Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berheli ke Pulau

Armada helikopter milik PT Gatari Hutama Air Service, salah satu anak perusahaan Grup Humpuss, kini bisa dicarter untuk umum. Memiliki 20 helikopter & kini ikut mensukseskan penggalakkan bisnis pariwisata.

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA pun bebas memilih tempat me~nyambut Natal atau menyongsong TaV hun Baru 1988. Ke Pulau Seribu juga boleh. Bagi yang kantungnya tebal, dan mgm cepat sampai, boleh juga mencarter helikopter milik PT Gatari Hutama Air Service, salah satu anak perusahaan Grup Humpuss. Namun, pekan ini barangkali sudah penuh pesanan Sport Charter, begitu istilah untuk lintas tamasya itu. Setidaknya sudah 46 penumpang memesannya, seperti dikatakan Kabul Riswanto, direktur operasi perusahaan itu. "Antara lain rombongan Ginanjar Kartasasmita dan keluarga Ibnu Suto~vo," katanya. Blaya carter sebuah pesawat berpenumpang empat orang -- sekitar 40 menit satu rit - dari Jakarta ke pulau terjauh di Pulau Seribu pp adalah US$ 400. Dan yang memuat 13 penumpang tanfnya 900 dolar. Ada juga ongkos carter yan~ 300 dolar untuk pesiar ke pulau terdekat dari bibir Jakarta. "Selain terhindar dari mabuk laut, waktu tempuhnya pun semakin cepat," tutur Kabul, berpromosi. Ada benarnya, bagi mereka yang memang tak ingm bersantai-santai naik kapal pesiar. Ke Pulau Hantu, misalnya, cukup ditempuh sekitar 25 menit, daripada naik kapal laut yang makan waktu 2-3 jam. Diam-diam, Gatari, yang berdiri sekitar empat tahun silam, sudah mengelola usaha carteran itu selama enam bulan. Lang~ganannya umumnya turis asing, terutama dari Jepang.Kini ada 20 heli yang beroperasi: 2 Bell tipe 206 berkapasitas 4 penumpang, 9 Bell tipe 212 berdaya angkut 13 orang, 7 Bell tipe 412 dengan 13 penumpang, dan 2 pesawat model skyvan berkapasitas 16 orang. Menurut Kabul, usaha plesiran ini ratarata mengangkut 100 orang setiap bulan. Dia optimistis, tahun 1988 akan lebih ramai. Lebih-lebih, katanya, "kalau 160 bungalow di Pulau Hantu selesai dibangun." Pengelolanya, menurut Kabul, maskapai penerbangan Jepang (JAL). Namun, beroperasi dengan 20 pesawat itu pun membutuhkan biaya besar. Untuk perawatan, setahunnya bisa menelan US$ 6 juta, sekitar 30% dari pendapatan, sebelum dipotong pajak. Belum lagi tambahan pengeluaran US$ 1 juta setiap tahun untuk persediaan suku cadang. Kegiatan armada Gatari di bidang pariwisata agaknya tak terlepas dari surutnya dunia bisnis perminyakan belakangan ini. Maklum, 70-80% usahanya sebenarnya diharapkan masuk dari perusahaan minyak Arco dan Huffco. Gatari kemudian melayani angkutan kayu hitam di Palu, rotan di Kalimantan, dan beberapa survei kehutanan. Mereka juga mengontrakkan helikopter. Untuk setahun, misalnya, Gatari memungut biaya tetap 50 ribu dolar satu pesawat per bulan, untuk biaya perawatan, pilot, dan awaknya. Dan tiap terbang sejam dikenai 435 dolar. Kecuali bila sebulan terbang sampai 100 jam, "ongkos sewa per bulan kami kenai sekitar 90 ribu dolar," kata Kabul. Diversifikasi usaha lainnya pun dilakukan. Misalnya, mengikat kontrak dengan Waskita Karya, kontraktor yang mengerjakan proyek pemugaran Tanah Lot di Bali. Gatarilah yang dipakai untuk mengangkut balok beton, untuk menghalangi gencetan ombak. Dan, menurut Kabul, bentuk diversifikasi lainnya pun dipandang mendesak. Soalnya, sudah kepalang investasi dilakukan untuk membeli sejumlah heli. Hitung saja: harga sebuah Bell tipe 206 antara 300-400 ribu dolar, tipe 212 seharga 1,8 juta dolar, dan tipe mutakhir 412 sebuahnya sekitar 4 juta dolar. Meskipun begitu, Kabul beranggapan, "Awal 1988 Gatari akan mencapal titik Impas." Ada usaha lain yang sedang digarap: penyewa dari kalangan penambang emas, yang akhir-akhir ini memang tampak ramai Lalu juga lintas udara Cengkareng--Jakarta, pesiar di atas Dunia Fantasi, Ancol, dan keliling Jakarta. Tarif joy flight melongok Ibu Kota Republik dari atas cuma Rp 20 ribu seorang. "Maklum, bagaimana rasanya terbang masih terbilang langka bagi sebagian besar masyarakat di sini," kata Kabul. Suhardjo Hs. dan MOebanoe Moera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus