Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Emas Semakin Mulia

Diduga harga emas dipasaran dunia pada tahun 1988 membaik. Banyak yang menganggap tambang emas sebagai lahan yang aman untuk investasi. nilai emas tercantol pada harga minyak bumi dunia.

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang menduga tahun ini, Tahun ~Na~ga, adalah "tahun emas". Harganya~ di bursa New York, bulan terakhir tahun lalu, sudah mulai bersinar: di atas 500 dolar per troy ons. Dan akan semakin mulia nilainya, dari bulan ke bulan pada 1988 ini, sehingga mencapai 600 dolar. Bisa-bisa malah ke puncak 800 dolar. Indikasinya cukup kuat, yaitu permintaan bakal naik 15%, karena kebijaksanaan pemerintah Prancis yang menunda penebusan Gischard Bonds -- obli~gasi yang dihargai dengan emas, yang diterbitkan Menteri Keuangan Valery Giscard d'Estaing, 1973, sebelum ia menjadi presiden. Para pemegang obligasi, menurut pengamat di bursa, harus membeli emas tak kurang dari 200 ton. Sebab, dulunya mereka juga membeli obligasi dengan memin~am emas. Tetapi ada yang meramalkan sebaliknya. Harga di bursa New York pada 14 Desember lalu, 502 dolar, merupakan puncak sejak harga mulai merangkak naik dari sekitar 400 dolar -- sejalan dengan redupnya nilai dolar sejak akhir 1985. Soalnya adalah apakah nilai dolar masih kompeten sebagai ukuran untuk menimbang nilai emas. Dulu, bila dolar menguat, harga emas memang melemah. Sebaliknya, kalau dolar redup, emas semakin bercahaya. Yang sekarang terjadi, meski sejak tiga tahun belakangan ini dolar sudah tinggal separuh nilainya dimata yen, harga emas baru terkatrol sekitar 25%. Ada yang mengatakan bahwa nilai emas sudah tercantol pada harga minyak bumi. Lihat saja: harga emas yang tiba-tiba turun pekan silam, dari 502 menjadi sekitar 480 dolar, terjadi karena harga minyak ketengan dan kontan tercampak di bawah yang dipatok kesepakatan OPEC di Wina. Sebelumnya, ketika persatuan negeri penghasil minyak sepenuhnya mengendalikan harga, 1973, orang ramai berlindung di balik emas, mengamankan hartanya. Memang aman. Ketika harga saham jungkir balik di Wall Street tempo hari, para pialang dan bankir internasional juga meng anjurkan nasabahnya memperbesar investasidi logam mulia 15%-20%. Sebelumnya paling-paling 10%. Bank sentral di banyak negara pun maslh menyangga mata uangnya dengan emas. Beberapa negara industri juga terlihat semakin memperkuat nilai emas. Prancis dengan obligasi Giscard-nya atau Inggris dengan koin emasnya. Sedangkan Amerika mengeluarkan Eagle, Australia mencetak Nugget, dan Kanada mengedarkan Maple Leaf. Jepang tak ketinggalan: tahun silam memborong ratusan ton emas untuk medali emas peringatan bagi Kaisar Hirohito. Tak pelak lagi, bisnis emas menjadi sangat menarik. Pekan silam, menurut South China Morning Post, Hutchison Hong Kong menginvestasikan modalnya di suatu tambang emas di Zimbabwe. Bangkok Post mengungkapkan bahwa Muangthai mengundang investor untuk mengeksplorasi tambang emas di negerinya. Peminat tambang emas di Indonesia juga meningkat. Pekan silam, Menteri Pertambangan mengungkapkan bahwa ada 26 kontrak baru pertambangan emas, sehingga kini jumlahnya menjadi 103. Menurut Dirjen Pertambangan Umum, Soetaryo Sigit, kelebihan Indonesia - di samping boleh disebut sebagai "negeri emas" -- juga karena, "ongkos produksi di sini hanya 200-250 dolar per troy ons." Tapi sebagai s~uvarnab~humi, nyatanya, produksi emas Indonesia masih tertinggal jauh dari negeri lain - setidaknya tidak termasuk 10 besar: seperti Afrika Selatan (680 ton), Uni Soviet (210), Kanada (86), atau AS (79). Produksi PT Freeport International Indonesia di Irian Jaya, PT Lusang Mining di Sumatera, dan hasil galian beberapa tambang di Jawa (antara lain dari tambang Cikotok) yang dikelola PT Aneka Tambang, seluruhnya baru sekitar tiga ton per tahun. Anehnya, sejak emas diizinkan dijual ke luar negeri, Oktober 1986, tercatat ada 13 ton yang diekspor per November lalu. Diam-diam ada yang melepaskan cadangan emasnya, rupanya. M.W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus