MOCHTAR Riady, 47, kebetulan sedang berada di Amerika ketika
Bert Lance menawarkan sebanyak 200.767 lembar sahamnya. Jumlah
itu --meliputi $ 3,4 juta -- adalah 16% dari seluruh saham
National Bank of Georgia (NBG). Lance terpaksa menjual bagian
sahamnya itu karena pengangkatannya sebagai Direktur Anggaran
dalam pemerintahan Carter. Kepala direktur eksekutif Riady dari
PT Bank Central Asia, Jakarta, rupanya berminat membelinya.
Bankir besar seperti Riady ini tak akan sulit mencari jalan
bagaimana men dekati saham Lance. Tanpa buang waktu,
dilakukannya penjajagan, tapi segera diketahui wartawan
setempat, hingga banyak suratkabar Amerika memberitakan Riady di
halaman depan. Maka berbagai macam pikiran timbul: Apakah orang
Indonesia ini bercanda? Banyak duitnya? Pernahkah dia berbisnis
dengan Lance? Mungkinkah duit pana yang - sekalipun sukubunga di
Indonesia tinggi - merasa sudah waktunya 'minggat' dari
Indonesia? Apa sih maunya?
Semua pertanyaan itu rupanya jadi pikiran pula di Bank
Indonesia. Mak Riady, yang baru saja kembali di Jakarta, harus
menjelaskan "kejutan" yang dibuatnya di Amerika itu. Minggu
lalu Yunus Kasim dari TEMPO menginterpiu Riady di kantornya.
Berikut ini cerita nya :
Tanpa Sepeserpun
Robert B. Anderson, pengacara dal konsultan bisnis yang pernah
menjad Menteri Angkatan Laut semasa pemerin tahan Eisenhower,
bertindak sebagai perantara untuk menawarkan 16% saham NBG.
Riady, melalui suatu relasi -- Chemical Bank Internasional of
San Francisco, yang jadi partner PT Multinational Finance
Corporation (Multicor) - bertemu dengan Anderson. PT Multicor
suatu Lembaga Keuangan non-Bank di Jakarta, kebetulan
berhubungan erat dengan PT Bank Central Asia (a.l. karena kaitan
modal Sudono Salirn d/h Liem Swie Liong- tokoh Bogasari). Liem
juga adalah Dir-Ut Bank Central Asia.
"Saya tertarik karena untuk pembelian saham itu tak diperlukan
uang kontan, tapi cukup digadaikan saham itu kepada bank lain
yang berminat," kata Riady. "Andaikata ini terjadi, tak perlu
dollar sepeser pun." Cara ini mirip seperti yang dilakukan Lance
dengan saham NBG-nya itu.
Menurut Ryadi, "saham Rockefeller di Chase Manhattan Bank hanya
6%. Nah, apalagi 16 di NBG -- kekuasaan pemilik sahamnya akan
sangat menentukan.
"Kita harus belajar dari Jepang. Sekarang ini (perbankan) lepang
punya banyak kaki di Amerika, al. dengan membeli saham bank-bank
domestik."
NBG, dengan asset (kekayaan) $ 400 juta, sedang beruntung.
Karena ingin menancapkan pula kakinya, Riady meminta keterangan
terperinci tentang NBG itu, apalagi dengan kemungkinan membeli
tanpa uang. Untuk itu -- atas permintaan Andersoll, Riady
menulis letter of intent, suatu keterangan bermaksud membeli.
Publikasi inilah yang bikin geger. Transaksi belum terjadi.
Jika harus beli dengan uang, kata Riady lagi, "saya tidak sekaya
itu . . . Kalau ada anggapan pelarian modal (dari Indonesia),
itu terlalu bodoh. Sekarang modal luar negeri ingin masuk ke
sini. Bunga di sini tinggi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini