Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan penurunan berbagai indeks syariah di pasar saham Indonesia selama awal tahun ini disebabkan oleh mekanisme pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau soal indeks, apakah itu indeks syariah atau lainnya, tentu kenaikan dan penurunan tentu tergantung dengan mekanisme di pasar,” ujar Jeffrey setelah acara Sharia Investment Week (SIW) di Jakarta, Kamis, 15 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam hal ini, Jeffrey menjelaskan BEI tidak memiliki wewenang dalam mengatur volatilitas perdagangan saham yang terdapat dalam berbagai indeks, yang mana hal tersebut terbentuk oleh volatilitas pasar (market).
“Bursa dalam hal ini tentu nggak punya kewenangan mengatur indeks naik dan turun, itu dibentuk oleh pasar, melihat kondisi saat ini mungkin wajar,” ujar Jeffrey.
Hingga 14 Juni 2023, secara year to date (ytd), BEI mencatat berbagai indeks syariah di pasar saham Indonesia mengalami pelemahan, di antaranya, Jakarta Islamic Index (JII) tercatat menurun 7,16 persen (ytd), Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) menurun 7,74 persen (ytd), Jakarta Islamic Index 70 (JII70) menurun 5,49 persen, IDX Sharia Growth menurun 5,94 persen (ytd).
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara year to date (ytd) hingga 14 Juni 2023, melemah 150,90 poin atau 2,20 persen ke posisi 6.699,72.
Selanjutnya: BEI menargetkan investor saham syariah....
BEI menargetkan investor saham syariah dalam negeri bisa meningkat 20 sampai 30 persen pada tahun ini, yang mana seiring dengan target pertumbuhan investor pasar modal secara keseluruhan yang sebesar 20 sampai 30 persen.
“Kami target antara 20 hingga 30 persen (tumbuh), syariah inline ya. Karena kita harus beri atensi lebih, literasi lebih untuk syariah,” ujar Jeffrey.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi melaporkan pasar modal Indonesia berhasil menghimpun dana senilai Rp 102,10 triliun hingga akhir Mei 2023.
“Penghimpunan dana di pasar modal di Mei masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp 102,10 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 35 emiten,” ujar Inarno.
Dalam pipeline (antrian), hingga akhir Mei 2023, pihaknya mengungkapkan masih terdapat 117 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 139,29 triliun, dengan rencana initial public offering atau IPO oleh perusahaan baru sebanyak 63 perusahaan.
Sementara itu, untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 404 penerbit, 153.662 pemodal, dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 869,47 miliar.