengan Tempo, Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri sebelumnya mengatakan biaya perekrutan kerja terus melambung. Panjangnya proses seleksi menjadi ongkos yang harus ditanggung para hirer. Fitur kecerdasan buatan, kata dia, memudahkan match matching alias pencocokan kandidat dengan pekerjaan yang paling tepat. “Di JobStreet, satu lowongan bisa dilamar oleh ratusan orang sekaligus. Tugas kami adalah membuat setiap lowongan itu terlihat jelas bagi kandidat.”
Country Lead-Azure Global Traffic Management (GTM) Microsoft ASEAN Fiki Setiyono memastikan generasi baru AI (Generative AI), yang dikembangkan grup usahanya, bisa dipakai untuk proses seleksi kerja. Fitur Generative AI kini dipakai LinkedIn, platform penjaringan pekerja profesional, untuk mencari profil yang dibutuhkan para hirer. Secara otomatis, sistem AI bisa menjaring hasil permintaan hirer, kemudian mencari kandidat dari 950 juta lebih tenaga profesional dan 40 ribu keterampilan yang ada di LinkedIn.
“Pencari kerja juga bisa memanfaatkan kapabilitas Generative AI untuk membuat profil yang menarik,” ucapnya.
Analis ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada, Tadjudin Nur Effendi, memuji inovasi digital dalam hal pencarian kerja tersebut. Namun dia menyebutkan Indonesia masih menghadapi masalah kompetensi pekerja. “Vokasi kita kurang, akhirnya tenaga kerja kita tidak bisa memenuhi kompetensi yang diinginkan perusahaan.”
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo